“Enggaklah, enggak akan dirayakan gimana-gimana. Yang dulu kan, sudah. Jadi sekarang syukuran sederhana saja,” ucap Alya suatu kali. Konon, pesta meriah ini adalah permintaan dari keluarga besar Ramzi. Ini adalah wujud rasa bahagia mereka, mengingat kesendirian Ramzi yang sudah begitu lama, 44 tahun.
Di malam pertamanya, dada Ramzy berdebar-debar. Bagaimana pun, Alya adalah seorang artis, salah satu artis tercantik di Indonesia malah. Dan malam ini dia akan menidurinya, merasakan hangat tubuhnya, memuaskan hasratnya yang meledak-ledak dan menggelora. Dengan hanya bercelana kolor, Ramzy menunggu Alya yang sedang membersihkan make-up di kamar mandi. Tidak lama kemudian pintu terbuka, dan muncullah wajah manis sang istri,
“Nggak lama kan nunggunya, Mas?” sapa Alya mesra.
Semerbak parfum aroma melati menyergap penciuman Ramzy. Suasana agak sedikit kaku. Ramzy segera mengambil inisiatif untuk mencairkan suasana. Sambil tersenyum, dia mengulurkan tangan dan dengan gerakan yang tidak diduga, dia menarik badan Alya hingga wanita itu jatuh ke dalam dekapannya. Ramzy langsung menciumi pipi Alya kiri dan kanan secara bergantian.
”Mas!” Alya terlihat agak terkejut, tetapi tidak menolak. Dia malah melemaskan badannya dan pasrah ke dalam pelukan sang suami.
Dengan merangkul pundaknya, Ramzy membimbing Alya duduk di atas tempat tidur. Wajah Alya terlihat agak memerah karena sedikit malu.
“Sayang, santai aja, kita kan sudah resmi jadi suami istri sekarang,” Ramzy berkata.
Alya menatapnya sejenak lalu mencubit paha laki-laki itu, “Ah, mas ini, biar gimana saya kan perempuan,” katanya masih dengan roman muka malu.
“Mau minum apa, sayang?” Ramzy menawarkan minuman sambil berdiri menuju lemari pendingin di bawah televisi kamar hotel. Ya, mereka menikmati malam pertama di Crown Plaza, di kamar termahal dan terbaik.
“Eh, nggak usah, Mas. Aqua aja lah, yang di gelas,” jawab Alya.
Ramzy mengambil segelas kecil aqua dan untuknya sendiri, ia mengambil sekaleng Sprite.
“Nggak capek, sayang?” tanyanya memecah keheningan sejenak.
“Iya, Mas, capek banget. Nggak nyangka aku kalau undangan bakal segitu banyak,” sahut Alya sambil memutar kepalanya, berusaha melemaskan lehernya yang terasa kaku.
“Banyak tamu-tamu yang datang tanpa undangan. Ini kan pernikahan pertamaku, jadi teman-teman ortuku pada datang semua,” Ramzy menjelaskan. Tanpa menunggu komando, ia meraih kedua pundak Alya dan mulai melancarkan pijatan ringan. Siapa pun akan merasa nyaman jika pundaknya dipijat, asal jangan terlalu keras.
Merasa nyaman, Alya segera mengubah posisi duduknya sehingga sekarang ia membelakangi sang suami. Ramzy terus melancarkan pijatan sampai ke punggung sang istri. Alya terlihat sangat menikmati pijatannya, badannya sampai menggeliat-geliat keenakan.
“Eh, ternyata mas pintar mijat juga ya?!” Alya memuji.
“Kalau kamu mau, saya pijetin deh seluruh tubuh kamu,” Ramzy menawarkan. Dia sudah tak sabar untuk mengeksplor tubuh mulus Alya yang cuma dibalut kimono biru tipis, tertutama bokong dan payudaranya yang tampak bulat menggoda.
“Mau dong, pijetan mas enak banget, nggak sakit,” sahut Alya suka.
“Telungkup sayang, biar bagian belakangnya dulu yang aku pijat,” kata Ramzy memberi arahan.
Alya segera tidur telungkup sambil menjaga kimononya agar tidak tersingkap. Inilah perempuan. Meski sudah jelas-jelas mau main, apalagi ini adalah suaminya sendiri, masih aja malu. Ramzy maklum, memang begitulah perempuan, pembawaannya di awal selalu munafik. Dia mulai memijat bagian telapak kaki Alya sambil menyesuaikan tekanan pijatan agar sang istri merasa nikmat. Meski kurus, Alya ternyata mampu menerima pijatan yang agak keras. Ramzy mengurut kedua kaki Alya sampai sebatas lutut. Terasa badan Alya mulai melemas dan pasrah oleh pijatannya. Namun karena tidak ada cream, maka pijatannya jadi kurang maksimal. Ramzy segera meraih tube cream body lotion yang memang tersedia di kamar hotel, dia lalu membalurkannya ke bagian betis sang istri. Alya menggeliat-geliat menikmati pijatannya, antara nikmat dan sedikit rasa sakit.
“Egh, nggak nyangka kalau mas ternyata pintar mijet, tahu gitu saya udah dari dulu minta dipijat sama mas Ramzy,” Alya berujar, matanya terpejam keenakan.
Ramzy cuma tersenyum dan kembali mengecup pipi sang istri. Pijatannya mulai naik ke bagian paha. Dengan menelusupkan tangan di bawah kimono Alya, dia usap paha mulus sang istri yang terasa halus dan hangat. Ramzy menjaga agar jangan sampai dekat dengan selangkangannya, dia ingin membangkitkan gairah Alya sedikit demi sedikit.
”Mas, enak!” mata Alya semakin terpejam. Nafasnya terdengar mulai berat sekarang.
Setelah kedua kaki, Ramzy berpindah ke bagian tangan. Pertama tangan kanan dahulu, lalu tangan kiri. Setelah keduanya selesai, dia melanjutkan dengan mengurut pundak, punggung lalu pinggang Alya. Berhubung masih tertutup kimono, maka pijatannya hanya menekan-nekan saja.
“Sayang, punggungnya mau diurut pakai cream?“ Ramzy bertanya.
“Boleh,” jawab Alya pelan.
Pelan-pelan Ramzy menarik ke bawah kimono sang istri dan melepas ikatan di bagian depannya. Terpaparlah punggung Alya yang putih mulus, di kedua sisinya menyembul daging buah dada Alya yang kegencet badan. Wanita itu ternyata sudah melepas BH-nya, pantas saja Ramzy bisa melihat sedikit tonjolan putingnya tadi. Ramzy segera mengurut punggung Alya dengan cream sambil sesekali menyentuh daging buah dada Alya di sisi kiri dan kanan.
Dari punggung, pijatannya turun terus sampai ke bongkahan pantat Alya yang montok. Ramzy sengaja memasukkan tangannya ke balik celana dalam Alya agar bisa memegang serta mengurut daging montok di kedua gundukan pantat sang istri. Terasa sangat empuk dan kenyal disana. Ramzy terus meremas-remas dan memijitnya penuh nafsu hingga memberi efek rangsangan.
“Egh, uhhh…!” Alya mulai melenguh pelam. Dia diam saja ketika celana dalamnya mulai ditarik turun oleh Ramzy. Bahkan saat sang suami meminta izin untuk melepas kimononya, Alya juga mengangguk saja.
Kondisi Alya kini sudah telanjang bulat. Terlihat bongkahan pantatnya yang putih dan mulus. Ramzy terus meremas-remas dan mengelusnya penuh nafsu. Dari belahan pantat, tangannya kemudian bergerak ke bawah, ke bagian pangkal paha Alya yang tampak basah dan memerah. Dipandanginya sejenak lubang vagina Alya yang ditumbuhi bulu-bulu rimbun sebelum tangan Ramzy meluncur menyentuh belahannya.
“Ahh… mas!” Alya langsung mendesis dengan pantat terangkat-angkat saat Ramzy mulai mengusapnya pelan. Klitorisnya yang mencuat mungil terus digesek-gesek oleh laki-laki itu, sementara dua jari Ramzy yang lain sudah menusuk masuk ke dalam belahannya untuk mengurut dan mengocok disana hingga membuat dinding vagina Alya jadi makin basah dan memerah.
“Telentang, sayang!” Ramzy meminta Alya untuk berganti posisi. Dia ingin memandang dan menikmati kemontokan payudara sang istri yang dari tadi masih tersembunyi.
Begitu Alya sudah telentang, Ramzy segera meraih bongkahan padat itu dan meremas-remasnya penuh nafsu. Dia melakukannya sambil terus mengocok vagina Alya semakin cepat.
“Oughhh… mas!” Alya merintih, nafasnya jadi tambah memburu saat Ramzy memilin dan memelintir puting susunya kuat-kuat.
Alya pasrah saja ketika kedua kakinya dilebarkan oleh sang suami. Terpampanglah belahan merah muda miliknya dengan pinggiran coklat yang berbulu lebat. Pelan, Ramzy mendekatkan kepalanya dan mencium benda itu. ”Ughhh… mas!” rengek Alya saat lidah kasar Ramzy menyentuh ujung klitorisnya. Alya melenguh dan merintih lirih saat Ramzy mulai menjilatinya.
“Permainanmu halus sekali, Mas. Aku suka. Sudah lama sekali aku tidak merasakan yang seperti ini,” puji Alya jujur.
“Kalau kamu mau, aku bisa mengantarmu ke tingkat kepuasan yang lebih tinggi lagi,” janji Ramzy.
Alya mengangguk penuh semangat. “Cepat lakukan, mas. Aku mau!” ucapnya dengan wajah memerah penuh gairah.
Alya mengira Ramzy akan segera menyutubuhinya, tapi ternyata tidak. Alih-alih menggunakan penisnya, Ramzy malah kembali mencolokkan kedua jarinya ke dalam lubang vagina Alya yang sudah licin oleh pelumas. Pelan-pelan ia mengocoknya keluar masuk sambil mencari pusat titik kenikmatan di dalam vagina sang istri.
Mulanya Alya diam saja, tapi tidak lama kemudian dia mulai bersuara, merintih, dan mendesis. Gerakan tangan Ramzy tidak lagi mencolok keluar masuk, tetapi menekan-nekan ke atas langit-langit dinding vagina Alya sampai badan Alya agak terangkat karena gerakan Ramzy yang sedikit kasar. Alya makin merintih dan suaranya makin berisik, lalu berteriak-teriak nikmat.
“Aduh! Aduduh! Aku nggak tahan, mas! Aduh, rasanya mau keluar! Aghhh… aku nggak tahan, mas! Aaaahhhhhhh…” bersamaan dengan itu, menyemprotlah cairan kewanitaan mengenai tubuh Ramzy, sebagian bahkan masuk ke mulutnya. Ramzy sudah tahu risiko itu dan dia menyukainya.
“Mas, maaf banget ya. Aku nggak bisa nahan, abis nikmatnya udah nggak kebendung sih. Seumur-umur, baru sekali ini aku merasakannya.” kata Alya penuh kepuasan. Dia merasakan badannya begitu lemas dan ngantuk.
Ramzy tidak mempedulikan apa yang diocehkan oleh wanita cantik itu. Sekarang adalah gilirannya, dan Alya harus memuaskannya. Dia segera menyergap mulut Alya agar wanita itu berhenti berbicara. Ramzy melumatnya dalam-dalam sambil tangannya terus meremas dan memijit-mijit gundukan payudara sang istri. Di luar dugaaan, Alya ternyata membalasnya dengan penuh gairah. Lidahnya menjulur keluar untuk menyambut lidah Ramzy yang berusaha menerobos masuk. Dengan cepat merekapun sudah saling jilat dan hisap. Puas memagut bibir Alya, Ramzy turun untuk menjilat dan menciumi kedua puting sang istri. Dia jepit benda mungil yang sudah mengacung tegak kemerahan itu dengan belahan bibirnya. Sambil terus menghisap, Ramzy juga melepas celana boxernya sehingga batangnya yang sudah mengeras tajam menempel ke paha mulus Alya. Dibimbingnya tangan sang istri untuk meraih dan memegangnya. Rasanya nikmat sekali begitu Alya mengusap-usap dan mengocoknya lembut.
Tidak tahan, Ramzy segera naik dan mengangkangi tubuh bugil Alya. Ia arahkan ujung penisnya ke mulut vagina Alya yang masih kelihatan sempit. “Ah, besar bener senjatamu, mas!“ bisik Alya sambil membantu mengarahkan batang Ramzy agar tidak salah jalan.
“Emang punya suamimu yang dulu tidak sebesar ini?” Ramzy mulai menekan penisnya, terasa ujungnya sudah mulai masuk.
Vagina Alya terasa sangat basah dan licin.
“Nggak tahu, aku sudah lupa!” Alya sedikit merintih merasakan gesekan di lubang vaginanya. Sudah lama benda itu tidak menerima benda asing yang cukup tegap.
“Akan kubuat kamu cuma mengungat punyaku!” tekad Ramzy sambil terus menekan penisnya hingga pelan-pelan vagina Alya menyeruak terbuka dan menelannya. Ramzy tak peduli meski pemiliknya berkali-kali berteriak ooh ohh ohh… dia merasa sangat nikmat sekali.
Memeluk tubuh mulus Alya dan menciumi bibirnya, Ramzy mulai memompa pinggulnya perlahan-lahan dan makin lama semakin cepat. Pada posisi tekanan maksimal, Alya berteriak gila sambil mencengkeram sprei, kepalanya menggeleng-geleng liar ke kanan dan ke kiri. Tidak sampai 5 menit dia sudah mencapai klimaksnya lagi. Ramzy beristirahat sejenak. Lalu ia genjot lagi tubuh montok Alya setelah wanita itu sedikit tenang. Alya kembali merintih dan mengeluh lagi. Meski badannya lelah dan lemas sekali, tapi Alya sangat menikmatinya. Dan kembali dia mencapai orgasmenya dalam jeda hanya 2 menit.
“Diteruskan apa nggak, sayang?” Ramzy mengkonfirmasi, tidak tega juga dia menyetubuhi Alya yang sudah lemas tak bertenaga.
“Terusin aja, mas, sampai kamu keluar. Aku mau merasakan semburan hangat pejuhmu di dalam memekku,” sahut Alya. Sambil merintih-rintih dia lalu menambahkan, “Aku lemes banget, mas, tapi enak. Aah… aah…”
Ramzy berkonsentrasi penuh untuk mencapai klimaksnya. Sambil menggenjot tubuh bugil Alya semakin cepat, akhirnya dia jemput rasa itu. Ramzy membenamkan penisnya dalam-dalam saat spermanya menyembur keluar. Diciuminya bibir tipis Alya sebagai rasa terima kasih.
“Ehm, mas!” kelihatannya semburan itu juga membawa kenikmatan tersendiri bagi Alya, dia kembali menjerit orgasme. Ramzy merasakan sekujur liang vagina Alya berdenyut-denyut saat cairan mereka bertemu dan bercampur menjadi satu.
Ramzy terus menancapkan penisnya sampai mengecil dan terlepas dengan sendirinya. Alya yang kelelahan dengan cepat tertidur pulas. Wanita itu terlentang telanjang. Setelah meremas dan memilin puting Alya sekali lagi, Ramzy bangkit dan beranjak ke kamar mandi. Dia bersihkan bekas-bekas lendir di sekitar kemaluannya. Ramzy juga membasahi handuk kecil dengan air hangat dan digunakannya untuk membersihkan sekujur kemaluan sang istri. Lalu sambil masih tetap bugil, dia menyusul tidur di samping Alya. Dia peluk wanita cantik itu dan menutup tubuh telanjang mereka dengan selimut tebal.
Sekitar sejam mereka tidur, Alya yang terbangun dahulu. Dia duduk dan meraih jam tangan di meja kecil sebelah tempat tidur.
“Aduh nggak terasa waktunya kok cepet bener ya,“ katanya.
“Kenapa, sayang, santai aja lah,” Ramzy memeluknya dari belakang dan kembali memenceti gundukan payudara Alya satu per satu.
“Maunya sih gitu, malah pengen tambah lagi, hehehe,” selesai berkata begitu, Alya segera menaiki tubuh Ramzy dan menciumi wajah laki-laki itu.
Dia menyingkap selimut untuk mencari penis Ramzy yang terasa sudah tegak membesar. Alya menggenggamnya erat dan mulai menjilati ujungnya. Dia menyantap penis itu dengan lahap, dijilati seluruh bagiannya, termasuk kantung zakarnya, lalu berusaha melahap batangnya, tapi tidak sampai setengah mulut, sudah kepenuhan. Batang Ramzy memang terlalu besar untuk mulut Alya yang mungil. Diperlakukan begitu, batang Ramzy jadi semakin menegak dan mengeras. Alya segera mengambil inisiatif untuk mengangkanginya sambil membimbing batang itu memasuki tubuhnya. Begitu masuk, dia kemudian bergerak liar sampai akhirnya terjerembab di atas dada Ramzy karena orgasmenya. Di akhir pertempuran, Alya berkali-kali memuji Ramzy sebagai orang yang pandai melayani wanita. Dia merasa beruntung karena sudah memilih laki-laki itu sebagai suami. Begitulah, selama sisa malam itu, dan beberapa hari setelahnya, mereka habiskan waktu dengan bercinta dan bercinta.
Tidak ada waku terbuang tanpa acara adu kelamin, hingga akhirnya Alya hamil dan pada tanggal 29 Agustus 2007, Alya melahirkan anak keduanya di RS Pondok Indah. Memiliki berat 3 kg dan panjang 47,5 cm serta berjenis kelamin perempuan, bayi yang diberi nama Diarra Annisa Rachbini itu dilahirkan melalui operasi caesar. Tanggal 10 Oktober 2010 Alya melahirkan anak ketiga yang juga berjenis kelamin perempuan, dan diberi nama Savannah Nadja Rachbini. Lengkaplah sudah kebahagiaan pasangan itu. Dan sekarang, 23 Juli 2012 Alya dan Ramzy berniat merayakan 6st anniversary mereka dengan menginap semalam di Crown Plaza, tempat mereka melangsungkan pernikahan yang begitu mewah dan tak terlupakan. Mereka cuma pergi berdua saja, anak-anak sudah dititipkan ke rumah neneknya.
“Hallo, my sexy. Gimana, bagus nggak?” tanya Ramzy, setelah menghias seluruh ruangan dengan lilin, layaknya candle light dinner.
Dia sudah menyiapkan ini sejak dari pagi hari. Sengaja dia tidak masuk kerja agar bisa memberi kejutan pada sang istri. Lilin baru ia nyalakan setengah jam sebelum Alya masuk.
“Wow! I love it! Emm… I just love it so… much thanks!” kata Alya, terlihat mengaguminya dengan segenap perasaan.
Ramzy juga telah memesan makanan. Meski biasanya makanan berbau menyengat agak dilarang masuk ke hotel, tapi dengan kuasanya sebagai salah satu pemilik Crown Plaza, aturan itu lebih dilonggarkan. Ia memesan Tony Roma’s baby back favoritenya dan Blue Ridge kesukaan Alya. Mereka bersantap di meja makan suite kamar hotel, sambil melihat kembali dvd pernikahan mereka. Alya jadi teringat masa-masa itu, memory ketika ia sangat kurang tidur karena harus menyiapkan segalanya. Meski sudah ada wedding planer, tapi Alya tetap melakukan ini dan itu, meyakinkan kalau segalanya sudah siap. Ia tidak ingin ada cacat dalam pernikahannya, meski ini adalah pernikahannya yang kedua. Dan akhirnya ia sungguh puas akan hasilnya, semuanya berjalan lancar sesuai dengan rencana. Alya sungguh bahagia, walaupun ia jadi sangat kelelahan karenanya. Setelah meniup lilin mati, mereka membersihkan diri, gosok gigi dan lainnya. Ramzy sudah menunggu Alya di atas ranjang saat hapenya berbunyi. Padahal saat itu ia sudah telanjang, siap menyetubuhi sang istri.
“Ah, sial!” sambil mengumpat, Ramzy menerima panggilan. Dari Ella, sekretarisnya.
“Kan sudah aku bilang, malam ini aku jangan diganggu!” semprotnya.
“Tapi, pak…” Ella menjawab ragu-ragu, menyadari kesalahannya. “Ini dari pak Menteri.”
Mendengar kata ‘menteri’, Ramzy langsung terdiam. “Ya sudah, lanjutkan. Ada apa?” ini pasti penting.
”Begini, pak…” Ella menjelaskan, menteri PU yang baru ingin mengecek proyek yang ditangani Ramzy. Letaknya di luar Jawa. “Tiketnya sudah siap, pak. Malam ini bapak berangkat bersama rombongan pak menteri.”
“Sial!” Ramzy mengumpat lagi. ”Apa tidak bisa ditunda?” tuntutnya.
“Maaf, pak. Saya sudah menyampaikan itu, tapi pak menteri tetap memaksa.” terang Ella.
“Argh!” Ramzy mengumpat frustasi. Malam fantastisnya bersama Alya musnah sudah. ”Jam berapa pesawat berangkat?” tanyanya kemudian.
“Jam 8, pak. Pesawat terakhir.” jawaban Ella sedikit melegakan Ramzy. Dia masih punya sedikit waktu.
“Baik, sampaikan pada pak menteri, aku akan langsung menuju bandara. Kita ketemu disana.” putusnya.
“Baik, pak.” Ella menutup telepon.
Menghela nafas berat, Ramzy melirik Alya yang terlihat murung di sebelahnya. “Harus pergi ya, pah?” tanya wanita itu lirih. Meski sudah sering ditinggal-tinggal seperti ini, tak urung Alya tetap kecewa juga. Ini kan malam spesial buat mereka.
“Iya, sayang. Maaf ya, pak menteri sudah menungguku di bandara jam 8 nanti. Aku nggak bisa lama lama, tapi dengan sisa waktu yang ada, aku akan membuat kamu puas deh.” janji Ramzy. Jam di dinding menunjukkan pukul 5 sore, mereka masih punya banyak waktu.
“Iya, pah, nggak apa-apa. Mamah bisa ngerti kok. Cepetan deh lakukan, nanti papah terlambat lagi. Jalanan kan macet jam-jam segini.” Alya segera melepas seluruh pakaiannya hingga ia pun telanjang bulat, sama seperti sang suami.
Ramzy segera menghampiri dan memeluknya, dengan mesra ia mencium dan menjilati leher Alya yang jenjang. “Ahhh… pah!” membuat Alya mendesah-desah kegelian. Apalagi saat jilatan sang suami semakin turun ke bawah, menuju ke bongkahan payudaranya yang membulat indah, desahan Alya semakin jelas terdengar. “Eghsss… pah! Uhh.. uhh.. ahh..” dia menggelinjang.
Ramzy semakin bernafsu saat mendengarnya. Dengan lahap ia terus menjilat dan menghisap buah dada ranum sang istri. Puting Alya yang mencuat mungil kemerahan, ia cucup dan sedot-sedot ringan, membuat Alya semakin merintih dan menggelinjang.
“Oughh… pah!” desisnya mesra.
Ramzy bisa merasakan kalau puting itu sudah tegak mengacung, tanda kalau Alya sudah horny berat. Ia yakin vagina Alya pasti juga sudah banjir sekarang. Ramzy segera menyusupkan tangannya ke selangkangan sang istri dan menggelitik disana.
“Ahhhhsss… pah! Ahhh… mamah jadi pengen nih!” Alya makin menggelinjang. Tubuhnya yang putih dan mulus tersentak-sentak kesana-kemari seiring tusukan jari Ramzy pada lubang vaginanya.
Ramzy yang juga terangsang berat, merasa penisnya jadi ngaceng sekali. Dia segera melumat bibir Alya sebagai pelampiasan nafsunya sambil tangannya tidak berhenti membelai dan mencolok lubang vagina wanita yang sudah memberinya 2 anak itu. Benda itu terasa benar-benar basah dan melebar. Meski vagina Alya sudah tidak sempit lagi, tapi Ramzy tetap menyukainya. Dia tetap merasa beruntung bisa menikmati tubuh molek sang istri, yang pastinya sangat didambakan oleh setiap lelaki di luar sana. Ramzy menyodorkan penisnya di mulut Alya.
“Sayang, hisap penisku dong.” pintanya saat ciuman mereka sudah terlepas.
Dia segera berbaring di ranjang, membiarkan Alya mengurut dan memegangi penisnya sebentar sebelum akhirnya melahap dan mengulumnya dengan penuh nafsu. Kepala Alya terlihat naik turun dengan cepat, bibirnya menjepit erat batang Ramzy, sementara lidahnya menyedot-nyedot nikmat seperti orang yang kehausan.
“Auhhh… sayang!” Ramzy mendesah keenakan.
Hisapan Alya benar-benar luar biasa. Ella saja tidak terasa seperti ini, padahal bibir sekretarisnya itu terlihat sedikit lebih tebal dari punya Alya. Tidak tahan, Ramzy pun berkata. “Ahh… sudah, sayang! Nanti aku bisa moncrot duluan. Aku ingin keluar di dalam vaginamu daripada disini!”
Mengangguk mengerti, Alya segera melepaskan penis itu. Dan sekarang ganti ia yang berbaring di ranjang, siap untuk menerima serangan sang suami. Alya membuka pahanya lebar-lebar,memamerkan vagina merahnya yang sudah basah saat Ramzy mulai merayap menaiki tubuhnya. “Pah, jilatin dulu dong, vaginaku gatel nih.” pintanya manja.
Sambil meremas-remas dan menciumi payudara Alya, Ramzy tersenyum, “Oh, mamah mau juga yah?” tanyanya. Memang tidak biasanya Alya meminta oral, kalau pas lagi sangat bernafsu seperti sekarang aja dia meminta.
Ramzy segera menunduk dan mulai menjilati vagina Alya yang basah kemerahan. “Ohh… terus, pah! Terus, gatel banget nih klitoris mamah! Yah, jilat yang itu! Oughh… ahhh…!” tubuh molek Alya mengeliat-geliat keenakan seiring lidah Ramzy yang bergerak semakin liar di dalam liang vaginanya.
Ramzy melirik jam di dinding, cepat sekali waktu berlalu, sudah setengah jam sekarang. Dia harus cepat melakukannya kalau tidak mau ketinggalan pesawat. Kalau menuruti Alya, bisa habis waktu 1 jam cuman untuk acara jilat-menjilat. Ramzy segera menarik kepalanya dan berbisik. ”Sudah ya, mah. Nanti aku ketinggalan pesawat.”
Alya terlihat ingin protes, tapi segera mengurungkannya karena benar apa yang dikatakan oleh sang suami.
“Iya, pah. Cepat lakukan. Nanti papah terlambat!” Sedikit kecewa, karena ia begitu menikmati jilatan Ramzy pada lubang vaginanya, Alya pun membuka kakinya lebar-lebar, memberi jalan pada Ramzy untuk segera menyetubuhinya.
“Trims ya, sayang!” sambil berkata begitu, Ramzy pun menusukkan penisnya. Jlebbb! Dengan mudah benda itu masuk menembus kemaluan Alya yang memang sudah sangat basah dan melebar.
“Auw, pelan-pelan, pah!” rintih Alya saat Ramzy mulai menggoyang pinggulnya. Gerakannya begitu kaku dan kasar.
“Auww, ohh.. ngilu, pah! Oohh…” rintih Alya lagi saat Ramzy menggenjot tubuhnya semakin cepat. Payudara Alya yang tidak begitu padat sampai terpantul-pantul kesana kemari karenanya.
Tapi seperti tidak mendengar, Ramzy terus menggila dengan genjotannya. Dia merasa tanggung untuk berhenti sekarang. Jepitan vagina Alya terlalu sayang untuk dilepaskan. Bahkan ia menggenjot lebih cepat lagi agar jepitan benda itu menjadi semakin kuat dan keras.
“Aghh… pah! Pelan-pelan… aku…” kata-kata Alya terputus saat dirasakannya penis sang suami meledak di dalam sana. Ramzy sudah ejakulasi. Sambil membenamkan penisnya dalam-dalam di liang rahim Alya, laki-laki itu menembakkan spermanya berulang kali hingga vagina Alya jadi semakin basah dan lengket.
“Agh.. aghh.. aghh..” terengah-engah keenakan, Ramzy mencabut penisnya. Terlihat lelehan sperma keluar dari lubang vagina Alya yang merah dan mengkilat, membasahi sprei.
“Kok cepat sekali, pah?” ada sedikit nada protes dalam suara Alya. Dia sedang dalam posisi tanggung sekarang, gairahnya lagi di ubun-ubun, menuntut untuk dipuaskan.
“Iya, sayang. Maaf ya, nanti kalau papah kembali, aku ganti deh!” kata Ramzy sambil beranjak pergi ke kamar mandi.
Alya menghela nafas berat. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang. Dipegangnya sang vagina yang masih terasa panas dan membengkak, dan dipenuhi sperma Ramzy. Terasa nikmat sekali saat ia mencolok dan mengusap-usapnya pelan. Alya terus melakukannya hingga tanpa sadar ia mulai merintih dan mendesah. Biarlah kalau harus masturbasi, yang penting ia mendapat kepuasan. Tapi baru juga merasa nikmat, Ramzy sudah mengganggunya.
“Sayang, tolong telepon mang Ujang ya, suruh kemari jemput aku untuk mengantar ke bandara.” teriak laki-laki itu dari dalam kamar mandi.
“Iya, pah!” bersungut-sungut dalam hati, Alya pun menarik tangannya. Dia segera menghubungi mang Ujang, sopir pribadi mereka.
“Gimana, sayang?” tanya Ramzy begitu keluar dari kamar mandi. Tubuhnya masih telanjang, tapi penisnya sudah mengkerut mungil karena tersiram air dingin. Alya jadi malas untuk membangunkannya lagi.
“Iya, mang Ujang sudah meluncur kemari.”
Alya meraih baju tidur tipis di lemari dan mengenakannya. Karena tidak memakai daleman, puting dan bulatan bokongnya jadi tampak merawang indah saat tersorot lampu kamar. Ramzy agak sedikit menelan ludah saat melihatnya.
“Sayang aku harus pergi, kalau tidak, akan kugarap tubuh mamah semalaman,” bisiknya mesra sambil tangannya meraih payudara Alya dan meremas-emasnya pelan. Yang diremas cuma menggeliat dan merintih keenakan. Sayang sekali, benda sebagus ini harus ditinggal hanya karena ajakan semena-mena seorang menteri tolol!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar