--PERINGATAN: Cerita di bawah ini mengandung adegan penyiksaan.
Jika Anda tidak menyukai cerita kekerasan, Anda mungkin akan merasa terganggu--
20:15Seorang pemuda yang iseng membawa sebotol sirup, lalu melumuri payudara dan daerah sekitar selangkangan Celsi dengan sirup tersebut. Lalu dengan spidol permanen, ia menulis di perut Celsi 'Silakan nikmati sirup di tubuh saya, gratis!'
Selain tulisan itu, ia juga mencoret-coret tubuh Celsi dengan kata-kata kasar dan gambar-gambar jorok, layaknya mencoreti tembok.
20:25
Tiga orang pemuda melihat tulisan yang tertera di perut Celsi. Setelah melihat ke sekitar mereka untuk memastikan tidak ada yang melihat, mereka pun langsung menyerbu tubuh Celsi dengan lidah mereka. Yang seorang menjilati payudara Celsi yang sebelah kanan, temannya mendapat bagian payudara yang sebelah kiri, sementara teman satunya lagi menjilati vagina Celsi. Celsi merasakan sensasi aneh ketika bagian-bagian sensitif tubuhnya dijilati oleh tiga orang pria. Sambil menjilati tubuh Celsi, ketiga pria itu juga meremas-remas payudara Celsi dengan kasar, meninggalkan bekas merah di payudara Celsi. Mereka juga menggunakan jari mereka untuk menusuk-nusuk liang kemaluan Celsi yang sudah terluka karena disundut rokok tadi. Bahkan seorang dari mereka memasukkan tiga jarinya sekaligus ke dalam vagina Celsi yang masih sangat sempit itu.
21:35
Sekelompok kuli bangunan melihat papan yang masih tergantung di leher Celsi yang mengizinkan siapapun untuk menyiksa dirinya. Mereka berdiskusi sejenak, lalu mereka mengeluarkan beberapa buah paku dan sebuah pemantik. Celsi menatap dengan ngeri ketika salah seorang kuli memanaskan ujung paku dengan api dari pemantik. Paku panas itu lalu ditancapkan dalam-dalam ke dalam vagina Celsi. Rasa sakit pada vagina Celsi kian menjadi-jadi, membuatnya tidak bisa bertahan tanpa mengguncang-guncangkan tubuhnya. Kelima kuli bangunan tersebut masing-masing menancapkan sebuah paku panas ke dalam vagina Celsi. Ketika kelima paku itu telah ditancapkan, terlihat darah mulai mengalir keluar dari vagina Celsi yang masih perawan itu.
22:05
Seorang pria paruh baya berhenti untuk menikmati 'hiburan gratis' yang menjadi buah bibir pada malam itu. Pria itu menciumi dan menjilati ketiak Celsi yang terbuka lebar karena kedua tangannya terikat ke atas. Keringat dan aroma ketiak Celsi sangat menggairahkan bagi pria itu. Tangannya menggerayangi sekujur tubuh Celsi, berakhir di payudaranya yang montok itu. Ia meremas-remas payudara itu keras-keras, lebih keras dari pria-pria sebelumnya. Celsi yang merasa kesakitan menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha meminta pria itu untuk berhenti. Namun mulutnya yang tersumpal kain itu tidak bisa mengutarakan maksudnya.
"Kenapa sayang? Gak suka cuma digrepe doang? Mau yang lebih enak?" ujar pria itu.
Pria itu berhenti meremas payudara Celsi, lalu mulai menampari kedua belah payudara Celsi. Bulatan daging itu berguncang ke kanan dan ke kiri setiap kali ditampar oleh pria itu. Celsi kembali menggeleng-gelengkan kepalanya dan menangis karena tidak tahan akan rasa sakit dan panas di kedua payudaranya itu, ditambah paku yang masih menancap di vaginanya. Melihat itu, pria bejat itu berhenti menampari payudara Celsi. Namun ia masih belum puas. Dipilin-pilinnya kedua puting susu Celsi secara bergantian, hingga perlahan tapi pasti kedua puting susu Celsi mengacung keras. Pria itu lalu melepas kedua anting yang ia kenakan di telinganya, lalu menancapkan anting itu ke kedua puting susu Celsi. Terdengar suara jeritan yang tertahan dari mulut Celsi, bersamaan dengan menetesnya darah dari kedua puting susunya.
23:00
Jalanan sudah sangat sepi ketika tiba-tiba sang pemuka adat datang bersama kira-kira 30 orang pria lainnya. Mereka melepaskan ikatan pada tangan dan kaki Celsi, lalu menyeretnya ke sebuah lapangan di dekat tempat itu. Sesampainya di sana, mereka mencabut anting yang tertancap pada kedua puting susu Celsi dengan keras, sehingga Celsi merasakan puting susunya hampir sobek. Paku-paku yang tertancap di vagina Celsi juga dilepaskan, sehingga darah mengucur dari dalam liang kemaluannya. Sumpalan kain di mulut Celsi digantikan dengan lakban yang mereka bawa.
"Bapak-bapak sekalian, silakan nikmati pelacur gratis ini, antri sesuai dengan nomor yang telah ditentukan tadi," ujar sang pemuka adat, memecah keheningan malam.
Ternyata ketigapuluh pria itu sudah mendapatkan nomor antrian untuk menikmati tubuh Celsi malam itu. Celsi kembali menangis ketakutan membayangkan tubuhnya akan diperkosa oleh 30 pria dalam waktu semalaman.
Sang pemuka adat mendapatkan giliran pertama untuk memperkosa Celsi. Ia segera melepaskan pakaiannya, lalu berlutut di depan tubuh Celsi yang dipegangi oleh dua pria lainnya.
"Awas kamu kalau melawan, kami tidak segan-segan untuk menyiksa kamu lebih parah dari semua yang tadi kamu alami!" ancam sang pemuka adat. Celsi hanya meneteskan air mata tanpa mampu menjawab.
"Jawab!" bentak sang pemuka adat sambil menampar pipi Celsi yang bersimbah air mata.
Celsi cepat-cepat menganggukkan kepalanya dengan terpaksa. Kemudian sang pemuka adat mulai merentangkan kedua kaki Celsi, lalu memposisikan penisnya tepat di depan vagina Celsi. Tanpa basa-basi, ia langsung menghujamkan penisnya ke dalam vagina Celsi yang belum pernah disetubuhi itu. Jeritan Celsi tertahan oleh plester di mulutnya, namun dapat dipastikan ia merasakan sakit yang luar biasa. Sang pemuka adat memompa vagina Celsi dengan brutal, sambil meremas-remas kedua payudaranya. Beberapa menit kemudian, ia melepaskan penisnya dari vagina Celsi, lalu ia menduduki perut Celsi yang rata. Ia lalu memposisikan penisnya di antara kedua belah payudara Celsi, kemudian tangannya menggesek-gesekkan payudara Celsi ke penisnya. Tidak lama kemudian, penisnya memuncratkan sperma ke wajah Celsi. Sisa sperma pada penisnya kemudian dipeperkan ke payudara Celsi.
Pria kedua yang mendapatkan giliran untuk memperkosa Celsi memposisikan tubuh Celsi dalam posisi menungging. Pantatnya yang montok menjulang ke atas, ditopang oleh pahanya yang putih mulus. Pria itu lalu menancapkan penisnya ke dalam vagina Celsi, lalu memaju-mundurkan badannya, dengan kedua tangannya bertumpu pada pinggul Celsi. Sambil menyetubuhi Celsi dari belakang, pria itu juga meremas-remas pantat Celsi. Bahkan kadang-kadang ia menampar pantat Celsi keras-keras, menimbulkan bunyi plak plak yang menggairahkan pria-pria lain yang menontonnya sambil mengocok penis mereka masing-masing. Setelah beberapa menit, pria tersebut berejakulasi di dalam vagina Celsi.
Pria yang mendapatkan giliran ketiga dan keempat memutuskan untuk memerkosa Celsi secara bersamaan. Celsi dibiarkan dalam posisi menungging, lalu kedua pria itu berlutut di depan dan di belakang tubuh Celsi. Pria yang di belakang merenggangkan bongkahan pantat Celsi untuk mencapai anusnya, lalu menusuk-nusuk lubang itu dengan jarinya. Setelah beberapa lama, pria itu lalu menancapkan penisnya ke lubang dubur Celsi, lalu memompanya dengan brutal. Pria yang di depan lalu membuka plester pada mulut Celsi. Spontan Celsi pun berteriak kesakitan karena penis berukuran besar yang sedang menyerang lubang pantatnya. Mulut Celsi yang terbuka lebar itu langsung dimasuki oleh kepala penis pria yang berada di depannya, yang memaksa Celsi untuk mengulum penisnya.
Lubang pantat dan mulut Celsi diperkosa secara bersamaan selama beberapa menit, hingga akhirnya kedua pria tersebut melepaskan penisnya dari lubang pantat dan mulut Celsi. Darah mengalir dari lubang pantat Celsi yang lecet-lecet karena bergesekkan dengan penis pemerkosanya, sementara penis pemerkosanya berlumuran darah dan kotoran tubuh Celsi. Kedua pria itu kemudian bertukar tempat. Pria yang habis memperkosa anus Celsi menyodorkan penisnya ke depan wajah Celsi dan menyuruhnya untuk mengulumnya. Celsi pun enggan memasukan penis yang berlumuran darah dan kotorannya sendiri itu ke dalam mulutnya, namun karena diancam ia pun mengulum penis itu dengan penuh rasa jijik. Sementara itu, lubang pantatnya kembali diperkosa oleh pria yang tadi dioral oleh Celsi. Beberapa lama kemudian, kedua pria itu berejakulasi bersamaan di dalam mulut dan anus Celsi.
01:45
Dua puluh tiga pria telah memperkosa Celsi pada malam naas itu. Semua bagian tubuh Celsi yang bisa dibilang hampir sempurna itu telah dipakai untuk memuaskan nafsu pria-pria bejat tersebut. Mulai dari vaginanya yang kini bengkak dan bentuknya tidak karuan, lubang pantatnya yang terus-menerus mengeluarkan darah, mulutnya yang mungil, tangannya yang lembut yang dipaksa untuk mengocok penis pria-pria itu, bahkan celah di antara ketiaknya pun juga diperkosa. Lima pria yang terakhir bahkan memperkosa tubuh Celsi yang sudah tak berdaya itu secara bersamaan: seorang memperkosa vagina Celsi dari bawah, seorang temannya menyodomi dubur Celsi dari atas, seorang lagi memaksa Celsi untuk mengulum penisnya, sementara dua orang lagi memaksa Celsi untuk mengocok penis mereka dengan kedua tangannya. Berkali-kali juga Celsi pingsan karena kesakitan dan kelelahan, namun ia diguyur dengan air dingin dan ditampari supaya bangun kembali.
Setiap kali seorang pria (atau lebih) sedang mendapat giliran untuk memperkosa Celsi, pria-pria lainnya mengocok penis mereka sambil menonton tayangan gratis itu. Sperma-sperma yang keluar dari penis mereka kemudian dikumpulkan dalam dua buah baskom kecil. Setelah sperma dari kira-kira dua puluh pria telah terkumpul di kedua baskom itu, mereka membenamkan wajah Celsi ke baskom pertama. Wajah Celsi pun berlumuran sperma, yang kemudian mengalir ke leher dan ke celah di antara kedua payudaranya. Mereka memaksa Celsi untuk menjilati sisa-sisa sperma di baskom pertama itu sampai bersih. Sperma dalam baskom kedua kemudian disiramkan ke atas kepala Celsi, kemudian ke seluruh tubuhnya. Celsi dipaksa untuk meratakan sperma itu ke seluruh tubuhnya, hingga kini seluruh tubuhnya tertutupi oleh sperma. Bahkan mereka memaksa Celsi untuk mengeramasi rambutnya dengan sperma itu, yang tentu saja membuat Celsi jijik melakukannya. Kemudian ia disuruh untuk menjilati sperma itu dari tubuhnya sendiri. Sisa sperma pada tubuhnya kemudian dijilati oleh pria-pria lain, terutama sperma pada bagian payudara dan vaginanya.
Tiba-tiba, datanglah sekelompok ibu-ibu, termasuk di antaranya istri sang pemuka adat. Mereka menyadari bahwa suami-suami mereka hilang secara bersamaan, dan mereka yakin pasti suami-suaminya sedang menikmati tubuh Celsi. Para wanita paruh baya itu menghentikan pria-pria yang sedang asyik memperkosa tubuh Celsi. Mereka menyuruh para pria itu untuk kembali menggantungkan tubuh Celsi di tiang tempat ia digantungkan sebelumnya. Dalam hati, Celsi merasa bersyukur karena ada yang menyudahi penderitaannya itu. Ternyata dugaan Celsi salah: penderitaannya belum berakhir.
Para ibu itu marah dan menyalahkan Celsi karena datang ke desa itu sehingga menggoda suami-suami mereka. Lalu mereka mengambil beberapa batang rotan dari pohon rotan yang tumbuh di dekat situ, lalu menggunakan rotan itu untuk memukuli tubuh Celsi. Pukulan dari rotan tipis itu lebih menyakitkan daripada cambukan-cambukan yang ia terima sebelumnya, sehingga menimbulkan lecet-lecet di sekujur tubuhnya. Beberapa luka di tubuhnya bahkan mengeluarkan darah dalam jumlah yang lumayan banyak. Bagian-bagian sensitif seperti vagina dan payudaranya pun tidak luput dari pukulan rotan ibu-ibu yang marah besar itu. Setelah melampiaskan amarah mereka, ibu-ibu itu pun berhenti memukuli tubuh Celsi, lalu mengancam suami-suami mereka agar tidak melepaskan Celsi dari ikatan di tiang itu.
02:40
Tujuh orang pria yang belum sempat mendapat giliran memperkosa Celsi menyelinap keluar untuk menikmati tubuh Celsi tanpa melepaskannya dari tiang itu. Mereka meremas-remas payudara dan pantat Celsi secara bergantian, tanpa peduli betapa kesakitannya tubuh Celsi yang penuh luka itu. Mereka juga menohok-nohok vagina Celsi dengan berbagai benda, mulai dari kepalan tangan mereka, ujung botol beling, hingga patahan cabang pohon. Seorang di antara mereka bahkan menyodok-nyodok vagina Celsi dengan linggis hingga vaginanya berdarah-darah. Celsi sudah tidak mampu lagi berteriak, hanya rintihan-rintihan lirih yang keluar dari mulutnya saat tubuhnya disiksa habis-habisan. Terakhir, ketujuh pria itu menggunakan ikat pinggang mereka untuk mencambuki tubuh Celsi, hingga akhirnya Celsi pingsan karena rasa sakit yang luar biasa.
07:00
Paginya, wanita-wanita di desa itu menuntut kepada sang pemuka adat untuk mengenyahkan Celsi dari desa itu. Setelah berunding, mereka pun melepaskan tubuh Celsi dari ikatan di tiang lampu itu. Celsi langsung jatuh tersungkur ke tanah. Rasa sakit di sekujur tubuhnya membuatnya terlalu lemas untuk bangkit berdiri. Mereka pun menyeret tubuh malang itu ke tengah hutan, lalu memutuskan untuk meninggalkannya di sana. Untuk memastikan agar Celsi tidak berjalan ke desa lain dan menceritakan apa yang terjadi pada dirinya, mereka sepakat untuk menyiksa Celsi hingga tidak sadarkan diri. Mereka mematahkan cabang-cabang pohon dari pohon-pohon besar di hutan itu, lalu menggunakannya untuk memukuli tubuh Celsi. Hampir seluruh tubuh Celsi memar-memar dan berdarah akibat dipukuli dengan cabang pohon itu. Bahkan mereka juga menancapkan cabang pohon sepanjang kira-kira 25 cm ke dalam vagina dan anus Celsi. Kini tubuh Celsi pun tergeletak tak berdaya di tengah hutan itu, berlumuran darah, tanpa mengeluarkan suara apapun dari mulutnya. Dalam keadaan seperti itu pun tubuh Celsi tetap telihat menggairahkan. Seorang dari mereka memeriksa denyut nadinya untuk memastikan Celsi masih hidup. Bahkan beberapa dari mereka bersama-sama mengencingi tubuh Celsi yang sekarat itu. Mereka lalu menendang tubuh Celsi ke dalam sebuah lubang yang ukurannya kurang lebih seukuran tubuh Celsi, lalu meninggalkan Celsi yang malang di tempat itu.
Hingga sekarang, teman-teman dan keluarga Celsi tidak tahu apa yang terjadi pada Celsi saat liburan itu. Mereka juga tidak tahu apakah gadis kesayangan mereka itu masih hidup atau tidak. Mereka menganggap bahwa ia hanyut terbawa ombak saat pergi berselancar dengan teman-temannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar