Diperkosa Cleaning Service (2)


Terlalu lelah dan terlalu banyak berpikir, aku akhirnya tertidur. Tetap dalam keadaan bugil dengan tubuh penuh sperma yang sudah mengering. Sampai tiba-tiba aku mendengar suara telpon berdering. Dengan berat aku melangkah dan mengangkat telpon

“Halo lonte.” Saya langsung mengenali suara itu... mas Mantri.
“Eh, lonte kamu cepet ke sini ke mess saya ya. Kan nggak jauh-jauh amat dari apartemen kamu.” Aku hanya diam menebak-nebak apa maunya.
“Tapi udara lagi dingin nih….” Saat ini memang akhir dari musim gugur. “Kamu pakai mantel kamu yang tadi saya liat digantung di belakang pintu ya.”

Nadanya solah2 khawatir aku bakal sakit kalau  tidak pakai mantel itu.
“Oh ya... jangan pakai apa2 lagi selain mantel itu ya…” Aku seperti disambar petir.
“Apa maksud mas Mantri… saya harus berjalan kemess mas Mantri cuma pakai mantel tanpa pakai apa-apa lagi didalamnya? Tidak saya tidak mau... Bagaimana kalau ada yag lihat…”

Tiba-tiba dengan nada sedikit lebih keras, “Terserah kamu. Tapi saat ini si Hari lagi browsing di internet dia bilang mau meng-upload film kamu sama Aries dan saya ke situs www.b*******.com.”

Itu adalah sebuah situs yang sangat saya kenal sebab saya pertama kali mengenal situs berbahasa Indonesia yang menunjukan banyak foto-foto gadis Indonesia di forum itu..

“Biar orang-orang di Indonesia pada lihat aksi kamu…”
Sontak saya berteriak “Jangannn…mas, tolong, jangan, saya takut…” Sulit melanjutkan saya takut terhadap apa.

“Kalau gitu turuti saya. Pakai mantelmu, jangan dikancing. Cukup diikat tali pinggangnya. Dan, dandan yang cantik.” Saya terdiam

“Bagaimana lonte?”
“Baik mas...”
“Pangil saya tuan….ingat tuan…”
“Baik, Tuan….” Seperti kerbau dicocok hidungnya saya mengikuti kata2nya.

Saya membulatkan tekat. Saya berdandan yang cantik. Kemudian tanpa membasuh bekas sperma tadi pagi saya mengenakan mantel lalu berjalan keluar. Mess tempat tinggal mas Mantri dan mas Hari berjarak sekitar 2,5 kilometer. Saya berjalan menuju kesana dengan perasaan was-was, sebab mantel itu panjangnya tidak sampai lutut, dan bagian bawahnya sedikit mengembang walau di bagian pinggang aku sudah eratkan ikatannya.

Beberapa orang berpapasan dengan saya mungkin berpikir atau mengira saya mengenakan rok supermini didalam cuaca dingin seperti ini dengan hanya dilapisi sebuah mantel. Padahal tidak ada apa-apa yang dilapisi mantel selain tubuh bugilku.

Jarak 2,5 km terasa sangat jauh. Sampai akhirnya aku tiba didepan mess. Di sana ketika sampai di depan pintu mess aku disambut oleh seorang security berkebangsaan India atau Pakistan atau Srilanka yang menanyakan tujuan ku, aku menjawab hendak ke mess mas Mantri. Aku perhatikan mata security itu terus memandang kearah pahaku yang terekspose. Tapi kemudian dia memberi tahukan nomor kamar mas Mantri. Dan yang kurang ajar tiba-tiba dia menepuk pantatku yang telanjang kemudian terkekeh, seolah aku seorang wanita panggilan murahan. Aku hanya bisa menahan tangisku sambil terus berjalan ke kamar mas Mantri.

Sesampai di depan kamar, kutekan bel kamar berulang-ulang dengan harapan lekas dibuka. Saya malu jika nanti ada orang lain lagi yang melihat. Pintu terbuka sedikit terlihat masih dikait dengan rantai kecil sebagai pengaman sehingga hanya terlihat sedikit wajah mas Mantri.

“Hai lonte... si Hari mau upload tuh filmnya.”
“Jangannnn…” kataku. Aku benar-benar takut dia melaksanakannya.

“Kamu bisa cegah dia kalau kamu kedalam.”
“Kalau gitu saya mau masuk,”kata saya setengah memaksa hampir menangis.
“Boleh tapi….kamar ini nggak boleh ada lonte masuk.”
“Tuan, izinkan saya masuk….” setengah terisak saya memohon, takut mas Hari keburu meng-upload filmku.
“Baiklah saya juga belum selesai bicara tadi,” katanya lagi. “Di sini lonte dilarang masuk kamar kecuali masuk dalam keadaan bugil. Waktu masuk seluruh pakaiannya harus sudah dilepas diluar.”

Kata-kata itu diucapkan dengan sangat kalem tapi membuat hatiku berdegup kencang. Aku harus melepas pakaianku di luar, di lorong mess yang terdapat banyak atau setidaknya sembilan kamar lagi. Bagaimana kalau ada yang melihat.

“Jangan, tuan, saya tidak mau...” Mendengar itu tanpa banyak bicara pintu pun mulai  ditutup oleh mas Mantri
“Mas, jangan tutp pintunya, izinkan saya masuk.” Aku menahan pintu jangan sampai tertutup .
“Lepas dulu mantel kamu. Lagi pula tidak lamakan kamu lepas lalu aku bukakan pintunya. Hanya beberapa detik.”

Aku berpikir dan akhirnya aku mengalah “Baik mas, aku lepas di sini.” Aku pun melepas pakaian ku, telanjang di lorong sebuah mess khusus pria.

“Cepat berikan mantelmu sini,” katanya.

Akupun memberikanya. Kemudian pintu tertutup. Biasanya kalau mau membuka rantai pintu memang pintunya harus ditutup dulu. Rantai dilepas, kemudian baru pintu dapat dibuka seluruhnya. Tapi kali ini tidak. Setelah beberapa detik, aku mendrngar mas Mantri dan mas Hari tertawa terkekeh seolah sedang berhasil menipu seseorang dan saya sadar sayalah sedang mereka tipu. Saya berdiri dalam keadaan bugil, berdandan cantik namun tubuh penuh dengan bekas sperma. Di tengah lorong mess khusus pria.

Tiba-tiba aku menjadi panik dan mulai menggedor-gedor pintu. Tapi setelah beberapa menit sama sekai tidak ada reaksi kecuali suara tawa yang semakin keras. Karena suaraku dan suara gedoranku ternyata mulai menarik perhatian penghuni mess, seseorang terlihat menintip dibalik pintu di kamar sebelah. Lalu aku lihat seseorang juga keluar dan menghampiri diriku. Tampaknya dia orang Indonesia juga dia bertanya: “Ada apa? Apa kamu belum dibayar?”

Saya langsung syok mendengarnya. Sayapun mulai menangis.

“Mas Adi, nggak ada apa-apa kok. Tadi cewe ini minta bayaran dimuka. Tapi ternyata pelayanannya asal-asalan, terus mau kabur lagi. Ya udah saya ambil aja pakaiannya,” terdengar suara mas Mantri dari belakang.

“Wah mba, ini nggak bisa gitu dong. Kembalikan uangnya atau kasih servis yang bagus ke pelanggan,” kata orang itu lagi saya merasa sangat terhina mendengar itu.

“Hei, lonte, gimana, mau servis bener-bener nggak?” Aku pun mengangguk dengan tangan berusaha menutupi dada dan vaginaku

“Kalo gitu nggak usah ditutup-tutupi pakai tangan aset kamu itu,” katanya. Aku pun melepaskan tanganku. Kemudian mas Mantri sambil tersenyum penuh arti mempersilahkan aku masuk ke kamar. Masih aku dengar orang tadi bertanya, “Mas Mantri, berapa? Kok bagus barangnya.”

“Murahhhhh.. nanti abis gue kamu boleh pake dehhh. All in loh,” jawab mas Mantri. Saya hanya bisa tambah menunduk, bersyukur akhirnya bisa masuk ke dalam sehingga tidak lebih malu lagi.

“Lonte, haus nggak loe?” tanyanya. Aku lihat mas Hari sedang memegang handycam yang di shoot kearah diriku.

“Nih minum,” katanya sambil menyodor penisnya, sayapun langsung menyambut dengan mulut terbuka.

“Kayaknya musti kamu emut-emut dulu deh hahaha...” Saya pun kembali mengoral penis mas Mantri. Tapi tiba-tiba saya lihat mas Hari yang dari tadi memegang kamera tiba-tiba mendekat. Di tangannya membawa sesuatu. Saya kaget melihatnya. Dia membawa penjepit jemuran terbuat dari plastik dan tanpa banyak ba bi bu…langsung dijepitkan ke puting susu saya.

Saya yangsedang meng oral mas Mantri kontan membeliak “eughhhhh sakittttt…!”
Belum berhenti saya melenguh tiba-tiba sebuah lagi dijepitkan ke puting yang satunya.

“Wauuuuuggghhhh suakittttt…eghht...” saya baru mau mengerakan tangan saya untuk meraih penjepit tadi tapi tangan saya ditangkap dan dipegang dengan erat oleh mas Hari kemudian dengan sigap dia mengikat tangan saya. Pergelangan tangan saya diikat dengan pangkal siku kiri sedang pergelangan kiri dengan pangkal siku kanan. Penis yang tadi saya oral sudah terlepas. Tapi saya liat mas Mantri tidak memaksakan untuk mengulum lagi. Dia beringsut kemudian mengambil kamera yang sudah ditinggal oleh Hari.

Saat ini saya duduk dengan lutut saya dengan posisi tangan terlipat ke belakang. Hari lalu menciumi pipi lalu mengemut daun telinga saya sambil tangannya mengelus-elus bongkahan pantat saya diperlakukan seperti itu saya hanya merasa merinding. Mas Hari wajahnya sangat mirip dengan Tukul yang populer di tanah air, tapi yang ini terlihat dingin dan pendiam. Tiba tiba...

“Aaughttt sakit masssss!” Aku berteriak kencang sebab Hari mengigit telingaku. Kemudian tiba-tiba dia mendorong saya ke depan sehingga saya jatuh dengan kepala ke lantai. Saat ini posisi saya menungging dengan bagian depan saya bertumpu pada pipi kanan saya. Dengan kakinya kemudian dia menendang-nendang kaki saya, memberi isyarat agar saya melebarkan kaki. Karena posisi saya itu sedikit sulit saya lakukan sehingga saya jadi sedikit lambat. Tampaknya dia tidak sabar dan langsung melepas ikat pinggang kulitnya dan ctarrrrrr…langsung digunakan menyabet pantat putih saya….

“Aghhhhhh sakittttt masss….” Saya berteriak.

Sekilas saya lihat wajah mas Mantri dibalik kamera menegang. Tapi mas Hari tetap dingin. Dengan jarinya kemudian dia menusuk-nusuk lubang vagina saya. Kemudian mencubit-cubit bibir vagina saya, dan tiba-tiba...

“Augggghhhhhh massss sakittttt!” Hampir saya pingsan ketika mas Hari kembali mengunakan penjepit jemuran untuk menjepit bibir vagina saya. Di kanan dan di kiri, dan kembali saya terkejut ketika sebuah lagi dia jepitkan di itil saya. Karena itu bagian yang paling sensitif sakitnya jadi sangat tidak tertahan. Sayapun berteriak sekuatnya, “Auuuuuughhhhtttttttt massssssa saskiiiiitsssss!”

Mata saya berkunang-kunang dan saya mulai menagis. Hampir saya pingsan.

“Sudah massss sakittttt... Saya sudah tidak kuaaa…hepppp.” Belum selesai saya berteriak mulut saya telah disumpal dan tampaknya disumpal dengan celana dalam bekas milik mas Hari.

Kemudian dia mengitari saya dan memencet hidung saya. Dengan mulut tersumpal dan hidung saya dipencet sedemikian rupa hampir-hampir saya pingsan karena tidak dapat bernapas. Tapi kemudian dia melepas jepitan tangannya di hidung saya. Lalu membalikan tubuh saya sehingga tubuh saya terlentang dengan tangan terikat di punggung buah dada saya nampak mengacung keatas. Seperti dua bongkah gunung yang indah dengan penjepit jemuran dimasing-masing puncaknya. Warnanya tidak lagi merah tetapi mulai keunguan. Kemudian mas Hari mulai mengambil tali dan dengan sedemikian rupa mengikat kaki saya masing-masing sehingga betis dan paha saya menyatu dan tidak bisa di luruskan.

Di belakang kedua lutut kaki diselipkan sebuah batangan kayu yang diatur posisinya sehingga kaki saya mengangkang lebar dan terlipat kebelakang. Rasanya sakitt luar biasa. Kemudian dengan tiba-tiba... cletik dia mencabut penjepit di buah dada sebelah kiri begitu tiba-tiba sehingga menyakitkan. Setelah itu dengan cepat dipasangnya kembali seolah-olah sedang mengetes kekuatan penjepit itu. Dan itu dilakukan ke semua penjepit yang terpasang sehingga saya merasa sangat kesakitan. Setelah semua selesai dia tiba-tiba bangkit dan seperti mencari-cari sesuatu di lemari es. Dan kembali dengan sebuah ketimun Jepang yang besar. Digesek-gesekannya ke lubang vagina saya. Ketimun itu terasa dingin. Tanpa peringatan tiba-tiba sleppp 

“Aughttttttt….” ketimun itu dimasukannya dengan paksa ke vagina saya sampai masuk 3/4 nya. Kemudian dia mengalihkan pandangannya ke lubang yang lain... lubang anusku. Segera aku menggeleng-geleng, tapi dia malah tersnyum penuh arti. Diambilnya seuntai manik-manik sebesar kelereng berjumlah 15 butir didalam untaiannya dan kemudian dengan paksa dia menekan masuk satu persatu setiap manik-manik itu ke dalam anusku hingga tinggal 3 untai lagi. Kemudian dia duduk memandangi diriku. Semua adegan diambil gambarnya oleh mas Mantri. Kemudiann cetarrrrrr tiba-tiba mas Hari kembali menyabetkan sabuknya ke tubuhku yang putih sehingga membekas merah. Dia mulai meraba-raba tubuhku dan meciumiku sedemikan rupa Sehingga entah bagaimana gairah aneh tadi kembali terjadi.

Kemudian dia mengocok-ocok ketimun yang ada di vaginaku tadi.

“Eghhhhhh eghhhhh …” hanya itu yang keluar dari mulut ku karena tersumpal celana dalam mas Hari. Tubuhku mengejang karena orgasme. Sungguh perasaan yang aneh telah mendera diriku. Dalam keadaan sakit dan lemas aku melihat mas Hari sedang mengocok-ocok penisnya sendiri didekatku dan crot crot… rupanya dia terangsang hebat melihat keadaan diriku. Semua air maninya ditumpahkan ke wajah dan tubuh ku. Setelah itu dia pun melepaskan semuanya penjepit dan ikatannya. Aku hanya bisa terbaring lemah. Aku lihat kini kamera sudah berpindah tangan lagi.

Mas Mantri yang bertubuh gempal, besar, mengendong tubuh lemah saya ke atas tempat tidur. Mulai menciumi diriku. Memacu gairah diriku. Dia mulai memainkan itilku dengan lidahnya. Masih terasa sakit akibat perlakuan mas Hari, tapi...

“Ughhhhhh nihkkmaaaahhhttt mas euanaaakkkk…ueghhhhhh...” Saya mulai mengelepar-gelepar ketika lidah mas Mantri mulai menari-nari di itil ku sambil kedua tangannya sesekali memilin milin puting ku. Kemudian disergapnya mulutku dengan ciuman yang dashyat. Lidahnya mempermainkan lidahku, memaksa lidahku turus menari-nari... enak sekali. Kemudian dia mulai melepas pakaiannya sendiri. Terlihat penisnya yang besar  mengacung ke atas membuat hati ku bergetar.

“Lonte kamu suka ini kan?”
“Suka. tuan, suka...” Hampir diluar sadar aku meracau kata-kata yang sangat memalukan itu.
“Baik kamu harus memohon 'tolong tuannnn….saya sudah tidak tahan..'”
“Tolong apa….”
“Yang jelas…..”
“Tolong masukan batang tuan ke memek saya, tuannnn, tolong...”
“Baik saya akan menolongmu lonte.”

Dan sleppp “Eughhhhhh….”
Dia memasukan penisnya ke vaginaku kembali gairah aneh menguasai diriku. Seolah liang vaginaku terasa sangat penuh dan padat dengan benda besar yang keras dan kenyal.

“Ohhhh… ” Dia pun mulai memompa dengan cepatnya sehingga aku merasa itil dan bibir vagina ku ikut keluar masuk karena padatnya penis mas Mantri, menimbulkan sensasi luar biasa. Kembali aku melihat mas Hari merekam dengan kamera di tangannya. Setelah beberapa menit aku tidak tahan lagi hingga tubuh ku terguncang-guncang hebat.

“Ohhhhhh tuaaannnn saya kelauarrrrrrrr...!”

Namun nampaknya mas Mantri belum mencapai klimaks dia tiba-tiba memangku tubuh saya dan dalam keadaan sambil dipangku berhadapan dengannya mulutnya bermain di buah dada saya dan terus memompa saya naik turun…

“Ahhhhhh tuaaaannnnnnn...”

Saya benar sudah tidak tahan dan kembali mengalami klimaks namun mas Mantri masih belum juga orgasme. Dia kemudian membalik tubuh saya dan dia menemukan 15 butir manik-manik yang masih menancap di pantat saya dan lupa dicabut oleh mas Hari. Kemudian kembali dia menembus vagina saya dari belakang sambil tangannya pelan-pelan menarik manik-manik  keluar dari liang anus saya. Sehingga menyebabkan saya segera mencapai klimaks berikutnya.

“Eghhhhhhttttt...”

Saya lihat Hari tersenyum penuh arti dibalik kameranya. Tidak lama kemudian tiba-tiba dengan kasar mas Mantri mencabut penis besarnya dari vaginaku dan membalik diriku sehingga terlentang. Dan crot crot…crottt mani menyembur ke tubuh dan wajahku lalu dia memaksa diriku membersihkan penis miliknya dengan menggunakan mulut ku.

Masih dalam keadaan tubuh dan wajah penuh mani, mas Mantri mengambil alat cukur kumis miliknya dan dia mulai mencukur bulu jembut ku. Awalnya aku meronta. Aku takut kalau mas Aries sampai bertanya ada apa sampai aku mencukur botak jembut ku. Tapi kemudian saya pasrah dicukur sampai habis. Lalu mereka memberikan mantelku.

“Pakai... Kita jalan-jalan,” kata mas Hari. Terus terang setiap mendengar dia bicara bulu kudukku langsung merinding. Wajahnya yang kaya Tukul tidak membuat dia menjadi sama lucunya.

Kemudian dengan diapit kedua orang itu aku berjalan keluar menuju ke tengah kota. Banyak orang yang nampak memperhatikan diriku. Aku merasa terutama disebabkan oleh mantelku yang tidak terlalu panjang dan bawahnya lebar tidak dapat  menyembunyikan aku tidak memakai apa-apa lagi di dalamnya. Dan bau tubuhku... benar-benar bau air mani laki-laki. Walau aku sudah merias kembali wajahku, wajah ’puas’ di diriku benar masih terlihat jelas…

Perjalanan masih panjang….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar