Akibat Obat Perangsang (2)


Ricky mengambil tissue dari kamar mandi lalu menyeka vagina Kumala yang berlumuran sperma. Kumala merinding saat merasakan sensasi gesekan tissue pada bibir kemaluannya. Setelah kering Ricky berjongkok di hadapan selangkangan Kumala.

Kumala merasakan bulu-bulu kemaluannya mengenai wajah Ricky. Hidung dan bibir Ricky hanya terpaut beberapa milimeter dari bibir vagina Kumala. Deru nafas Ricky keluar dari mulut dan hidungnya tidak menolong usaha Kumala untuk meredam nafsu birahinya.

"Hey! Ayo cepat! Buruan selesaiin semua ini! Aku ga mau berlama-lama kek ini!” bentak Kumala tak berdaya.

"Oho! Rupanya tuan putri udah nggak sabar pengen diservis nih?” ejek Zulfikri.

"Asyiiiik. Kita pun ndak perlu sungkan-sungkan lagi kalo gitu!” tambah Wawan.

Wawan dan Zulfikri menanggalkan pakaian mereka satu per satu. Baju, celana dan pakaian dalam semua mereka tanggalkan dalam waktu kurang dari satu menit. Ternyata penis mereka berdua pun sudah berereksi penuh.

Kumala melihat penis Zulfikri; agak pendek, tidak sepanjang penis Ricky namun jauh lebih tebal dari penis Ricky. Otot-otot pada batang kemaluan Zulfikri terlihat sangat kekar dan keras. Lalu Kumala menoleh ke Wawan. Penis Wawan yang paling kecil dari mereka bertiga. Pendek, ramping dan sedikit bengkok. Mirip dengan penis Wira, pikir Kumala tanpa sadar.

Mendapati ketiga pria ini jadi terangsang karena dirinya membuat kemaluan Kumala meleleh dalam seketika. Aliran darah pada dinding vaginanya terasa deras mengalir dan memperlancar mengalirnya cairan cinta keluar dari bibir kemaluannya.

Ricky dengan mudah dapat melihat betapa terangsangnya Kumala. Nafas yang memburu, dada yang naik turun dengan puting sekeras penghapus pensil, pipi dan leher yang merona merah, dan cairan cinta yang merembes keluar dari bibir kemaluan, Kumala tidak dapat lari dari kenyataan bahwa dirinya sudah benar-benar sangat terangsang.

Tanpa membuang waktu, Ricky menuntun ujung kepala penisnya yang besar itu menyelinap masuk ke celah bibir vagina Kumala. Walau hanya sebagian kecil kepala penis yang masuk, namun mulut vagina Kumala sudah terasa penuh sesak. Zulfikri dan Wawan sibuk menggerayangi payudara Kumala. Ada sensasi tersendiri yang Kumala rasakan atas dua pasang tangan menjamah tubuhnya dengan penuh birahi. "Mereka benar-benar menginginkan diriku!”

Kumala berkonsentrasi pada kepala penis Ricky yang sudah bersiap merobek selaput keperawanannya. Ia mencoba mengantisipasi rasa sakit yang mungkin akan ia rasakan sebentar lagi. Konsentrasinya langsung buyar saat tubuhnya melonjak kaget karena jari-jari Zulfikri menjepit keras puting susunya.

"AAWW!” teriak Kumala sambil menatap Zulfikri dengan marah.

Dengan satu gerakan yang kuat dan mantap, Ricky menekan pinggulnya dan batang penis Ricky menyeruak masuk, merobek dengan sukses selaput dara yang Kumala jaga untuk dipersembahkan kepada kekasihnya. Kumala tidak dapat mengungkapkan dengan kata-kata rasa sakit yang ia rasakan saat itu. Yang pasti air matanya langsung mengalir, telinganya pengang mendengar jeritan yang keluar dari mulutnya sendiri, tubuhnya menegang, dan otot-otot vaginanya mengencang rapat. Ia berharap dengan merapatkan dinding-dinding vaginanya dapat mendorong keluar penis Ricky.

Setelah selesai merapatkan otot-otot vaginanya, Kumala mendapatkan batang kejantanan Ricky masih bersemayam di dalam tubuhnya. Kumala menangis sejadi-jadinya karena menyadari keperawanannya sudah terenggut. Selamanya hilang dan selamanya dirinya tidak dapat lepas dari kenyataan bahwa orang yang merenggut keperawanannya tak lain adalah Ricky, pria yang tidak ia cintai.

Ricky tidak ingin menambah rasa sakit Kumala sehingga ia tidak menggerakkan tubuhnya sama sekali. Dengan penuh perasaan Ricky membelai rambut Kumala sambil berbisik, "Maaf… maaf, Mala… Sakit ya? Aku ga keburu-buru kan? Shhhh… udah, udah… jangan nangis lagi. Semua bakalan baik-baik aja, OK? Ga usah kuatir, rasa sakitnya cuma sebentar kok. Aku jamin deh, sebentar lagi kamu pasti bakal ngrasain kenikmatan…”

Suara dan kata-kata Ricky yang lembut terasa sangat menenangkan hati Kumala. Dan benar saja, rasa sakit yang Kumala rasakan sudah hilang tak berbekas. Perlahan-lahan saraf-saraf di liang kewanitaannya mulai merasakan tebal dan kerasnya penis Ricky.

Ricky menggerakkan pinggulnya sedikit demi sedikit, masih berhati-hati agar tidak menyakiti Kumala. Tanpa kesulitan yang berarti penis Ricky bergerak-gerak maju mundur di liang sempit Kumala. Cairan pelumas yang dikeluarkan oleh tubuh Kumala sangat membantu dalam hal ini.

"Aaaahhhh! Kamu ternyata udah basah bangeeeet!”

Mata Kumala membesar. Ia sendiri baru tersadar betapa basah liang kewanitaannya saat itu. "Nggak… ga mungkin! Aku ga basah!… Aku ga basah!” gumam Kumala.

"Hohoho, jelas SANGAT basah! Kamu ga usah bantah lagi deh, Mala. Penisku sekarang lagi ada di dalam tubuhmu. Jadi udah pasti aku tau betapa basahnya kamu.”

Ricky menarik batang penisnya keluar namun masih menyisakan kepala penisnya terkubur dalam celah sempit Kumala. Dari bagian yang keluar itu, mereka melihat batang Ricky mengkilap karena berlumuran lendir dari vagina Kumala.

"Wah wah wah… ga nyangka Kumala ternyata punya nafsu seks yang tinggi banget,” ejek Ricky.

"Nggak! Bukan gitu! Aku ga terangsang! Ini kan akibat reaksi dari obat perangsang yang kalian masukin ke minumanku!” bantah Kumala.

Ketiga pria itu saling berpandang-pandangan selama beberapa waktu sebelum akhirnya gelak tawa mereka bertiga meledak memenuhi ruangan itu. Kumala kebingungan melihat reaksi mereka ini. "Apanya yang lucu?!” bentak Kumala.

Setelah tawanya reda Ricky menjelaskan, "Kumala, Kumala… Siapa bilang minumanmu itu ada obat perangsangnya?? Kamu benaran ga tau yah? Minumanmu itu sebenarnya cuma campuran Red Bull, teh dan garam dikit. Kita sama sekali ga masukin obat perangsang!”

Kumala tidak mempercayai penjelasan Ricky sedikitpun. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, "Bohong! Kamu bohong! Aku ga percaya omonganmu!”

"Hahahaha! Jadi kamu lebih percaya kalo tadi kamu minum obat perangsang soalnya saat ini kamu udah sangat terangsang, kan? Jadi dengan kata lain…,” Ricky berhenti sejenak, "kamu jadi terangsang cuma dengan lihat aku bermasturbasi, bahkan tanpa aku sentuh kamu sama sekali?”

"NGGAK! Aku ga mau percaya kata-katamu!”

"Terserah, deh. Yang pasti saat ini tubuhmu udah pengen banget penisku masuk lagi,” Ricky berkata dengan mata tertuju pada lelehan yang keluar dari vagina Kumala, mengalir ke batang penis Ricky lalu menetes ke lantai.

"Anu… itu…,” kali ini Kumala tidak dapat meneruskan kalimatnya. Ia sadar bahwa perkataan Ricky benar adanya. Vaginanya berdenyut-denyut dengan liar, persis seperti yang biasanya ia rasakan saat dirinya dalam kondisi yang amat sangat terangsang.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Ricky mendorong masuk penisnya. Batang kemaluannya masuk dengan sangat perlahan, sentimeter demi sentimeter Ricky nikmati dengan suara lenguhan penuh gairah. Lenguhan Ricky berpadu dengan suara desah Kumala yang sudah tidak berhasil ia tahan lagi.

Tak lama setelah itu suara lenguh, rintih dan desah Kumala dan Ricky mulai saling bersahut-sahutan, saling berganti-gantian mengisi ruangan yang sudah semakin kental dengan aroma seks. Kecupan bibir, remasan jari-jari, jilatan lidah, gesekan kulit dengan kulit dari Wawan dan Zulfikri menambah semarak pesta birahi keempat insan di ruangan tersebut.

Tubuh Kumala bergoyang-goyang seirama dengan hentak pinggul Ricky yang semakin bertenaga dan cepat. Mata Kumala yang setengah terpejam itu tiba-tiba berdelik, mulutnya membentuk huruf A, paru-parunya menarik udara sebanyak-banyaknya dari hidung dan mulutnya. Sambil menahan nafasnya selama beberapa detik, pupil matanya semakin membesar dan dahinya berkerut. Lalu dengan satu erangan keras, Kumala melepaskan semua pertahanan tubuhnya lalu berorgasme dengan dahsyatnya.

"AAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHH!” mata Kumala terpejam kuat-kuat, kedua kakinya melingkar di pinggang Ricky lalu menguncinya dengan kencang, ia mencengkram lengan Ricky sekuat tenaga.

Detik berikutnya dinding vagina Kumala berkejut-kejut dengan ritme yang tak menentu. Liang kewanitaannya berusaha menyedot batang Ricky masuk lebih dalam lagi. Otot perut dan otot paha Kumala bergetar-getar setelah rasa nikmat itu dalam sekejap menjalar ke seluruh pelosok tubuhnya.

Setelah sekian lama menahan dirinya untuk tidak berejakulasi, Ricky harus menghentikan apapun yang ia kerjakan saat itu. Jika tidak, ia yakin dirinya tidak dapat menahan sensasi yang dirasakan pada penisnya, belum lagi ditambah dengan melihat ekspresi wajah Kumala yang sangat erotis.

Baru saja beberapa detik setelah Kumala menjadi tenang, Ricky yang berusaha sekuat tenaga untuk menahan ejakulasinya akhirnya tidak dapat menahan dirinya lagi. Ia mendekap erat-erat tubuh Kumala lalu menekan masuk penisnya sedalam mungkin. Bersamaan dengan itu, dari kepala penisnya menyembur luapan-luapan sperma panas yang menabrak dinding-dinding liang kewanitaan dan juga mulut rahim Kumala.

Hal ini membuat Kumala orgasme yang kedua kalinya. Kumala balas memeluk tubuh Ricky erat-erat. Ia memejamkan kedua matanya sekuat tenaganya dan berteriak, "WIRAAAAAAA…. MA-AAAAAAAAAF!!!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar