Aku adalah wanita berumur 25 tahun yang sekarang tinggal sendirian di rumahku yg terletak di salah satu komplek yg disebut sebagian orang sebagai komplek orang berduit di wilayah Jakarta. Aku adalah janda tanpa anak, suamiku telah meninggal enam bulan yg lalu karena kecelakaan.
Saat itu usia perkawinan kami baru menginjak tahun kedua. Rumah yg kutempati ini adalah hadiah perkawinan untukku, suamiku membeli rumah ini atas namaku.
“Sebagai bukti ketulusan sayangku padamu,” katanya.
Rumah-rumah di komplekku terbilang saling berjauhan karena masing-masing rumah memiliki pekarangan yg luas. Hidup di Jakarta menyebabkan aku juga tak begitu mengenal tetanggaku. Kami masing-masing memiliki kehidupan sendiri-sendiri.
Sering aku merasa kesepian tinggal sendiri di rumah ini, tapi aku tak mau menggunakan jasa pramuwisma, aku ingin mengerjakan pekerjaan rumahku sendiri. Alasanku sih biar aku ada kesibukan di rumah, rasanya lebih enjoy kalau semua dikerjakan sendiri.
Malam itu aku pulang agak larut karena baru pulang dari acara ulang tahun kawanku. Setelah mengunci pintu depan aku mencari-cari kontak lampu karena suasana rumahku masih gelap. Aku berangkat dari tadi siang untuk bantu-bantu di acara ulang tahun tersebut. Begitu lampu menyala, aku langsung menuju kamarku untuk mengganti baju.
Aku melepaskan seluruh pakaianku lalu menaruh baju kotorku di keranjang yg memang kusediakan di kamar untuk pakaian kotor. Aku sekarang telanjang bulat. Aku merasa sendiri di rumahku sehingga aku merasa bebas walaupun ke ruang tengah atau ke dapur dalam keadaan telanjang.
Aku masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Selesai mandi rasanya tubuhku terasa segar. Kemudian duduk santai menonton TV di ruang tengah sembari minum susu hangat.
Aku hanya melilitkan handuk pada tubuhku, sembari mengeringkan rambutku dgn kipas angin aku buka channel TV sana-sini. Acaranya tak ada yg menarik.
Iseng-iseng aku menonton film BF koleksi suamiku. Aku pernah protes padanya karena dia menonton film begituan. Dia hanya tersenyum dan mengatakan bahwa dia mencari style bercinta untukku. Di film itu pria bule sedang mencumbu seorang wanita Asia yg kelihatannya begitu menikmati cumbuan dari pria bule. Aku sedikit terangsang melihat adegan itu, seandainya suamiku masih ada….
Aku melepaskan handuk yg melilit tubuhku, lalu mengelus-elus buah dadaku sendiri dgn lembut. Buah dadaku memang tak begitu besar, tapi suamiku selalu memujiku dgn sebutan montok. Untuk urusan mengurus tubuh, aku memang agak telaten. Karena bagiku kecantikan wanita dan kemulusan tubuh itu adalah harga mati.
Aku tak menyadari sama sekali kalau ada sepasang mata yg memperhatikan kegiatanku
Kuelus-elus buah dadaku dgn lembut hingga terus terang menimbulkan rangsangan tersendiri bagiku. Libidoku tiba-tiba datang dan hasratku jadi memuncak, rasanya aku ingin berlama-lama, matakupun tak terasa mulai sayu merem melek merasakan rangsangan.
Kali ini bukan lagi belaian yg kulakukan, tapi aku sudah mulai melakukan remasan ke buah dadaku. Kupilin-pilin puting susuku dgn menggunakan ibu jari dan jari telunjukku. Nikmat sekali rasanya. Tanganku perlahan-lahan turun mengelus-elus selangkanganku. Saat jari-jariku mengenai bibir-bibir kemaluanku, aku pun merasakan darah yg mengalir di tubuhku seakan mengalir lebih cepat daripada biasanya.
Aku terangsang sekali, lubang kemaluanku sudah dibanjiri oleh lendir yg keluar membasahi bibir kemaluanku. Lalu jari-jariku kuarahkan ke klitorisku. Kutempelkan dan kugesek-gesek klitorisku dgn jariku sendiri hingga aku pun tak kuasa membendung gejolak dan hasratku yg semakin menggebu. Tubuhku melengkung merasakan kenikmatan, kukangkangkan pahaku semakin lebar. Jari tengah dan telunjuk tangan kiriku kupakai untuk menyibak bibir kemaluanku sembari menggesek-geseknya. Sementara jari tengah dan telunjuk tangan kananku aktif menggosok-gosok klitorisku.
Kualihkan jari tangan kananku ke arah lipatan kemaluanku. Ujung jariku mengarah ke pintu masuk lubang kenikmatanku, kusorongkan sedikit masuk ke dalam. Lubang kemaluanku sudah benar-benar basah oleh lendir yg licin hingga dgn mudahnya menyeruak masuk ke dalam lubang kemaluanku. Kini jari tangan kiriku sudah tak perlu lagi menyingkap bibir kemaluanku lagi hingga kualihkan tugasnya untuk menggesek-gesek klitorisku.
Kukocokkan jari tangan kananku keluar masuk lubang kemaluanku. Jari-jariku menyentuh dan menggesek-gesek dinding kemaluanku bagian dalam, ujung-ujung jariku menyentuh G-spot, punggung dan kepalaku jadi tersandar kuat pada sofa di ruang tengah, seakan-akan tubuhku melayang-layang dgn kenikmatan tiada tara.
Aku sudah benar-benar mencapai puncaknya untuk menuju klimaks saat ada sesuatu yg rasanya akan meledak keluar dari dalam rahimku, ini pertanda aku akan segera mencapai orgasme.
Gesekan jari tangan kiri di klitorisku makin kupercepat lagi, demikian pula kocokan jari tangan kanan dalam kemaluanku pun makin kupercepat pula. Untuk menyongsong orgasmeku yg segera tiba, kurasakan kedutan bibir kemaluanku yg tiba-tiba mengencang menjepit jari-jariku yg masih berada di dalam lubang senggamaku.
Bersamaan dgn itu aku merasakan sesekali ada semburan dari dalam yg keluar membasahi dinding kemaluanku. Aku serasa sedang kencing namun yg mengalir keluar lebih kental berlendir, itulah cairan maniku yg mengalir deras.
“AHH……..” aku terpekik, lalu tubuhku bergetar hebat. Setelah beberapa detik baru terasa tubuhku seperti lemas sekali. Mataku terpejam sembari menikmati rasa indah yg menjalar di sekujur tubuhku, tiba-tiba tersa ada benda dingin menempel di leherku. Mataku sedikit terbuka, lalu…..
“Diam atau lehermu akan terluka,” suara seorang laki-laki terdengar mengejutkanku. Jantungku rasanya hampir berhenti menyadari ada pria yg menempelkan pisau ke leherku, dan aku dalam keadaan telanjang……..
Aku terdiam tak berdaya ketika dia berusaha mengikat tanganku. Aku takut kalau dia merasa terancam, maka dia akan membunuhku. Matanya jelalatan melihat tubuhku yg tak tertutup sehelai kainpun. Terbersit penyesalan dalam hatiku, kenapa aku sangat gegabah. Bagaimana dia masuk ke dalam rumah ini, dan apa yg akan mereka lakukan. Segala macam perasaan dalam diriku saat itu.
“He.. he.. he… cantik, ijinkan aku untuk membantumu menyelesaikan hasrat terpendam dalam dirimu,” Lelaki itu duduk disampingku. “Nah cantik…. Sekarang abang akan memuaskanmu.”
Laki-laki yg memanggil dirinya Abang kemudian dgn kalemnya dia raih tangan dan pinggangku untuk memelukku. Antara takut dan marah, aku masih berontak dan berusaha melawan. Kutendangkan kakiku ke tubuhnya sekenanya, namun.. Ya ampuunn.. Dia sangat tangguh dan kuat bagiku.
Lelaki itu berpostur tinggi pula dan mengimbangi tinggiku, dan usianya yg aku rasa tak jauh beda dgn usia suamiku disertai dgn otot-otot lengannya yg nampak gempal saat menahan tubuhku yg terus berontak.
Dia lalu menyeretku menuju ke kamar tidurku. Aku setengah dibantingkannya ke ranjang. Dan aku benar-benar terbanting. Dia ikat tanganku ke backdrop ranjang itu. Aku meraung, menangis, dan berteriak sejadi-jadinya, tapi hanya terdengar gumaman dari mulutku karena aku dibekap. Hingga akhirnya, sehingga aku menyadari tak ada gunanya lagi berontak maupun berteriak. Sesudah itu dia tarik tungkai kakiku mengarah ke dirinya. Dia nampak berusaha menenangkan aku, dgn cara menekan mentalku, seakan meniupi telingaku. Dia berbisik dalam desahnya.
“Ayolah cantik, jangan lagi memberontak. Percuma khan, jarak antar rumah di komplek ini cukup berjauhan. Lagian kalaupun ada yg tahu mereka tak akan berani menggangu.”
Aku yang menyadari kata-katanya itu dan menjadi sangat khawatir. Laki-laki ini memang memperhitungkan keadaan. Kemudian dgn tersenyum dia benamkan wajahnya ke ketiakku. Dia menciumi, mengecup dan menjilati lembah-lembah ketiakku. Dari sebelah kanan kemudian pindah ke kiri. Menimbulkan rasa geli sekaligus membangkitkan gairah. Tangan-tangannya menjamah dan menelusup kemudian mengelusi pinggulku, punggungku, dadaku. Tangannya juga meremas-remas susuku. Dgn jari-jarinya dia memilin puting-puting susuku. Disini dia melakukannya mulai dgn lembut dan demikian penuh perasaan.
Bajingan! Dia pikir bisa menundukkan aku dgn caranya yg demikian itu. Aku terus berontak dalam geliat.. Namun aku bagaikan mangsa yg siap diterkam.
Aku sesenggukan melampiaskan tangisku dalam sepi. Tak ada suara dari mulutku yg tersumpal. Yg ada hanya air mataku yg meleleh deras. Aku memandang ke-langit-langit kamar. Aku merasa sakit atas ketakadilan yg sedang kulakoni. Kini lelaki itu menatapku. Aku menghindari tatapan matanya. Dia menciumi pipiku dan menjilat air mataku.
“Kamu cantik banget….. ” dia berusaha menenangkanku.
Dia juga menciumi tepian bibirku yg tersumpal. Tangannya meraba pahaku dan mulai meraba-raba kulitku yg sangat halus karena tak pernah kulewatkan merawatnya. Lelaki ini tahu kehalusan kulitku. Dia merabanya dgn pelan dan mengelusinya semakin lembut. Betapa aku dilanda perasaan malu yg amat sangat. Hanya suamiku yg melihat auratku selama ini, tiba-tiba ada seorang lelaki asing yg demikian saja merabaiku dan menyingkap segala kerahasiaanku.
Aku merasakan betisku, pahaku kemudian gumpalan bokongku dirambati tangan-tangannya. Pemberontakanku sia-sia. Wajahnya semakin turun mendekat hingga kurasakan nafasnya yg meniupkan angin ke selangkanganku. Lelaki itu mulai menenggelamkan wajahnya ke selangkanganku.
” Ah…..” Bukan main. Belum pernah ada seorangpun berbuat macam ini padaku. Suamiku juga tidak selama ini. Aku tak kuasa menolak semua ini. Segala berontakku kandas. Kemudian aku merasakan lidahnya menyapu pori-pori selangkanganku.
Lidah itu sangat pelan menyapu dan sangat lembut. Darahku berdesir. Duniaku seakan-akan berputar dan aku tergiring pada tepian samudra yg sangat mungkin akan menelan dan menenggelamkanku. aku mungkin sedang terseret dalam sebuah arus yg sangat tak mampu kulawan. Aku merasakan lidah-lidah lelaki ini seakan menjadi seribu lidah. Seribu lidah lelaki ini menjalari semua bagian-bagian rahasiaku. Seribu lidah lelaki inilah yg menyeretku ke tepian samudra kemudian menyeret aku untuk tertelan dan tenggelam.
Aku tak bisa pungkiri. Aku sedang jatuh dalam lembah nikmat yg sangat dalam.. aku sedang terseret dan tenggelam dalam samudra nafsu birahiku. Aku sedang tertelan oleh gelombang nikmat syahwatku yg telah enam bulan tak terlampiaskan semenjak suamiku meninggal.
Dan saat kombinasi lidah yg menjilati selangkanganku dan sesekali dan jari-jari tangannya yg mengelusi paha di wilayah puncak-puncaknya rahasiaku, aku semakin tak mampu menyembunyikan rasa nikmatku. Isak tangisku terdiam, berganti dgn desahan dari balik kain yg menyumpal mulutku. Dan saat kombinasi olahan bibir dan lidah dipadukan dgn bukan lagi sentuhan namun remasan pada kemaluanku, desahanku berganti dgn rintihan yg penuh derita nikmat birahi.
Laki-laki itu tiba-tiba merenggut sumpal mulutku. Dia begitu yakin bahwa aku telah tertelan dalam syahwatku.
“Ayolah, sayang.. mendesahlah.. merintihlah.. Puaskan aku…..”
Aku mendesah dan merintih sangat histeris. Kulepaskan dgn liar derita nikmat yg melandaku. aku kembali menangis dan mengucurkan air mata. aku kembali berteriak histeris. Namun kini aku menangis, mengucurkan air mata dan berteriak histeris beserta gelinjang syahwatku. Aku meronta menjemput nikmat. Aku menggoyang-goyangkan pinggul dan bokongku dalam irama nafsu birahi yg menerjangku.
Aku tak mampu mengendalikan diriku lagi. Aku bergoncang-goncang mengangkat bokongku untuk mendorong dan menjemputi bibirnya karena kegatalan yg amat sangat pada kemaluanku dilanda nafsu birahi. Dan kurasakan betapa kecupan dan gigitan lidah lelaki ini membuatku seakan-akan menggigil dan gemetar lupa diri.
“Masukin… bang.. auh… aku gak tahan…..” aku mendesah tak karuan. Akhirnya karena tak mampu aku menahannya lagi aku merintih.
Rintihan itu membuat lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajahku hingga bisa kuraih bibirnya. aku rakus menyedotinya. Aku berpagut dgn pemerkosaku. Aku melumat mulutnya. aku benar-benar dikejar badai birahiku. Aku benar-benar dilanda gelombang syahwatku.
Aku betul-betul tak sabar menunggu dia melepas pakaiannya. Aku masih berkelojotan diranjang. Dan kini aku benar-benar menunggu lelaki itu memasukkan kemaluannya ke kemaluanku pula. Aku benar-benar berharap karena sudah tak tahan merasakan badai birahiku yg demikian melanda seluruh organ-organ peka birahi di tubuhku. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yg sama sekali diluar dugaanku. Aku sama sekali tak menduga. Kemaluan lelaki ini demikian gedenya.
Rasanya ingin tanganku meraihnya, namun belum lepas dari ikatan dasi di backdrop ranjang ini. Yg akhirnya kulakukan adalah sedikit mengangkat kepalaku dan berusaha melihat kemaluan itu. Ampuunn.. Sungguh mengerikan. Rasanya ada pisang ambon gede dan panjang yg sedang dipaksakan untuk menembusi kemaluanku. Aku menjerit tertahan. Tak lagi aku sempat memandangnya.
Lelaki ini sudah langsung menerkam kembali bibirku. Dia kini berusaha menjulurkan lidahnya di rongga mulutku sembari menekankan kemaluannya untuk menguak bibir kemaluanku. Kini aku dihadapkan kenyataan betapa besar kemaluan di gerbang kemaluanku saat ini. Aku sendiri sudah demikian dilanda birahi dan tanpa malu lagi mencoba merangsekkan lubang kemaluanku. Cairan-cairan kewanitaanku membantu kemaluan itu memasuki kemaluanku.
“Blesek……..Blesek………. Ohh…… Kenapa sangat nikmat begini…….. Oh aku sangat merindukan kenikmatan ini…..” aku semakin meracau.
Sensasi cengkeraman kemaluanku pada bulatan keras batang besar kemaluan lelaki ini sungguh menyuguhkan fantasi terbesar dalam seluruh hidupku selama ini. Aku rasanya terlempar melayang kelangit tujuh. aku meliuk-liukkan tubuhku, menggeliat-liat, meracau dan mendesah dan merintih dan mengerang dan.. aku bergoncang dan bergoyang tak karuan…. Orgasmeku dgn cepat menghampiri dan menyambarku. Aku kelenger dalam kenikmatan tak terhingga.. aku masih kelenger saat dia mengangkat salah satu tungkai kakiku untuk kemudian dgn semakin dalam dan cepat menggenjoti hingga akhirnya memuntahkan cairan panas dalam rongga kemaluanku.
“Auh………. AHH…… ” aku menjerit merasakan gelombang-gelombang listrik kenikmatan menjalar di sekujur tubuhku.
Kami langsung roboh. Hening sesaat. Aneh, aku tak merasa menyesal, tak merasa khawatir, tak merasa takut. Ada rasa kelapangan dan kelegaan yg sangat longgar. Aku merasakan seakan menerima sesuatu yg sangat aku rindukan selama ini. Apakah aku memang hipersex atau memang karena lelaki ini memang tangguh dan pandai bercinta. Ah aku tak mau berfikir lagi.. akupun tertidur kelelahan.
Besok pagi aku terbangun dgn tubuh sedikit pegal-pegal. Tak ada tanda-tanda dia masih ada di rumah. Dan kuperiksa tak ada barang yg hilang. Apakah dia memang datang untuk memperkosaku? Kadang-kadang aku masih ingin melakukan hal yg sama. Aku merindukan kemaluannya yg telah membuatku mencapai kenikmatan tertinggi dalam bercinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar