Winé

Winé terbangun dari pingsannya. Sesaat dia tidak sadar dia berada dimana. Tiba-tiba dia kaget, ketika mengetahui tangan dan kakinya terikat, dan tubuhnya pun telanjang bulat. Tapi lucunya Winé masih menggenakan kacamatanya. Winé menyadari waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, dimana dirinya terikat diatas sofa yang ada di tengah sebuah ruangan. Winé adalah seorang program director sebuah radio remaja di kota bandung. Winé memiliki tubuh yang mungil, kulit hitam manis, berkacamata dan rambut sebahunya dikuncir kuda. Winé tidak ingat apapun yang terjadi. Dia hanya mengingat ketika dia akan memasuki mobilnya yang diparkir di seberang jalan sebuah warung makanan pinggir jalan yang sepi. Setelah itu ingatannya hitam total, entah dia pingsan ataupun dibius.

Bagi gadis berumur 24 tahun itu, keadaan dirinya sekarang sungguh tidak nyaman. Tiba-tiba sesuatu yang mengejutkan terjadi. 15 menit kemudian, masuklah sepuluh orang lelaki telanjang yang kesemuanya tampak penuh nafsu. Tanpa aba2 mereka langsung menggerayangi tubuh Winé. Winé berteriak dan berusaha memberontak ketika orang2 itu meremas2 buah dadanya, menggosok2an jari mereka ke vaginanya dan menciumi badannya. Winé merasa aneh, disatu sisi dia merasa tidak nyaman tapi di satu sisi lain dia merasa nikmat. Mungkin itu karena Winé relatif sering berhubungan seks dengan pacarnya. Tetapi berhubungan seks dengan banyak orang, apalagi dalam kondisi perkosaan, Winé belum pernah mengalaminya.

Para pemerkosa itu makin bernafsu dan ada yang menyodorkan penisnya ke mulut Winé. Dengan paksa ia tampar muka Winé dan memasukkan penisnya kedalam mulut Winé. Kepala Winé digerakkan maju mundur mengocok penis itu. Di satu sisi Winé merasa kegelian karena seseorang mulai menjilati vaginanya. Beberapa orang yang lain melepas ikatan kaki Winé dan memegangi kaki Winé agar pahanya terus terbuka. 

Winé belum pernah merasakan serangan seperti ini, dimana seseorang menjilati vaginanya, banyak orang meraba-raba bagian vital tubuhnya dan mengoral seks di waktu yang bersamaan. Ditambah lagi tangannya terikat, dimana dia berada dalam posisi tidur telentang yang tidak nyaman. Laki-laki yang memaksanya mengoral tidak berhenti memaju mundurkan kepala Winé. Dia tidak peduli ketika Winé terbatuk-batuk tersedak penisnya. Sementara seseorang dari mereka mengambil vibrator, dan menyuruh temannya yang sedang menjilati vagina Winé untuk minggir. 

Orang itu memasukkan vibrator ke dalam vagina Winé dan memaju mundurkan vibrator tersebut. Karena Winé sudah tidak perawan lagi, maka pekerjaan itu tidak sulit dilakukan. Winé berusaha menahan diri dan meronta, menjaga agar dirinya tidak menikmati getaran dari vibrator tersebut. Namun karena dirinya terikat dan juga banyak lelaki yang mengerubunginya, maka Winé mau tak mau merasa terangsang dan tak lama kemudian Winé merasakan orgasme akibat perlakuan para pemerkosanya. 

Menyadari korbannya telah orgasme, para pemerkosa itu semakin bernafsu. Orang yang tadi memainkan vibrator di vagina Winé dengan paksa memasukkan penisnya kedalam vagina Winé dan memompanya maju mundur. Namun baru beberapa saat vaginanya dinikmati, penis yang sedang Winé oral sudah memuncratkan sperma ke dalam mulut Winé. Winé tersedak oleh sperma yang ada di mulutnya yang menyebabkannya terbatuk. sementara itu pria yang sedang menikmati vagina Winé semakin bersemangat memompakan penisnya ke dalam vagina Winé, sedangkan beberapa pria lainnya menggerayangi badan Winé. Ada juga yang mengabadikan momen ini dengan kamera digital dan handycam.

Pria yang menikmati vagina Winé semakin bernafsu ketika Winé berteriak dan meracau tak jelas. Tak lama kemudian dia mengeluarkan spermanya di dalam lubang vagina Winé. Winé meronta, takut dirinya akan hamil akibat perbuatan itu, tetapi sudah terlambat, sperma sudah dikeluarkan di dalam vaginanya. 

Lelaki kedua sudah antri untuk menikmati Winé. Dia memasukkan penisnya dengan paksa ke vagina Winé yang sudah basah oleh sperma. Dia menyuruh teman-temannya mengangkat tubuh Winé agar posisinya menjadi woman on top. Belum sempat orang tersebut memompakan penisnya, seseorang lagi dengan paksa mencoba memasukkan penisnya ke lubang anus Winé. 

Selama berhubungan seks dengan pacarnya, Winé tidak pernah melakukan anal seks. Merasa ada benda tumpul yang dengan paksa berusaha masuk ke lubang anusnya, Winé meronta dan berusaha memberontak. Tetapi karena tangannya terikat dan dia pun dipegangi oleh banyak lelaki, maka hasilnya sia-sia. Ketika penis itu masuk pelan-pelan ke lubang anusnya, Winé berteriak dengan kencang. Ia pun mulai menangis. 

Bagi orang yang pertama kali melakukan anal seks, pastinya rasanya amatlah sakit. Kedua orang itu pun memaksa memaju mundurkan penis mereka. Winé menangis dan meracau sejadi-jadinya. Apalagi ketika orang yang menikmati anusnya dengan kasar meremasi buah dadanya. Penglihatan Winé menjadi tidak jelas karena kacamatanya menjadi buram akibat keringat. Beruntung ada orang yang melepas dan melempar kacamatanya entah kemana. Rupanya orang yang melepas kacamatanya tadi menampar wajah Winé dan dengan paksa memasukkan penis di mulut Winé. Ketiga lubang Winé dirusak bersamaan. Orang yang menikmati lubang anus sudah mengeluarkan spermanya. Tetapi siksaan belum selesai, orang selanjutnya menggantikan posisinya. Karena lubang anus Winé menjadi licin akibat sperma, maka tidak sulit bagi orang selanjutnya untuk memasukkan penisnya ke lubang anus Winé.

Tiba-tiba orang yang menikmati mulut dan vagina Winé memuncratkan spermanya secara bersamaan. Ketiga orang itu menarik penis mereka dari lubang kenikmatan tersebut. Tetapi orang yang menikmati lubang anus Winé menarik badan Winé agar tiduran diatas tubuhnya. Orang itu memasukkan penisnya di vagina Winé. Winé panik dan berusaha meronta kembali ketika ada orang yang mau memasukkan penisnya juga ke dalam vagina Winé. Winé membayangkan sakitnya jika vaginanya dimasuki oleh dua batang penis secara bersamaan. Tetapi badan Winé dipegangi dan lehernya dicekik sehingga rontaanya sia-sia belaka.

Winé berteriak sangat keras ketika penis kedua memasuki vaginanya. Dia merasakan sakit yang luar biasa. Dia berteriak minta ampun dan menangis sejadi-jadinya ketika kedua penis itu digerakkan maju mundur di lubang vaginanya. Namun para pemerkosa itu malah tertawa-tawa dan mengucapkan kata-kata kasar yang melecehkan Winé. Salah seorang dari mereka berlutut di atas wajah Winé dan dengan kasar memasukkan penisnya ke mulut Winé. Tanpa menggerakan penisnya dia memasturbasikan penisnya sendiri.

Tak lama kemudian spermanya muncrat di dalam mulut Winé. Perasaan Winé campur aduk. Mulutnya penuh dengan rasa tidak enak akibat campuran sperma beberapa orang. Sementara ketika lubang anusnya terasa sakit, vaginanya terasa lebih perih karena sedang dimasuki dua penis sekaligus. Tenaga Winé sudah melemah. Buktinya dia yang dari tadi berteriak dan meracau dengan semangatnya sekarang hanya bisa melenguh pelan mengikuti irama gerakan kedua penis tersebut. Dan dia pun hanya memekik pelan ketika kedua penis itu mengeluarkan spermanya.

Kedua lelaki itu mencabut penisnya yang sudah lemas. Winé agak merasa lega. Dia berharap perkosaan terhadap dirinya berakhir. Tetapi dia salah. Tiga orang yang baru saja menikmati tubuhnya tiba-tiba mengangkat badannya. Seseorang memeluknya dari belakang dan membopongnya. Dua orang lagi memegangi kakinya dan merantangkannya lebar-lebar. beberapa orang yang belum mendapat giliran pun mengantri.

Orang pertama yang mengantri segera memasukkan penisnya kedalam vagina Winé. Winé yang sudah lemas hanya bisa memekik tertahan. Matanya sudah basah oleh air mata. Sperma menetes dari lubang anus, dan mulutnya. Orang tersebut memaju mundurkan penisnya dengan semangat. Winé dengan sisa-sisa tenaganya memohon agar mereka menyudahi perbuatan mereka. Laki-laki yang sedang menikmati lubang vaginanya merespon dengan menampar wajah Winé keras-keras. Ia malah semakin brutal dengan menambah kecepatan gerakan penisnya.

Ditambah lagi kini ia melakukannya sambil mencekik leher Winé dengan tangan kiri dan tangan kanannya menampari wajah Winé. Keadaan makin diperparah ketika ada seseorang yang mengambil lilin, menyalakannya dan meneteskan lelehannya di perut dan dada Winé. Entah darimana tenaga Winé untuk berteriak kembali. Winé kembali berteriak tak karuan. Tak jarang dia berteriak meminta mereka untuk berhenti. Orang pertama memuncratkan spermanya di vagina Winé. Orang berikutnya menggantikan posisinya. Dengan penuh nafsu, dia menggerakan penisnya dengan cepat.

Winé berteriak makin keras. Winé meracau dengan tidak jelas dan sangat ribut. Tiba-tiba orang yang sedang memperkosanya meninju wajah Winé dengan keras. Winé memekik. Hidungnya mimisan akibat pukulan tersebut. Seperti tidak berperasaan, orang tersebut langsung melanjutkan gerakan penisnya. Seseorang mengambil celana dalam Winé, dan menyumpalkannya ke mulut Winé. Sekarang Winé hanya bisa menangis sesenggukan dengan mulut tersumpal. Selesai orang kedua mengeluarkan spermanya, orang ketiga meminta teman-temannya untuk menurunkan Winé dan memposisikan agar tubuh Winé menungging. Setelah Winé menungging, dia memasukkan penisnya ke lubang anus Winé. Dengan mata basah dan mulut tersumpal celana dalam, Winé sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Dengan posisi seperti itu, lubang anus dan lubang vaginanya digilir.

Lama-lama Winé merasa pandangannya kabur. Karena tenaganya habis dan tidak tahan disiksa, Winé akhirnya jatuh pingsan.

Winé kaget. Dia terbangun karena ada air mengenai wajahnya. Rupanya Winé berada di kamar mandi. Dia sedang dimandikan oleh 3 orang lelaki, tentu saja mereka adalah pemerkosa Winé. Ikatan tangan Winé sudah dilepas. Dia melihat di pergelangan tangannya memerah bekas ikatan, dan badannya dipenuhi memar akibat pukulan dan tindak kekerasan para pemerkosanya. Dia diberi sabun oleh salah seorang pemerkosanya, dan pelan-pelan Winé menyabuni tubuhnya. Tapi ketiga lelaki itu rupanya bernafsu lagi. Mereka tiba-tiba menyergap Winé. Winé sudah pasrah.

Dia segera mengambil posisi duduk diatas orang yang tiduran, sementara pantatnya dimasuki penis dan pria satu lagi memintanya mengoral penisnya. Di bawah guyuran shower, ketiga pemerkosa itu kembali menikmati tubuh Winé. Selesai dimandikan Winé disuruh memakai kaos putih yang oversize, dan dinaikkan ke mobil. Empat orang menemaninya dalam mobil, dan di mobil itu, tiga  orang kecuali yang menyupir kembali mengerjai Winé. Mereka menyuruh Winé mengoral dan memasturbasikan penis mereka. Pemerkosa yang menyupir memberhentikan mobil mereka tepat dibelakang mobil Winé, tempat dimana dia diculik dan dibius tadi. Winé pun disuruh turun dari mobil tersebut dengan mulut penuh sperma. Dan mereka meninggalkan Winé begitu saja.

Sumber: Winé

Tidak ada komentar:

Posting Komentar