Ratna adalah seorang wanita muda beranak satu berusia 25 tahun yang memiliki wajah manis, dengan bentuk tubuhnya yang begitu semok. Pantatnya yang bohay membulat membuat siapapun lelaki yang melihatnya akan berdecak kagum. Ditambah lagi dengan buah dadanya yang membusung ukuran 34B dan sangat montok itu, semakin menambah keseksiannya benar-benar menggiurkan setiap mata lelaki.
Ratna bekerja pada satu instansi pemerintah di daerah Sudirman. Sebagai seorang analis yang ramah, iapun sangatlah disukai oleh teman-teman sekantornya. Sehari-hari Ratna berangkat bekerja dari rumahnya di daerah Ciledug menggunakan angkutan umum. Kebiasaannya yang selalu memakai pakaian ketat semakin membuat lekukkan tubuh seksinya tampak begitu jelas, dan mengundang banyak pandangan nakal dari para lelaki yang melihatnya.
Seperti pagi itu di angkutan yang cukup padat penumpang Ratna berdiri berdesakkan di antara para penumpang. Ratna yang pagi itu memakai pakaian ketat dengan span di atas lutut yang begitu menggoda setiap lelaki yang berdiri di dekatnya untuk merapatkan tubuhnya ke tubuh Ratna yang sangat seksi dan montok itu.
Saat itu ada seorang laki-laki yang berdiri tepat di belakang Ratna yang dengan perlahan mulai merapatkan tubuh depannya ke bagian belakang tubuh Ratna. Dengan memanfaatkan goncangan mobil angkutan yang sesekali terguncang itu, laki-laki itu mulai menempelkan batang penisnya yang masih tertutup celana ke pantat Ratna. Laki-laki yang di sebelahnya pun tidak mau kalah dengan kalakuan temannya. Iapun mulai dengan menempelkan telapak tangannya di permukaan pantat Ratna yang yang begitu membulat seksi terbalut rok spannya yang begitu ketat menyiplak di pantatnya.
Ratna yang diperlakukan seperti itu tidak menyadarinya, ia masih asik bergantungan dengan tangan satunya memainkan tombol-tombol blackberrynya. Begitulah keseharian yang sering terjadi terhadap Ratna, ada saja lelaki yang mencuri-curi kesempatan dalam kesempitan.
Tidak seperti biasanya hari itu Ratna begitu pusing dengan keadaan suaminya yang terlibat banyak hutang, akibat kebiasaan suaminya yang sering berhura-hura dan hidup royal. Sementara tabungan Ratna sudah habis dipakai untuk bayar ini dan itu. Sesampainya di kantor Ratna menghadap pimpinannya untuk meminjam uang, untuk melunasi hutang suaminya kepada seorang rentenir.
Ratna mengetuk pintu ruangan pimpinannya itu, dan terdengar suara dari seorang laki laki yang mempersilahkannya untuk masuk. Pak Broto adalah pimpinan di mana Ratna bekerja, dan hari itu Ratna datang dan mengutarakan maksudnya untuk meminjam uang.
Dengan mata nakalnya Pak Broto menyisir tubuh Ratna dari atas sampai ke bawah. Ratna menjadi risih mendapati hal ini, lalu dengan perlahan iapun mulai mengutarakan maksudnya.
“Maaf Pak, maksud dan tujuan saya menghadap, adalah ingin meminta bantuan kepada Bapak untuk meminjamkan saya uang lima juta Pak…” kata Ratna dengan nada berat.
“Boleh saja Bapak kasih, asal kamu mau menerima persyaratannya…” kata Pak Broto mulai dengan akal bulusnya.
“Persyaratan apa Pak?” sambung Ratna.
“Asal kamu mau pacaran sama Bapak... sehari saja. Pasti Bapak kasih apa yang kamu mau…gimana…?” kata Pak Broto dengan berbisik di depan wajah Ratna.
Ratna begitu kaget dengan apa yang baru didengarnya. Iapun tertunduk tidak berani menatap mata atasannya itu. Tapi ia teringat akan desakan dan ancaman rentenir yang kemarin datang ke rumahnya. Lalu dengan pelan iapun berkata lagi:
“Kalau memang Bapak mau begitu, saya terima Pak, asalkan saya diberi pinjaman…” dengan berat hati Ratna menyetujui keinginan atasannya itu.
Pak Broto begitu girang dan tidak menyangka Ratna akan semudah itu menerima persyaratan darinya. Lalu iapun mengeluarkan sejumlah uang dari lacinya, dan memberikannya kepada Ratna.
“Ini uangnya lima juta dan kamu harus menuruti apa saja yang saya mau…!” katanya seraya menyerahkan uang ke tangan Ratna.
Ratna segera memasukan uang itu ke dalam tasnya, sementara Pak Broto pergi mengunci pintu ruangannya dan segera menghampiri Ratna. Ratna tidak kuasa menolak ketika tangan Pak Broto memeluk tubuhnya dari belakang, dan mulai menyapu tengkuk dan leher jenjangnya dengan mulut dan lidahnya. Pak Broto yang sudah sekian lama begitu memendam hasrat terhadap Ratna kemudian tidak menyia-nyiakan kesempatan langka tersebut. Dengan penuh nafsu iapun mulai menggesek-gesekkan batang penisnya di belahan pantat Ratna yang terbalut rok ketatnya.
“Ooohh Ratna kamu begitu menggairahkan, tubuhmu begitu seksi sssshhh…aaahh…” racau Pak Broto di telinga Ratna.
Lalu mulai tangan Pak Broto meremas-remas buah dada montok Ratna, dan membuka satu persatu kancing blousnya. Tubuh Ratna sampai terguncang-guncang menerima desakan dan gesekan liar penis Pak Broto di pantatnya. Kini Pak broto membalikkan tubuh Ratna ke hadapannya.
Dengan memegang kepala Ratna Pak Broto kemudian melumat bibir tipis Ratna, kemudian tangannya mulai menurunkan tali kutang di pundak Ratna. Ratna sudah setengah telanjang dengan buah dadanya yang montok itu menggantunng membuat Pak Broto yang tidak sabar segera mencaplok dan mengenyoti puting susunya dengan penuh nafsu.
“Sssshhh…” Ratna mulai mendesis menerima kenyotan mulut Pak Broto.
Pak Broto kemudian menarik Ratna dan membaringkannya di atas sofa, lalu mulai menjilati paha mulus Ratna, dan kemudian dengan tergesa segera menarik turun celana dalamnya. Ratna hanya pasrah ketika Pak Broto mulai membuka celananya, dan kemudian menuntun batang kontolnya ke arah vaginanya.
Vagina Ratna yang sudah basah itu dengan mudah dapat dimasuki kontol Pak Broto, dan dengan tergesa kemudian Pak Broto mulai menggenjot vagina Ratna.
“Aaaahh…ooohhh…ssshhh…memekmu legit Rat…!” racaunya.
Ratna hanya bisa pasrah dan menitikkan airmatanya menerima hujaman dan genjotan batang kontol atasannya itu. Hingga akhirnya Pak Broto menyemburkan spermanya di dalam rahim Ratna, dan hari itu runtuhlah sudah kesucian dirinya. Dia harus menjadi tumbal akibat perbuatan suaminya. Pak Broto sangat puas telah berhasil mencicipi tubuh seksi dan montok Ratna, yang sudah sekian lama diidamkannya itu.
Ratna kembali ke meja kerjanya, dan hari itu iapun menjadi kewalahan akibat banyaknya pekerjaan yang menumpuk di mejanya, karena tadi harus melayani atasannya. Hari itupun Ratna harus pulang sedikit lebih malam dari biasanya. Dengan tubuh lemas dan lelah iapun berderet bersama para calon penumpang angkutan umum di halte bis.
Hingga sekitar jam delapan malam Ratna baru dapat bis, dan tidak diduga di tengah perjalanan bis itu mogok, hingga Ratna harus menyusuri trotoar dan berjalan mencari angkutan alternatif lainnya. Tepat di depan sebuah toko yang sudah mulai tertutup separuh rollingdoor-nya, Ratna dikejutkan dengan seorang laki-laki yang kemudian membekap mulutnya, dan menarik tubuhnya masuk ke dalam toko itu.
Ratna tidak bisa menjerit apalagi meminta tolong dengan bekapan di mulutnya. Ratna terus dipaksa masuk hingga ke bagian belakang dalam toko tersebut. Di dalam toko yang rupanya masih ada beberapa orang itu, kemudian serentak mengerubuti Ratna yang mulai panik. Ratna tidak berdaya mendapatkan serangan dari sekian laki-laki yang mulai menjarah sekujur tubuh seksinya, dengan rabaan, dan remasan di sana sini.
Malam itu Ratna semakin kecil kemungkinannya untuk dapat pulang dengan selamat. Tujuh orang pelayan toko berikut pemiliknya malam itu menggilir tubuh Ratna, dan diperkosa hingga Ratna jatuh pingsan. Seorang demi seorang mulai memasuki tubuh Ratna, dan memperkosanya secara brutal. Hingga semuanya kebagian menikmati montoknya tubuh Ratna.
Dengan uang yang tersisa menjelang subuh, Ratna akhirnya sampai juga di rumahnya, dan suaminya pun tidak bisa berbuat apa-apa mendapati istrinya pulang dalam keadaan bersimbah sisa-sisa sperma dari para lelaki yang tadi memperkosa istrinya.
Hari itu Ratna tidak bisa masuk kerja dan sehabis berobat ke dokter iapun diharuskan banyak istirahat. Seperti yang sudah dijanjikan, siang itu pun datanglah rentenir untuk menagih utang suaminya. Setelah perdebatan yang sangat alot rentenir itu tidak bisa menerima bayaran dari suami Ratna, karena uang yang kemarin dipinjam oleh Ratna telah raib dirampas para pemerkosanya.
Tagor sang rentenir itu akhirnya memberikan satu syarat kepada Ratna dan suaminya, ia akan memberi keringanan hutang mereka apabila diberi kesempatan untuk meniduri Ratna. Taryo, suami Ratna, tidak kuasa menolaknya dan kemudian merundingkannya dengan Ratna. Dengan menintikkan air matanya Ratna pun bersedia ditiduri oleh Bang Tagor rentenir itu.
Tagor lalu meminta Taryo untuk meninggalkan ia dan istrinya. Dengan lesu Taryo pun menurutinya dan pergi meninggalkan Ratna istrinya untuk ditiduri Tagor si rentenir itu. Tagor yang rupanya sudah tertarik terhadap kemolekkan tubuh Ratna itu membawa Ratna ke kamar dan direbahkannya di atas ranjang.
Lalu dengan penuh nafsunya Tagur menerkam tubuh Ratna dan menggumulinya. Dengan lumatan kasar di bibir tipis Ratna, Tagor pun kemudian meremas-remas buah dada Ratna dengan kasar. Dan kemudian dengan kasar merobek daster bagian dada Ratna, dan membetot kutangnya hingga putus, kemudian dengan nafsu dicaploknya buah dada montok itu.
“Kamu memang cantik mbak Ratna, tubuhmu montok sekali…aaahhh…ssshh…” racau Bang Tagor disela kenyotan mulutnya di susu Ratna.
Kemudian dengan kasar pula ia mulai menarik celana dalam Ratna hingga sobek dan terputus, lalu dengan nafsu dijilatinya belahan vagina Ratna. Dengan lidahnya dimainkannya klentit Ratna, dan dijelajahinya hingga ke kedalaman vaginanya yang gelap dan pekat itu.
Dengan membuka kaki Ratna dan dikangkangkannya kedua paha mulusnya, Tagor dengan kasar mecobloskan batang kontolnya yang besar itu ke liang vagina Ratna yang imut dan sempit itu. Ratna meringis mendapati hentakan hentakan kasar batang kontol yang dua kali lebih besar dari milik suaminya itu.
“Aaaahh…pelan Bang…aaahhh…sakiiiit….Bang…aaahh…!” rintih Ratna.
Bukan manjadi iba Tagor malah semakin bernafsu menggenjot vagina Ratna. Ia terus mengguncang dan menyodokkan kontolnya lebih kasar lagi. Hingga sepuluh menit kemudian denga erangan panjang Tagor memuntahkan lahar panasnya di rahim Ratna.
“Aaaaahhh….ssshhh…ccrot…crot…crot…enak betul memek kau mba…!” katanya di penghujung semburan spermanya.
Ratna hanya menangis meratapi semua rentetan kejadian yang harus diterimanya. Sedari kemarin hingga hari itu tubuhnya harus menjadi sarana pemuas hajat birahi laki-laki. Sungguh kejam nasib yang harus diterimanya. Semua ini akibat dari kebiasaan buruk suaminya yang doyan berhutang,m hingga mengakibatkan dirinya menjadi tumbal dari hutang suaminya.
Tagor yang kelelahan sehabis menggarap tubuh Ratnapun berucap, “Kalau nanti suamimu belum juga bisa melunasi hutangnya, aku akan minta tubuh kau lagi…ingat itu…!” katanya sambil berlalu dan pergi.
Ratna semakin teriris mendengar hal itu, dalam hatinya ia semakin menyalahkan suaminya, yang menyebabkan semua kehinaan yang telah menimpanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar