Cerita-cerita ini hanyalah fantasi belaka. MOHON JANGAN MENIRU KEKERASAN YANG ADA.
Jika ada kesamaan dengan nama tokoh, karakter, tempat, dll, hanyalah ketidaksengajaan.
Pemerkosaan Wulan (3)
Hari menjelang malam, ketika Wulan pulang terburu buru melewati gang sempit itu. Tiba-tiba lengannya dicekal. Tono, salah seorang yang memegang fotonya menarik Wulan ke balik pagar seng kumuh.
"Jangan Kak. Dak galak aku." Wulan menangis ketika melihat Tono sudah memelorotkan celananya.
"Terserah, kalau dak galak kusebar ke foto kau, biar lanang sekampung tahu kau biso dipake"
Wulan dipaksa berjongkok.
"Ayo, isep."
Wulan dipaksa mengoral Tono. Tempat itu adalah bekas pembuangan sampah yang sudah dipagari seng. Wulan dengan jengah memasukkan penis Tono ke mulutnya, kemudian mulai menyedot dengan cepat, berharap Tono segera ejakulasi. Tono mencengkeram kepala Wulan yang bertopi itu kemudian menyetubuhi mulutnya. Di luar rumah Wulan memang mengenakan topi. Dan hal itu malah semakin membuatnya merangsang.
"Pelorotkan jins kau Wulan.."
Tono menarik Wulan berdiri. Wulan memang mengenakan kaos ketat dan jins ketat, walaupun berkerudung. Wulan menangis, tapi ia tahu percuma membantah. Perlahan ia membuka kancing jinsnya kemudian menurunkan retsletingnya. Tono menelan ludah ketika jins itu merosot ke mata kaki. Wulan mengenakan celana dalam mini berenda.
"Ayo, nunduk! Cepat."
Wulan dipaksa berpegangan pada sebuah bekas meja. kemudian celana dalamnnya dipelorotkan menyusul jinsnya. Tono telah ngaceng berat. Tanpa ba bi bu lagi ia menyodokkan penisnya ke vagina Wulan dari belakang.
"Ukhhnnghh. Nghh!" Wulan merasa ngilu di selangkangannya. Tono merasakan vagina Wulan yang kering dan kesat menjepit penisnya, menimbulkan kenikmatan.
"Jeritlah kalau berani Wulan. Uh! Uh! Uh!"
Tono mulai menyetubuhi Wulan. Menyodok nyodok Wulan hingga tubuhnya tersentak sentak. Wulan mencengkeram pinggiran meja itu keras, menggigit bibirnya menahan jeritan kesakitan. Di samping seng terdengar beberapa orang lewat. Wulan mati-matian menahan jangan sampai bersuara. Tono yang melihat itu semakin bernafsu memperkosa Wulan. Kaos Wulan digulungnya hingga leher sehingga ia bebas meremas remas payudara Wulan yang bundar menggantung. Bahkan Tono mencabut penisnya dan memindahkannya ke lubang dubur Wulan.
"Ngngkh!! Nghh!!" Wulan menggigit bibirnya.
Hampir terjerit. Dan Tono menungganginya seperti anjing. Hingga, croott.. Crrt.. Crrt. Spermanya memancar mengisi dubur Wulan. Tono meremas buah pantat Wulan dengan keras. Ia mencabutnya perlahan.
"Ohh.. Nikmat Wulan. Besok lagi yo he he he..." Tono membenari celananya sambil menyeringai. Meninggalkan Wulan yang terduduk lemas. Jins dan celana dalamnya di mata kaki.
Wulan pamit menginap di rumah temannya malam itu. Walaupun hari sudah malam ia nekad naik bis kota. Awalnya bis itu ramai. Tapi ketika memasuki km 7 yang mulai sepi isi bis itu hanya 6 orang pemuda ditambah kenek dan sopir.
"Eh Wulan! Kebetulan."
Wulan terkejut. Keenam pemuda itu kebetulan yang memiliki foto dirinya. Wulan segera mengetuk kaca supaya bis berhenti. Terlambat. Sopir dan kenek bis ikut menyeringai menatapnya. Wulan menangis menyadari ia berada di kandang macan.
"Ayo!"
Wulan ditarik ke tengah bis. Tanpa aba-aba keenam pemuda itu telah mengerubungi gadis itu. Menarik kerudungnya lepas, sebagian memelorotkan jinsnya dan melepas kaosnya. Wulan meronta-ronta. Lampu bis itu menyala. Walaupun berada di pinggiran kota yang sepi orang dari luar dapat melihat jelas ia ditelanjangi. Tapi keenam pemuda itu terus memeganginya. Ia memakai bra dan celana dalam berenda biru yang kontras dengan kulit putih dan tubuh langsingnya.
"Jangan kak.. Dijingok uwong."
Wulan menangis tak berdaya sementara tangan-tangan kasar itu menggerayangi tubuhnya, meremas buah dadanya, pinggul dan selangkangannya. Menyelusup di underwearnya. Tiba-tiba bis berhenti menepi. Di luar hutan. Sopir dan kenek ikut mengerubunginya. Wulan dikeroyok 8 laki-laki yang haus birahi. Sementara kedua tangannya dipegangi, celana dalam dan branya dilepas. Wulan telanjang bulat ketika digotong keluar. Wulan dipaksa memeluk sebuah batang pohon kemudian tangannya diikat melingkari pohon tersebut dengan tali branya sendiri.
Dan mulailah mereka bergiliran menyetubuhi Wulan. Tubuhnya agak ditundukkan, kakinya direntangkan. Dan mereka menungganginya bergiliran. Wulan hanya dapat memeluk pohon itu erat. Ia diperkosa sambil berdiri agak tertelungkup. Payudaranya yang menggantung diremas-remas kasar. Bahkan setelah puas menggagahinya, mereka bergiliran pula menyodomi gadis itu. Wulan dijadikan alat pemuas nafsu oleh 8 lelaki. Ketika lelaki ke-8 selesai meyodominya, Wulan pingsan.
Ia terbangun masih terikat telanjang bulat di pohon itu. Hari mulai pagi. Mulutnya dibungkam dengan celana dalamnya sendiri. Tangannya diikat dengan branya. Di sebelahnya ada tasnya. Dengan KTP yang diletakkan dan dompet yang dibuka. Semua dapat melihat siapa namanya, juga alamatnya. Dan sebuah kertas diletakkan ditanah. Tertulis besar.
"Namaku Wulan, juburi aku, perkosa aku, gratis!"
Wulan panik dan meronta. Ia berada di tepi jalan. Seketika sebuah truk orang berhenti melihat gadis telanjang, siap menungging. Sekompi orang turun sambil tertawa dan menyeringai bernafsu.
"Ayo kita kabulkan permintaan gadis ini!!"
Wulan berusaha meronta ketika orang pertama berdiri di belakangnya, kemudian mulai menggagahinya bertubi tubi.
"Mmmffhh!! MMhh!! Nghh!".
Ketika sadar Wulan mendapatkan dirinya di pinggiran kota Palembang. Tergeletak di tepi jalan dengan berpakaian lengkap. Tanpa pakaian dalamnya.
Malam tahun baru. Wulan menghabiskan waktunya di keramaian bundaran air mancur di kota Palembang bersama teman-temannya. Suasana sangat ramai. Ia tak tahu beberapa pasang mata mengikuti gerak geriknya.
"San, aku nak kencing dulu!"
Teriaknya di antara hingar bingar suara massa dan terompet, teman-temannya mengangguk sambil terus bersenang-senang. Wulan bergegas menerobos kerumunan dan mencari WC umum yang terletak di belakang monumen. Beberapa lelaki mengikutinya. Wulan baru saja menunaikan hajatnya ketika mendadak pintu didobrak. Ia menjerit ketika beberapa laki-laki mencengkeramnya, menarik dan membopong tubuhnya keluar. Celana dalam dan jinsnya masih menggantung di betisnya. Mulutnya dibungkam dan ia dibopong ke taman yang cukup gelap.
Wulan ditelungkupkan diatas rumput. Sementara kedua tangannya dipegangi, sesuatu yang keras melesak di duburnya. Wulan menjerit kesakitan, namun suaranya tersamar oleh teriakan keramaian yang hanya berjarak 5 meter dari tempatnya diperkosa. Wulan dapat merasakan jins dan celana dalamnya dilepas. kemudian blus ketatnya ditarik paksa, juga kerudungnya.
Dia ditelanjangi di tempat umum. Wulan merasakan lelaki yang menyodominya menyodok lebih dalam dan deras sebelum ia bergetar dan cairan spermanya memancar mengisi anusnya yang perih. Wulan hanya mampu menangis. Kini kedua tangannya diikat ke pohon bougenvil dengan branya sendiri, terentang lebar. Ia tertelungkup dengan posisi menungging.
"Ayo, giliran," terdengar suara laki-laki.
Mata Wulan ditutup dengan kerudungnya sendiri. Ia benar-benar tak berdaya. Tak tahu siapa saja yang akan memperkosanya. Seseorang mulai menungganginya lagi, menyetubuhinya dari belakang. Pinggulnya dicengkeram keras. Setelah selesai, beberapa jari terasa membukai lubang anusnya lagi, kemudian seseorang mengisinya dengan minyak goreng.
"Biaar dak sakit Wulan.. Kau jadi lonte malam ini. He he he."
Wulan menjerit jerit ketika sesuatu yang keras lagi-lagi melesak di duburnya dan menyentak-nyentak. Para tukang becak, sopir angkot, dan kuli-kuli berkumpul mengantre menyodomi Wulan. Sementara Budi dan kawan-kawan, pemuda yang memergoki Wulan waktu pertama mengawasi dengan puas. Setiap lelaki membayar seribu rupiah untuk membuang sperma mereka di anus dan vagina Wulan malam ini. Bahkan beberapa diantara mereka memaksa menyetubuhi mulut Wulan dan menyemprotkan spermanya dimulut gadis itu. Budi benar-benar puas melihat Wulan tak berdaya seperti itu. Bahkan ia pergi ke bundaran yang masih ramai dan mengundang para pemuda tanggung untuk memakai Wulan. Wulan terikat diatas rumput dengan posisi yang benar-benar siap pakai. Maka para pemuda itu mengantre pula menyodomi Wulan. Segera saja taman gelap itu menjadi ramai. Setiap selesai memakai Wulan, mereka pergi bercerita pada rekan lain. Bahkan seorang pemuda dari Kertapati langsung menelpon rekan-rekannya dengan HP.
Tiga mobil kijang yang penuh pemuda segera tiba. Bebrapa bahkan masih SMP. Budi semakin bernafsu. Lelaki yang mengantre Wulan semakin ramai. Bahkan mereka tidak sabar dan memakai Wulan beramai-ramai. Teriakan dan tangisan Wulan semakin membuat mereka bernafsu. Wulan dipakai ketiga lubang tubuhnya sekaligus. Sementara tubuh telanjangnya dilentangkan dibangku taman, kedua kakinya dikangkangkan lebar, sehingga para pemerkosanya dengan leluasa menyetubuhi vagina dan anusnya sesuka hati. Sementara kepalanya yang terjuntai diujung bangku sengaja dipegangi dan mereka menytubuhi mulutnya. Sementara kedua tangannya terus dipegangi dan kedua payudaranya disedot kanan kiri. Wulan beberapa kali hampir mati tersedak ketika mulutnya disetubuhi dengan brutal. Mereka terkadang sengaja menutup hidung Wulan sambil menekankan penis mereka ke dalam mulutnya.
Dan semakin Wulan panik karena tak bisa bernafas mereka semakin bernafsu. Pemerkosaan semakin brutal ketika serombongan tukang becak yang mabuk mengeroyok Wulan. Sementara mulut, vagina dan anusnya disodok-sodok, buah dadanya digigiti dan diremas kasar, bahkan perut Wulan yang rata dan mulus dipukuli hingga Wulan hampir pingsan. Akibatnya ketika penis ditarik dari anusnya, kotoran Wulan ikut muncrat tak terkendali.
Wulan benar-benar dilecehkan. Ia diperkosa, disodomi, dan dipaksa oral sex bergiliran oleh puluhan lelaki ditengah taman kota, ditengah keramaian, dan kini ia dipaksa membuang hajat. Siksaan terakhir adalah ketika tukang becak itu memegangi tubuh telanjang Wulan diatas rumput. Kedua tangan dan kakinya direntangkan lebar. Sementara yang lain memegangi kepalanya dan memaksa Wulan membuka mulut lebar-lebar. Saat itulah salah seorang darri mereka menyendoki kotoran Wulan dari anusnya kemudian menjejalkan ke mulutnya. Wulan dipaksa memakan taiknya sendiri.
Bahkan ketika Wulan menolak mereka lagi-lagi memencet hidung Wulan hingga tak bisa bernafas, Wulan menjerit histeris tak berdaya ketika dirasakannya taiknya yang asam, pahit dan busuk itu masuk ke tenggorokannya.
Para penyiksanya tertawa puas. Seorang dari mereka memasukkan penisnya kemulut Wulan dan dengan lancar kencing di mulutnya. Sementara yang lain memegangi Wulan dengan erat. Wulan benar-benar diperkosa dan dilecehkan habis-habisan malam itu.
Ketika polisi datang jam 4 pagi pemerkosaan itu baru berhenti. Mungkin ada sekitar 100 penis yang sudah dijejalkan pada mulut, anus, dan vaginanya. Wulan pingsan tak berdaya, sekujur tubuh dan wajahnya penuh sperma kering.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar