Aku menjadi semakin berani untuk menyetubuhi Rita. Aku menekan penisku ke dalam vagina Rita lebih dalam dengan perlahan. Aku sempat merasakan sempitnya vagina Rita dan panas tubuhnya di sekeliling penisku. Namun, tiba-tiba Rita melenguh keras dan menutup kakinya hingga penisku tertarik keluar. Aku kaget setengah mati, kukira Rita akan terbangun dan memergokiku sedang menyetubuhinya. Penampilanku sekarangpun sudah tidak bisadisangkal, dengan penis tegang keluar dari celana. Pakaian Rita-pun sedang dalam posisi hampir terbuka.
Aku segera merapikan pakaian Rita dan pergi dari kamar tidurnya. Kemudian melanjutkan pekerjaanku mengawasi mesin prin. Tak lama kemudian, Mahdi pulang dan menanyakan pekerjaanku. Setelah bertengkar, Mahdi dan Rita tidur, meninggalkan aku sendirian di tempat kerjaku.
Aku mulai berpikir untuk mengerjai Rita dengan lebih cepat dan tidak perlahan-lahan. Terlalu banyak waktu terbuang hanya untuk berhati-hati dan takut ketahuan. Mahdi keburu pulang dan resiko ketahuan yang besar menjadi pikiranku selama beraksi.
Kemudian aku mendapat ide untuk menggunakan obat tidur. Aku segera mencari di internet untuk membeli obat tidur. Setelah memesan, obat tidur tersebut datang tiga hari kemudian. Aku menyusun rencana untuk menggunakan obat tidur tersebut pada Rita.
Malamnya Mahdi sedang pergi dan Rita sedang menonton televisi di ruang tamu. Kemudian aku segera membuat alasan untuk membuat kopi agar dapat masuk ke rumah utama. Begitu Rita lengah aku memasukkan obat tidur cair ke minumannya dan kedua anaknya yang masih kecil. Aku masuk kembali ke ruang kerjaku. Setelah kutunggu lama suara televisi masih menyala, namun tidak terdengar suara Rita ataupun anak-anaknya.
Aku memberanikan diri untuk masuk dan membuka pintu dengan cara normal. Setelah aku masuk ternyata Rita dan kedua anaknya masih berada di ruang tamu. Rita tertidur di kursi dan anaknya tertidur di lantai masih memegang mainan yang sedang dimainkannya. Aku menggelengkan kepala, tidak percaya bahwa aku akan memperkosa wanita hamil yang sedang tidur.
Aku kemudian menguji apakah Rita sudah sudah benar-benar tertidur atau belum.
“Teh Rita, teh Rita bangun,” kataku sambil menepuk dan menggoyangkan tubuhnya. Rita tidak juga bangun dan masih tertidur pulas. Untuk meyakinkan aku meremas payudaranya perlahan, kemudian aku meremasnya dengan keras untuk melihat reaksinya. Ternyata Rita tidak juga terbangun, nampaknya obat tidur tersebut benar-benar berfungsi dengan baik.
Kemudian aku menyeret tubuh Rita ke kamar tidurnya. Aku tak punya banyak waktu karena Mahdi akan segera pulang, dan aku tak ingin dia memergokiku sedang memperkosa istrinya. Aku cepat-cepat membuka bajunya dan bajuku sendiri. Kuciumi seluruh badannya dengan penuh nafsu, karena aku tahu kini apapun yang kuperbuat Rita takkan terbangun.
Kuposisikan tubuh Rita dengan posisi terlentang hingga aku bebas menjamah seluruh tubuhnya. Perutnya yang sedang hamil tampak membusung ke atas. Kemudian aku menghisap putting payudaranya, tidak seperti beberapa hari lalu, malam ini aku menghisapnya dengan keras.
Kuremas payudara Rita yang satu lagi, satu kuremas, satu kuhisap terkadang bergantian. Setelah beberapa lama, kurasakan tanganku basah di payudara Rita, dan hanya ada satu penjelasan, ini air susu Rita. Setelah terpana sebentar, aku mulai menjilati air susunya. Ternyata rasanya cukup enak dan wangi. Aku masih belum puas merasakan air susu Rita dan masih ingin terus meminumnya.
Aku menghisap air susu Rita dari puting payudara, kuremas kemudian setelah susunya keluar aku hisap hingga habis, terus seperti itu. Setelah beberapa saat aku tahu teknik untuk mengeluarkan air susunya tanpa harus meremasnya dengan tangan. Setelah aku merasa enek, enek karena air susu yang seharusnya untuk bayi, lucu sekali.
Karena aku merasa sudah cukup puas dengan payudaranya, aku ingin melakukan hal yang lain. Aku melihat bibir Rita yang indah dan jadi sangat ingin menciumnya. Aku mendekatkan wajah dan mencium bibirnya. Rasa mulut Rita jujur saja rasa mi instan, sepertinya di baru makan mi instan.
Aku mengeluarkan penisku dan mendekatkannya ke wajah Rita. Setelah menggosokkannya ke bibir Rita, aku menekan penisku ke dalam mulut Rita. Setelah memasuki mulut Rita aku mulai menggerakkan penisku keluar masuk. Mulut Rita dipenuhi penisku dan becek karena liurku. Kemudian Rita bergerak secara reflek berusaha mengeluarkan penisku dari mulutnya. “Sayang sekali…” pikirku dalam hati.
Aku mengganti targetku pada vaginanya, yang belum kusentuh dari tadi. Aku membuka kedua kaki Rita hingga posisinya kini mengangkang, siap dimasuki penisku. Aku tidak ingin melakukannya dengan pelan, aku ingin melakukannya dengan keras dan kasar, toh Rita takkan terbangun kali ini.
Kugosokkan penisku di bibir lubang vagina Rita agar tak meleset saat kumasukkan. Setelah letaknya tepat aku segera bersiap untuk memasukkan penisku ke vagina Rita. Dengan satu hentakan keras, BLESSS aku menusukkan penisku ke dalam vagina Rita sekuat tenaga. Rita tetap diam saja, hanya ekspresi wajahnya yang sedikit mengerut.
Aku mendiamkan sebentar penisku di dalam vagina Rita, mencoba meresapi panas tubuhnya dan gerakan di dalam vaginanya. Vagina Rita seakan bernapas dengan jepitan yang mengeras dan mengendur di sekeliling penisku. Penisku mulai kukeluarkan dan kuhentakkan kembali dengan keras. Aku melakukannya beberapa kali karena setiap kali melakukannya vagina Rita berkedut-kedut di bagian dalam.
Setelah melihat jam, ternyata sudah lewat setengah jam sejak aku mulai bermain dengan tubuh Rita. Aku mulai menggenjot badan Rita dengan cepat dan kuat. PLOK PLOK PLOK PLOK suara paha kami saat bertemu karena genjotanku. Sambil terus kugenjot, aku menciumi seluruh permukaan tubuhnya. Lenguhan-lenguhan kecil keluar dari bibirnya yang indah. Payudara dan seluruh dadanya kujilati, kuremas, dan kuhisap dengan rakus. Perutnya yang membusung kupeluk dan kuciumi pula, aku ingin merasakan dengan jelas kalau aku sedang memperkosa wanita hamil dan berjilbab pula.
Sekarang yang membuatku bingung adalah apakah aku harus mengeluarkan maniku di luar atau di dalam. Setelah hampir setengah jam menggenjot tubuh Rita, aku merasakan maniku sudah siap keluar. Pada saat merasakan sudah mencapai puncaknya, aku memutuskan untuk mengeluarkan maniku di dalam vagina Rita. Kutekan keras penisku ke dalam vagina Rita agar maniku keluar di tempat paling dalam di tubuh Rita.
CROT CROT CROT maniku akhirnya keluar di dalam vagina Rita. Aku dapat merasakan maniku keluar dan membanjiri vagina Rita. “Oh, oh, oh yeah,” kataku tak kuasa menahan nikmat orgasme yang membuat seluruh tubuhku menegang. Setelah kulepaskan penisku dari vagina Rita, air maniku sedikit menetes dari vaginanya.
Aku berpikir, “Bagaimana dengan bayi di dalam rahimnya ya?” karena aku baru saja memasukkan sperma dalam jumlah besar. Aku pernah mendengar kalau seorang wanita akan keguguran kalau diperkosa pada saat mengandung. Tapi kemudian aku berpikir lagi, “Memang aku peduli? Aku rasa tidak! Lebih baik aku teruskan, karena bagaimanapun sudah terlambat menyesal sekarang.”
Setelah tenagaku pulih, aku siap untuk bermain dengan tubuh Rita minimal satu kali lagi. Tubuh Rita kuposisikan agar menungging, karena aku ingin memperkosanya dari belakang. Kunaikkan pantatnya ke atas dan menciumi pantatnya. Pada saat sedang asyik menciumi, aku melibat lubang anusnya. Aku terpana dengan gerakannya yang seakan mengundangku untuk melakukan anal seks padanya. Namun, aku terpaksa harus menolak, karena jika ketahuan ada bekas anal seks, mereka akan curiga.
Kumasukkan sekali lagi penisku ke dalam vagina Rita dari belakang. Setelah posisiku mantap, aku genjot vagina Rita dengan cepat dan kuat. Kini tak hanya terdengar suara paha saja yang terdengar. Kini, suaranya terdengar lebih becek karena banyaknya cairan dalam vagina Rita.
Setelah puas dengan posisi menungging, kuangkat tubuh Rita hingga dia berada dalam posisi mendudukiku. Aku harus terus menahan tubuh Rita agar tak terjatuh. Posisi duduk membuat ukuran perut Rita yang sedang hamil terlihat dengan jelas. Sambil terus merabai tubuhnya dari belakang, aku terus menggenjot tubuh Rita.
Perut dan payudara Rita bergoncang mengikuti gerakan genjotanku. Remasanku pada payudara Rita semakin keras hingga air susunya memercik ke kasur. Namun, posisi duduk cukup membuat pegal karena aku harus menahan berat tubuh Rita. Aku mengganti posisi agar aku dapat kembali menikmati tubuh Rita dengan nyaman.
Kurebahkan tubuh Rita dengan posisi menyamping dan aku di belakangnya. Kuangkat kaki Rita yang kanan dan menyelipkan kaki kananku di antara kaki Rita. Kemudian, kumasukkan penisku kembali ke vagina Rita yang sudah becek karena cairan dari vaginanya.
Kulanjutkan genjotanku pada Rita, sambil menciumi seluruh tubuhnya. Tanganku meremas payudaranya yang indah dengan keras. Puting payudara Rita kupuntir dan kucubit sepuasnya. Setelah beberapa saat aku mulai mencapai puncak kenikmatanku. Aku angkat kaki Rita agar aku dapat menggenjot vaginanya dengan kecepatan maksimal.
Dengan posisi berlutut aku menggenjot vagina Rita dengan kencang. Kuangkat bagian bawah tubuh Rita agar mani yang kukeluarkan langsung masuk dan tak tumpah kemana-mana. Saat mencapai orgasme aku tak kuasa menahan getaran tubuhku. “Oh! Ah! Oh!” aku melenguh karena kenikmatan orgasme yang menguasai tubuhku.
Setelah kucabut penisku, aku tetap mengangkat bagian bawah tubuh Rita agar air maniku tidak keluar dari vagina Rita. Setelah beberapa saat, aku membersihkan tubuh Rita yang penuh air liurku menggunakan kain lapel. Kubersihkan vagina Rita dari air mani yang menetes.
Kurapikan pakaian Rita dan kuposisikan seperti orang yang tidur. Kubaringkan kedua anak Rita di tempat tidurnya. Kemudian aku kembali mengawasi mesin prin yang ternyata kehabisan kertas. Jam setengah satu Mahdi pulang ke rumah dan menanyakan pekerjaanku. Perbedaannya malam itu tak ada pertengkaran karena Rita masih tidur dan Mahdi tidak menyadari apa yang kulakukan pada istrinya.
Kini dengan berbekal obat bius, setiap aku menginap di rumah Mahdi aku selalu memperkosa Rita. Rita dan Mahdi tidak pernah menyadarinya atau tidak perduli aku tidak tahu. Pernah beberapa kali aku memperkosa Rita saat Mahdi sedang tidur di sampingnya. Tentu saja aku harus keluar sebelum ada masalah yang terjadi yang menyebabkanku masuk penjara.
Karena memperkosa Rita sudah mulai membosankan dan tidak menarik lagi, aku memutuskan keluar dari tempat kerja Mahdi. Aku keluar dari tempat kerja Mahdi karena aku sudah muak kerja tanpa dibayar oleh Mahdi. Beberapa bulan kemudian aku mendengar kabar bahwa istri Mahdi telah melahirkan. Saat aku berkunjung ke rumah Mahdi, aku melihat bayi yang tadinya berada dalam kandungan Rita.
Anak Rita ternyata sangat lucu dan sehat tanpa ada cacat sama sekali. Ternyata pemerkosaan yang kulakukan pada Rita sama sekali tidak berpengaruh pada rahim Rita dan kandungannya. Sekarang aku keluar untuk selamanya dari tempat kerja Mahdi karena bosan, sudah tidak ada lagi yang bisa kulakukan di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar