Cerita-cerita ini hanyalah fantasi belaka. MOHON JANGAN MENIRU KEKERASAN YANG ADA.
Jika ada kesamaan dengan nama tokoh, karakter, tempat, dll, hanyalah ketidaksengajaan.
Dari Pemerkosaan Menjadi Perselingkuhan (2)
Aku duduk di atas sofa sambil melihat anak Aldi yang sedang ditemani suamiku belajar. Wajah mereka terlihat sangat cerah sekali bertanda bahwa mereka sangat bahagia. Entah kenapa tiba-tiba di pikiranku terlintas kembali apa yang terjadi tadi pagi yang menimpa diriku. Semakin aku berusaha melupakannya rasanya ingatan itu semakin menghantuiku. Aku tidak bisa membayangkan kalau sampai suamiku mengetahui kalau aku diperkosa oleh ketiga pembantuku sendiri,
"Hhhmm gimana Aldi, sudah negerti belom?" kataku sambil mengucek rambutnya yang sedang sibuk menghitung soal yang di berikan suamiku. "Ya sudah, kalau begitu mama bikinin minuman dulu ya, buat kalian," kataku yang di sambut dengan teriakan persetujuan mereka berdua.
Baru satu langkah aku keluar dari kamar tiba-tiba pergelangan tanganku terasa sakit saat pak Rojak menarik tanganku.
"Bapak apaan sih!?" bentakku dengan suara yang sangat pelan.
"Ssstthh jangan berisik," kata pak Rojak dengan jari telunjuk di bibirnya, "nanti suami dan anakmu dengar, hhmm bapak cuman mau ini Bu," katanya lagi sambil mencubit payudaraku, dengan sigap aku mundur ke belakang.
"Jangan main-main pak," beberapa kali aku memandang pintu kamarku yang tidak tertutup rapat, tetapi pak Rojak tidak kehabisan akal dia balik mengancamku dengan mengatakan akan membongkar semua rahasiaku ke pada suamiku, sehingga nyaliku menjadi ciut.
"Oke, hhmm kalau begitu bapak ikut saya," kataku dengan suara yang bergetar, karena sudah tidak tahu lagi harus melakukan apa. Dia terseyum puas melihatku tak berdaya dengan permintaanya.
"Maaf Bu, saya inginnya di sini bukan di tempat lain," katanya dengan suara yang cukup jelas. Setelah berkata seperti itu pak Rojak langsung memelukku dengan erat sehingga aku sulit bernafas. "Hhmm bau tubuh ibu benar-benar menggoda saya," perlahanku rasakan lidahnya menjulur ke leherku.
"Pak ku mohon, jangan di sini," pintaku ke padanya. Pak Rojak yang mengerti kekhawatiranku langsung membalik tubuhku menghadap daun pintu kamarku yang sedikit terbuka.
"Ibu bisa bayangkan kalau sampai orang yang sedang di dalam kamar Ibu mengetahui apa yang sedang Ibu lakukan," ancamnya sambil menarik rambutku sehingga aku harus menutup mulutku dengan telapak tanganku agar suara terikanku tidak terdengar oleh suami dan anakku.
"Pak ku mohon jangan di sini," aku hanya bisa menurut saja saat pak Rojak menyuruhku untuk menungging dengan tangan yang menyentuh lantai, sedangkan wajahku menghadap ke celah pintu kamarku yang terbuka.
"Tahan ya Bu," katanya sambil menyingkap dasterku, sehingga celana dalamku yang berwarna hitam terpampang di depan matanya. Dengan sangat kasar pak Rojak meremas kedua buah pantatku yang padat sehingga aku tak tahan untuk tidak mendesah.
"Aaahkk.. pak hhmm.. ja-jangan di sini pak," pak Rojak diam saja tidak mendengar kata-kataku melainkan pak Rojak semakin membuatku terangsang dengan mengelus belahan vaginaku dari belakang.
"Kalau kamu tidak mau ketahuan jangan bicara," bentak pak Rojak sambil memukul pantatku.
"Ta-tapi pak, oohhkk... aku ga kuat," kataku dengan suara yang sangat pelan, "ku mohon pak mengertilah."
Pak Rojak seolah-olah tidak mau tahu, kini dengan rakusnya pak Rojak menjilati vaginaku yang masih tertutup celana dalamku, sehingga aku merasa celana dalamku tampak semakin basah oleh air liurnya. Setelah puas menciumi vaginaku pak Rojak memintaku untuk membuka celana dalamku sendiri masih dengan posisi menungging. Sangat sulit bagiku untuk melepaskan celana dalamku dengan posisi menungging belum lagi aku harus bekonsentrasi agar suaraku tidak keluar dengan keras walaupun pada akhirnya aku berhasil menurunkan celana dalamku sampai ke lutut.
"Hhhuuu mantab," katanya sambil merabahi vaginaku dari belakang, "kamu mau tahukan gimana rasanya ngentot di depan suamimu sendiri," katanya lagi sambil menunjuk ke arah suamiku yang sedang mengajari anaku Aldi.
"Pak, ja-jangan... aku sangat takut sekali kalau suamiku melihat ke arahku," tiba-tiba aku dikejutkan dengan jari telunjuk pak Rojak yang langsung memasuki vaginaku sehingga aku terpekik cukup keras.
"Sayang ada apa?" kata suamiku dari dalam, saat mendengar suaraku.
"Aaahkk tidak pa, cuman hhmm.. tadi ada tikus lewat," jawabku asal-asalan agar suamiku tidak curiga ke padaku. Untungnya suamiku tidak melihat ke arahku, dalam keadaan terjepit seperti ini pak Rojak masih asyik mempermainkan vaginaku dari belakang.
"Ada tikus??" katanya lagi seolah-olah tidak percaya, "apa perlu papa yang usir?" Mendengar tawarannya nafasku teras berhenti tetapi untungnya aku masih banyak akal.
"Aaahhgg ga usah hhmm.. pa," kataku terputus-putus menahan rasa nikmat yang diberikan pak Rojak kepadaku, untungnya suamiku tidak curiga dengan suaraku.
"Asyikan Bu, ngobrol dengan suami sambil dimainin memiawnya?" Aku memandangnya dengan wajah yang memerah karena nafsuku sudah di puncak.
"Kok diam cepat ajak suami Ibu ngobrol!" Mendengar perkataanya aku langsung melotot ke arahnya. "Ibu mau kalau suami Ibu tau apa yang sekarang Ibu lakuin?" mendengar ancamannya aku kembali terdiam.
Dengan sangat terpaksa aku kembali mengajak suamiku mengobrol, walaupun di dalam hati aku merasa was-was takut kalau suamiku menyadari suaraku yang berubah menjadi desahan.
"Paaa.. ma-mau minum apa?" tanyaku yang kini sedang diperkosa oleh pak Rojak, tanpa kusadari pak Rojak sudah memposisikan penisnya di depan bibir vaginaku sehingga beberapa kali aku terpanjat saat pak Rojak menghantamkan penisnya dengan sangat keras ke dalam vaginaku.
"Terserah mama saja, papa sama Aldi ikut aja."
"Iya ma, apa aja asalkan enak," sambung Aldi.
Waktu demi waktu telah berlalu sehingga sampai akhirnya sikapku berubah menjadi sedikit liar dan mulai menyukai cara pak Rojak memperkosaku walaupun pada awalnya hatiku terasa miris sekali diperlakukan seperti ini.
"Aaahk... pak hhmm.. enak," aku melengguh panjang saat orgasme melandahku. Kini perkosaan yang ku alami berganti dengan perselingkuhanku dengan pembantuku.
"Oohhk memiaw istri majikan ternyata enak sekali, ahhkk..." katanya yang terus-terusan menggoyang penisnya di dalam vaginaku.
"Pak aahhkk eehkk aku, hhmm ingin keluarrr, uuhhkk.." kali ini suaraku terdengar sangat manja.
Beberapa menit kemudian kami mengerang bersamaan saat kenikmatan melanda kami berdua. Setelah merasa puas aku dan pak Rojak kembali merapikan pakaian kami masing-masing. Sebelum pak Rojak pergi meninggalkanku sempat terlihat seyumannya yang tersungging di bibirnya. Setelah membuatkan minuman aku kembali ke kamarku menemui anak dan suamiku. Mereka terlihat tampak senang sekali melihatku hadir dengan membawa minuman dan makanan kecil.
"Ini di minum dulu, nanti baru di lanjutin lagi," kataku sambil meletakan cangkir dan piring di atas meja kecil yang di gunakan Aldi untuk belajar.
"Makasih mama," kata Aldi yang langsung saja menyambar minuman yang baru kubikin.
Entah kenapa setiap kali melihat Aldi hatiku terasa menjadi damai, dan semua masalah seperti terlupakan. Aku merasa sedikit aneh, saat suamiku memandangku dengan tatapan mencurigakan sehingga aku memberanikan diri untuk bertanya ke padanya.
"Ada apa, kok memandang mama seperti itu," kataku sambil mengupas jeruk untuk Aldi yang sedang menulis.
Suamiku mendekatkan mulutnya ke telingaku, "hhmm.. sayang kok kamu bau hhmm gitulah." Mendengar pertanyaannya jantungku terasa berhenti,
"Bau, bau apa pa?" tanyaku untuk memastikan apa maksud dari pertanyaan suamiku.
"Kamu tadi kok lama ma," kami terdiam beberapa saat, "mama abis dari kamar mandi ya, hhmmm papa jadi curiga ni," katanya sambil tertawa memandangku, mendengar perkataanya aku menjadi sedikit lega.
Setelah yakin Aldi tertidur pulas, suamiku mengjakku untuk melayaninya semalaman suntuk. Tubuhku memang terasa lelah karena seharian harus mengalami orgasme. Tetapi di sisi lain aku sangat senang karena suamiku tidak mencurigai aku karena bau tubuhku seperti bau orang yang habis bercinta.
Hampir tiap hari aku merengkuh kenikmatan bersama para pembantuku, kenikmatan yang tidak aku dapatkan dari suamiku yang membuat aku semakin liar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar