Cerita-cerita ini hanyalah fantasi belaka. MOHON JANGAN MENIRU KEKERASAN YANG ADA.
Jika ada kesamaan dengan nama tokoh, karakter, tempat, dll, hanyalah ketidaksengajaan.
Ternodanya si Bunga Desa (3)
Dengan kedua ibu jarinya ia membuka bibir memek Aisiah. Dilihatnya lobang gadis cantik itu sudah menganga akibat termakan oleh penis tuannya tersebut. Selaput dara berbentuk anak tekak itu sudah tiada lagi di sana. Kemaluan gadis itu masih tampak berceceran darah dan lendir sisa-sisa persetubuhannya dengan datuk akibat diperkosa tadi, namun hal itu semakin membuat pandangan Thoyib semakin nanar oleh niat jahatnya untuk menodai Aisiah.
"Sekarang giliranku Aisiah! Tak peduli kau akan melayani dan memuaskanku atau tidak, aku akan menggaulimu terus sampai pagi hari menjelang nanti, kau harus memberikanku anak, aku mau seorang anak dari rahimmu sebagai hasil dari persetubuhan malam ini agar engkau akan selalu mengenangku dalam kehidupanmu..hahaha!" kata-kata Thoyib laksana sebuah bencana maha dahsyat yang akan selalu menghantui gadis bunga desa ini.
Penis yang sudah mengacung tegak dan tampak mengangguk-angguk itu dibenamkan ke dalam celah liang peranakan Aisiah. Bless!!
Seluruh batang zakar Thoyib langsung amblas masuk ke liang sanggama gadis itu sudah, dan tanpa tedeng aling-aling lelaki kontet itu membuat penisnya keluar masuk di sela-sela kemaluan Aisiah sambil merengkuh kedua payudara gadis itu yang menggantung padat dan ketat dari belakang dengan tubuh membungkuk bagai udang, Thoyib mulai menggagahi si bunga desa.
"Ngghhh nggghhh!" rintih Aisiah tak jelas karena mulutnya telah terbungkam gombal.
"Ohh.. betul kata datuk.. punyamu begitu lezat, manisku.. kau tak hanya cantik luar biasa.. namun lobang memekmu juga legit dan peret, sayang," Thoyib terengah-engah memacu pelirnya keluar masuk liang peranakan Aisiah yang monyong dan kempot tercolok-colok oleh kejantannya. Malam itu akan menjadi malam panjang bagi penderitaanya yang tak terperikan. Tak ada lagi yang dapat diharapkan dalam hidupnya lagi. Jika esok hari Dimas dibebaskan karena pemerkosaan dirinya, apakah lelaki itu akan mau menerima dirinya yang sudah ternoda ini. Mengingat hal tersebut Aisiah hanya dapat memejamkan matanya yang sendu sembab dalam linangan air mata.
Kontol Thoyib yang keluar masuk di tubuhnya itu seakan mengaduk-aduk isi liang peranakannya lebih sakit daripada saat kemaluannya diperawani oleh datuk, sebab ia tahu lelaki kontet ini menggaulinya dengan maksud yang buruk melebihi harus kehilangan kesuciannya. Tangan Thoyib meremas-remas payudaranya begitu ganas dan menyakitkan. Tampaknya lelaki jelek itu tak pernah bercinta sebelumnya, jadi tidak tahu cara untuk menyetubuhi perempuan secara halus dan penuh perasaan.
"Hmm.. saatnya lobang pantatmu juga akan kucoba, manis.. aku memang bukanlah lelaki pertama bagimu.. tetapi aku akan menjadi pertama yang akan memerawani lobang pantatmu..sayangg..." Thoyibpun mencabut pelirnya dari lubang surga Aisiah dan beralih membuka celah lubang di atasnya yang lebih sempit, kecil dan mungil itu. Si buruk rupa ini segera meludahi celah lobang anus milik gadis belia cantik ini, menjilati dan menguakkan liang dubur itu sedemikian lebarnya membuat dara belia ini semakin menjerit kesakitan.
Belum lagi kontolnya dibenamkan ke bongkahan pantat tersebut, Aisiah sudah tak sadarkan diri. Tanpa jijik lidahnya menyeruak ke dalam isi belahan anus gadis cantik ini, bahkan rasa manis yang diterimanya ketika celah pantat dara belia itu menempel di lidahnya. Memang dubur gadis muda begitu enak untuk dijilati, selain masih ketat dan kencang juga aromanya begitu khas kepekatannya.
"Baguslah..jadi aku bisa mengoyak anusnya tanpa perlawanan.." Thoyib membatin.
Ujung kepala batang zakarnya diselusupkan ke lubang anus itu berkali-kali, masih terpeleset-peleset. Ia ludahi kembali bibir lobang pantat itu, dicobanya kembali menembusi dubur mungil nan merah menyala milik bunga desa cantik tiada tara ini, masih gagal juga! Ia melumuri batang zakarnya dengan air ludahnya cukup banyak, kemudian dicobanya lagi, terus.. dan berulang-ulang sampai kepala jamurnya berhasil terjepit di bibir kulit anus gadis tersebut.
"Ohhh..." desah Thoyib yang merasakan begitu ketat dan peretnya lobang pantat gadisnya ini. Ditekannya kuat-kuat batang pelirnya hingga sudah sepertiganya terbenam. Didorongnya lebih kuat lagi lebih dalam, semakin dalam dinding anus gadis itu semakin lunak dan panas dirasa kejantanannya menyeruak isinya sampai akhirnya amblas semua ke dubur gadis desa ini. Setiap kali Thoyib menarik atau menusuk pantat Aisiah, belahan liang anus itu selalu menjadi kembang kempis seukuran pelir yang bergerak-gerak menyodomi dirinya.
Lelaki kontet itu semakin menambah irama sentakannya k earah bokong bulat padat kepunyaan tawanannya tersebut. Masih tak puas juga setelah kontolnya sudah berhasil keluar masuk dengan tak terlalu seret lagi karena lendir anus gadis itu sudah membasahi dinding pantatnya yang terbuka, lelaki itu memperkosa anus dan memek Aisiah bergantian. Kadang lubang kemaluannya yang dientot beberapa kayuhan setelah itu ke lobang pantatnya lagi, demikian juga sebaliknya.
Lama kelamaan tubuh yang tertungging pingsan tersebut tak kuat lagi dipermainkan Thoyib, tubuh Aisiahpun jatuh ke samping kanan dalam posisi miring di ranjang. Dengan tangan kanannya diangkatnya kaki kiri dara belia ini melalui genggaman erat pada pergelangannya, lalu selangkangannya kembali dientot bergiliran antara lobang peranakan dan dubur gadis cantik itu. Tak hanya itu saja, tangan kiri Thoyib menjulur mempermainkan kedua payudara Aisiah dari samping seraya menjilati telapak kaki putih korbannya itu yang tak sadar lagi apa yang diperbuat lelaki kontet seterusnya. Kaki indah yang putih bersih itu telah menjadi miliknya kini, dalam genggaman tangannya kaki itu telah lunglai dan tak berdaya sama sekali dan sudah menyerah secara total kepadanya, sudah penuh air ludah Thoyib disekujur telapaknya.
Menit demi menit berlalu meninggalkan decak-decak suara yang ditimbulkan dari pergesekan kelamin keduanya nan tengah menyatu itu. Datuk sudah tak kelihatan lagi batang hidungnya entah kemana, sementara Asep dan Rojali di kamar sebelah mulai menyeret tawanan mereka yang lain menuju ke arah kamar tempat Aisiah tengah dinodai si buruk rupa. Dimas ternyata sudah siuman, namun mulutnya dibungkam rapat-rapat oleh kain gombal yang berlapis dengan ikatan kain mengelilingi lehernya dan ia dalam cengkeraman kedua centeng penguasa itu dipaksa melihat tunangannya tengah diperkosa Thoyib.
Sia-sia saja Dimas meronta, karena ikatan itu teramat kuat di tubuhnya. Ia hanya menggeram marah tanpa berkutik menyaksikan tubuh lelaki kontet jelek itu nan leluasa menggagahi gadisnya ini, sementara Thoyib kini tertawa dengan penuh kemenangan.
"Hahaha.. lihatlah gadismu ini sungguh perempuan murahan, meskipun ia menjadi bunga desa di seluruh kampung, tetapi ia bersedia menjual dirinya demi membebaskanmu hai pemberontak! Dan lihatlah kini, akulah yang berhak atas dirinya..dan bukan kamu Dimas! Saksikanlah tatkala benihku akan bersarang di dalam rahimnya..hahaha..." demikian kata-kata pedas yang terlontar dari mulut Thoyib kepada saingannya itu.
Pelirnya semakin diamblaskan ke lubang memek gadis itu sampai mentok abis sudah dengan sekujur belahan daging merah berbulu basah ini telah penuh oleh linangan cairan persetubuhan.
"Entot terus sampai pagi, Thoyib! Pacu terus memeknya.. jangan sampai lepas..!" seloroh Asep menyemangati.
"Betul, Thoyib! Kau harus bisa membuatnya hamil malam ini juga, sebab esok hari engkau akan kehilangan kesempatan lagi untuk itu.. perkosa gadis itu berulang-ulang agar pejumu dapat meresap di dalam rahimnya..!" tambah Rojali.
Betapa terpukul hati Dimas mendapati kekasihnya yang tengah dilalap tubuhnya, sementara dirinya telah gagal untuk melawan kekuasaan dan rencana pemberontakannya telah diketahui, bahkan kekasih yang dicintainya ini jatuh dalam pelukan datuk cs ini. Kenikmatan demi kenikmatan dari kehangatan tubuh kekasih tercintanya ini benar-benar dipertaruhkan untuk menebus keselamatan nyawa Dimas dan itulah pengorbanan yang tak diketahui oleh kekasih Aisiah.
Tubuh Thoyib semakin ketat dengan selangkangan Aisiah yang kakinya bergoyang-goyang dalam cengkeraman dan hentakan yang dibuat oleh lelaki tangan kanan sang penguasa itu. Nafas lelaki itu semakin memburu senada dengan gerakan maju mundurnya yang kian dipercepat. Sebentar-bentar Dimas melihat memek gadisnya itu dirojok-rojok, sebentar pula anus tunangannya ini yang disodok. Kesemuanya ini membuat pandangannya menjadi nanar.
Thoyib sendiri begitu merasakan kenikmatan duniawi yang tiada tara. Lelaki jelek itu kini menelentangkan Aisiah dan kedua kakinya dipentangkan terbuka dengan sangat lebar. Masing-masing pergelangan kakinya dipegang erat dengan separuh panggul dan selangkangan gadis belia itu terangkat dari kasur. Dalam posisi demikian celah kemaluannya terhidang dan semakin merekah membuka karenanya, Thoyib tanpa memegangi batang kejantanannya yang masih tegak menantang itu kembali menghujam ke dalam memek Aisiah lagi. Seketika amblaslah kontol si jelek itu yang telah membuka seluruh jalan masuk rahim korbannya yang masih sangat muda belia ini.
Panggul gadis delapan belas tahun itu telah menggantung terangkat keatas terkangkang dengan
sepenuhnya, kejantanan Thoyib yang berurat masih menancap keluar masuk di dalamnya. Bibir memek gadis itu semakin sembab dipandang mata karena terus digesek-gesekkan dengan tonggak pelir lelaki itu yang sudah terlumuri cairan lendir sanggama dari keduanya.
Gerakan Thoyib seakan mencabik-cabik isi di dalamnya, kontolnya serasa penuh sesak dalam basuhan lubang panas di tubuh dara manis ini. Dirasanya puncak kenikmatan yang diraihnya semakin dekat ke tahap akhir. Namun lelaki itu segera mencabut keluar lagi zakarnya dari lubang pelampiasan hasrat gadis desa nan menawan ini, tubuh kontetnya bertukar tempat ke arah kepala gadis itu terlentang. Lalu kedua ketiak lutut Aisiah di tariknya sampai panggulnya berada di atas dan kepala gadis itu berada di bawah menopang berat tubuhnya sendiri.
Dengan jepitan kedua kakinya yang berdiri di atas ranjang, Thoyib menjepit dan mengunci tubuh telanjang gadis itu sehingga gabungan tubuh keduanya membentuk huruf S dengan tubuh bugil lelaki kontet itu di atas dan Aisiah di bawahnya.
Kontol Thoyib lalu diselusupkan kembali ke dalam lubang sanggama gadis desa nan malang tersebut dan setelah penisnya amblas kembali, kini ia memompa tubuh telanjang gadis itu seperti orang yang tengah memompa ban sepeda, berdiri.. jongkok.. berdiri.. jongkok.. begitu seterusnya. Sungguh disayangkan sekali Aisiah masih tak sadarkan diri sehingga tak ada perlawanan sekali dalam posisi persetubuhan yang tak lazim tersebut, namun adegan itu membuat semuanya terhenyak heran.
"Wahh.. koq bisa ya dientotin kayak gitu?" bengong Asep terpana.
Dimas semakin mengkerut dalam keputus-asaan, harga dirinya sebagai lelaki telah runtuh karena ia tak mampu menolong kekasihnya yang diperkosa sedemikian rupa oleh bajingan-bajingan tengik itu. Thoyib tambah merajalela dalam membuahi rahim si kembang desa cantik ternama ini. Kontolnya semakin melesak-lesak mentok ke dasar lubang kegadisan Aisiah yang sebelumnya telah terlebih dahulu kehilangan keperawanannya ini.
Tidak hanya itu, jari-jari Thoyib ikutan mencolok-colok lubang anus dara itu yang sudah mengembang sejak menerima kejantanannya pula. Mengorek dan mengaduk liang poros usus Aisiah yang terkulai pingsan tanpa perlawanan sama sekali.
Terus memperkosa dalam keadaan demikian, membuat lelaki buruk rupa ini akhirnya menyerah dalam buaian kehangatan vagina korbannya dan tibalah saatnya ia harus melepaskan keperjakaannya pula di antara jepitan paha wanita belia nan cantik mempesona ini. Tubuh Thoyib semakin menekuk luruh, dirasanya seluruh otot-otot badannya menggelinjang dalam desakan arus birahi yang mendesak-desak pembuluh darahnya nan berpusat di kelenjar kelelakiannya, siap untuk meledak. Semuanya kini meletup dalam dera birahi dahsyat, betapa kepala zakar Thoyib yang bersemayam dalam lorong rahim Aisiah memuntahkan cairan kepuasan syahwatnya nan berupa semprotan air mani dimana tersimpan jutaan benih kelelakiannya menggenangi isi lubang peranakan gadis itu.
Srrr..crot..Crot! Croot! Croott!!
"Jangan!..jangan di dalam! Bangsat kau Thoyib!!" pekik dimas dalam hatinya yang telah mendidih menyaksikan gelepar-gelepar tubuh Thoyib di ambang puncak kenikmatan badani hewaniahnya kepada kekasihnya itu.
"Aaahhhhh nggghh..uuhhhh..." erang lelaki kontet itu menghabisi tetes-tetes terakhir air maninya ke dalam belahan daging pasangan persetubuhannya ini, merem melek menahan kenikmatan yang berlebihan berhasil menodai sang bunga yang cantik menawan.
Sayup-sayup kelopak mata gadis itu terbuka dan tersadar dari pingsannya, namun tubuhnya masih terkulai layu. Dipandangnya wajah Dimas dalam ketidakberdayaan takluk dalam dekapan kedua centeng yang melumpuhkannya.
Aisiah mendapati dirinya masih telanjang dalam pelukan Thoyib, dan lelaki kontet itu melihat kesadarannya yang telah pulih. Aisiah menatap dimas dengan tatapan mata sendu yang tak terlukiskan oleh sang kekasih membuat hati Thoyib semakin teriris, percuma saja aku memperkosa gadis ini, toh yang ada di hatinya tetap kanda dimas ini, kurang ajar!
Ditariknya pinggul gadis itu ke atas sambil ia juga berdiri di atas ranjang besar yang terdapat tiang-tiang kelambu di keempat sudutnya itu, hingga kedua kaki Aisiah terpentang di wajahnya dan kepala gadis itu tepat berada di selangkangannya. Posisi enam sembilan sembari berdiri itu dilakukan Thoyib agar rahim Aisiah dapat menyerap seluruh cairan benih kejantanannya. Dijepitnya pinggul gadis itu dalam keadaan terbalik dan jarinya menguak belahan memek itu lagi. Puas sudah hati Thoyib demi melihat belahan lubang itu telah penuh berisi cairan pejuhnya yang putih laksana air susu yang memenuhi bibir gelas. Kain yang mendekam dibibir gadis itu dicabutnya hingga terlepas dan sebelum Aisiah bisa berucap kata, tangan Thoyib telah menekan kepala Aisiah ke selangkangannya di mana pelirnya masih tegak teracung, dan masuklah kontol itu ke dalam bibir mungil dara belia cantik itu.
Dimas menyaksikan kesemuanya itu dengan darah mudanya nan mendidih, betapa mulut gadis itu dipaksa melumat kontol lelaki kontet buruk rupa itu yang sesudah memperkosa kekasihnya berlumur cairan kemaluan keduanya beserta darah kesuciannya pula. Thoyib seperti mengelap batang kejantanannya dengan mempergunakan mulut gadis manis si bunga desa ini yang gelagapan menerima sodokan-sodokan zakar lelaki itu di rongga mulutnya. Kedua kaki gadis itu yang mengangkang membuka dan mengatup seperti orang yang sedang berenang gaya katak di atas wajah Thoyib, sebelum menjepit keras kepala lelaki kontet buruk rupa tersebut dengan kaki-kakinya yang terjuntai ke atas menyilang mengitari leher Thoyib. Tampaknya itu adalah orgasme pertama dari gadis desa itu setelah siuman dari pingsannya.
Semua sensasi yang berkumpul dalam belahan kegadisannya nan dinodai terus menerus sejak awal membuahkan hasil yang membuatnya meraih puncak kenikmatan pertamanya sebagai seorang wanita seutuhnya dalam persetubuhan dengan lelaki.
"Nnngghgh..Auffhhh Ahhmm Unnghhh!" bibir memek Aisiahpun menjadi berkedut-kedut hebat dalam dekapan si kontet. Air mani lelaki itu yang tadinya luber di lubang kemaluannya seperti terhisap ke dalam seirama dengan denyutan vaginanya nan menelan pejunya Thoyib. Lelaki yang dulu ia benci karena mengemis cintanya, tapi kini yang berhasil mencicipi semua bagian terlarang di tubuhnya.
"Hahaha..Dimas! Lihatlah sekarang kekasihmu sudah takluk dalam dekapku.. tidakkah engkau lihat sendiri benihku telah kutumpahkan ke rahimnya.. ia akan menjadi seorang ibu dari anak-anakku kelak..dan akulah sang ayahnya..bukan kamu Dimas! Hahaha..." tawa kemenangan Thoyibpun membuncah ruah ke seluruh isi kamar itu bagai selaksa sembilu dalam pendengaran kekasih Aisiah.
Betapa malu dan hancur lubuk hati gadis itu yang di luar kendalinya ternyata tubuhnya sendiri telah berserah kepada lelaki kontet itu. Thoyib kemudian membalikkan tubuh Aisiah. Digendongnya tubuh bugil gadis desa itu laksana anak kecil yang tengah digendong ibunya. Kedua kaki putihnya menyilang menjepit pinggang Thoyib.
Kontol Thoyib dimasukkan ke liang sanggamanya dan kembali beraksi dengan gagahnya di dalam bibir memek gadis itu yang kembang kempot dibuatnya, kepala Aisiah terbanting ke kanan ke kiri dengan rambut terlecut-lecut sudah. Mata gadis itu kini merem melek dalam buaian kelelakian lelaki kontet itu, agaknya sudah terbiasa kembang desa ini diperkosa dalam kenikmatan.
"Kanda Dimas.. ohh..ssshh..tolong engkau jangan hiraukan aku lagi..ahhh..sshhh.. aku sudah ternoda..uhh..uhh..ohhh aku bukan gadis suci lagi, kanda..ssshhh.. ahhh mmmhh mereka telah merenggut semua yang seharusnya aku berikan kepadamu pada malam pertama kita nanti.. sshhh.. ouhhh.. ahhhh aku tak layak untuk mendampingimu lagi kanda Dimas..ssshhh oaahhh..." pinta gadis itu sembari lobang memeknya dipacu oleh lelaki kontet yang telah menaklukan tubuh kekasihnya ini, seraya diiringi linangan air mata ia mengucapkan kalimat demi kalimat itu dengan sangat lirih dalam erangan dan rintihan itu.
Dimaspun tak dapat lagi penuh meresapi kata-kata gadis itu, matanya telah berkunang-kunang tak kuasa menyaksikan kenyataan di depan mata kepalanya itu hingga membuat kesadarannya semakin lama semakin meredup bagaikan mengalami mimpi yang paling buruk dalam hidupnya. Tubuhnya jatuh lunglai dari berlutut ke telungkup di lantai kamar tersebut, dunia serasa gelap.. hening.. dan hampa.
"Jangan..! jangan lagi kumohon..! Awwhhh!"
"Terima kasih Thoyib! Kau beri kami kesempatan juga untuk menikmati bunga desa ini"
"Tapi ingat! Keluarkan di luar yahh?!"
"Beres.."
"Tidak! Jangan! Ohh Dimas! Tolong aku!"
Bagai terhenyak dari tidur, Dimas mendengar suara itu dalam telinganya, namun matanya serasa sulit untuk dibuka, lalu keadaan menjadi gelap gulita lagi.. kosong.. nan berkepanjangan..
"Pantatnya benar-benar lezat nih .. akhhh..!"
"Argghhh! Awhhh mmmphhh! Ampunn! Jangan di situ lagi! Aahhh.. Kumohon! Sudah! Sudahhh!! Ammhhhppphh!"
Samar-samar terlihat tubuh kekasihnya dipangku oleh Rojali dalam keadaan kedua kakinya terkangkang dengan masing-masing tungkainya di cengkeram. Kontol lelaki itu terbenam dalam lobang anusnya. Sementara tubuh telanjang Asep berdiri dan mengangkangi wajah Aisiah memaksa gadis desa cantik itu mengenyot-ngenyot batang zakarnya. Namun mata Dimas kembali tertutup dalam buaian tak sadarnya kembali..
"Masih ada yang mau lagi?! Sudah hampir pagi nih!! Kalo tidak.. aku mau lagi membuahi rahimnya sekali lagi."
"Kita udah capek.. biar kamu aja lagi, Thoyib."
"Hmm..memeknya kuat sekali yah melayani kita bertiga?"
"Hehehe.. ini memang memek untuk satu lobang buat rame-rame."
"Hussh! Diam kau asep, nanti Thoyib marah..kamu bukannya terima kasih ama dia.."
"Iya.. maaf.. terima kasih yah! Udah bagi-bagi ke kita ini memek.."
Sayang.. dia udah pingsan lagi..
Selangkangan kekasihnya terbuka di depan matanya kembali, memperlihatkan lubang kemaluannya yang telah bengkak kemerahan akibat digagahi semalam suntuk. Juga lobang duburnya sudah terkoyak penuh lelehan cairan peju yang entah milik siapa.
"Hei! Kekasihnya bangun lagi tuh!!"
Bukk! Lalu dunia kembali hilang dari pandangan Dimas.. kesadarannya jatuh di kegelapan yang semu lagi.. sepi yang berkepanjangan..
*****
Suara kicauan burung membangunkan Dimas dari pingsannya. Dia bangun dan hanya mendapati dirinya seorang diri masih di kamar itu. Kamar yang besar dengan ranjang sprei putih nan telah penuh bercak-bercak darah perawan dan campuran keringat serta cairan kemaluan perkosaan semalam suntuk itu.
Aisiah sudah tak ada lagi. Ia perlahan beringsut ke ranjang tersebut. Sempak gadis itu masih ada, tapi kini telah ternoda oleh cairan mani dan juga darah gadis itu. Ke mana engkau wahai belahan jiwaku? Lelaki tunangan gadis desa itu keluar dari kamar. Hanya sepucuk surat ia temukan tergeletak di atas meja kayu ruangan tamu rumah tersebut. Dengan tangan gemetar ia membukanya dan mendapati tulisan gadisnya nan basah dengan air mata di sana:
Kanda Dimas..
Saat engkau membaca isi surat ini, mungkin aku sudah tiada lagi di sini.. Aku kini bukanlah seorang gadis suci lagi yang layak untuk mendampingimu..
Ketika pertama kali engkau hadir dalam kehidupanku, aku merasa sangat bahagia sekali.. engkau adalah sosok idaman hidupku yang selalu menjadi impianku semenjak kecil. Engkau terlalu sempurna di mataku kanda.. segala perhatian yang kau curahkan pada diriku membuat aku mengenal arti indahnya sebuah cinta dan betapa sangat berartinya kehadiran seorang pria dalam hidupku..
Namun selama ini kau balas kejujuranku ini dengan seonggok dusta yang kau simpan begitu rapi, hingga aku tak menyangka kebohonganmu itu telah membuat perjalanan hidupku berubah.. teganya engkau menjadi pemberontak dan membuatku harus jatuh ketangan penguasa.. apalah dayaku sebagai perempuan lemah dalam cengkraman mereka..
Kakek telah tiada meninggalkan hutang yang menumpuk, sedangkan kamu merantau untuk sesuatu niat yang tak dapat kupercaya.. hingga saat Thoyib meminta aku harus memilih..ikut dia atau ikut kamu.. dengan sangat menyesal aku harus menerima ketulusan cintanya untukku.. dan harus melepaskanmu.. karena aku yakin ia telah menabur benih dalam rahimku ini.. tak tahukah engkau penderitaanku semalam? Mereka menodaiku tanpa henti..engkaupun tak berdaya.. aku harus apa?
Katakan padaku Dimas.. aku tak mungkin memilih mengikuti engkau dengan mimpi-mimpi buruk kita ini.. lupakan aku dari hidupmu.. aku tak pantas untukmu.. jangan khawatirkan aku lagi.. Thoyib
telah berjanji akan membuatku bahagia, ia sungguh sangat mencintaiku..
Tak kuasa Dimas menekuni lanjutan kalimat isi surat itu lagi.. ia kini pergi meninggalkan rumah tersebut dengan langkah lunglai yang tertatih-tatih.. berusaha melupakan kenangan manis kekasihnya yang telah menjadi milik orang lain.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar