Dendam Si Pemerkosa (1)

Ina tertunduk lesu diatas kursi plastik berwarna hijau yang warnanya sudah memudar. Matanya tampak sayu, pandangan matanya kosong menerawang ke depan. Dihadapannya terdapat sebuah meja kayu. Seorang polwan duduk di belakang meja itu, berhadap-hadapan dengan Ina. Di atas meja terdapat sebuah papan nama bertuliskan AKP Yuliana, Kepala unit perlindungan perempuan dan anak. Ya, Ina memang tengah berada di kantor polisi guna melaporkan peristiwa kriminal yang baru menimpanya.

Sesaat kemudian pikirannya melayang kembali kepada kejadian yang baru dialaminya tadi malam. Saat itu, dia sedang dalam perjalanan pulang sehabis menonton film di bioskop bersama sang kekasih, Ferdi. Film selesai diputar tepat pukul 23.30. Berdua, mereka menuju tempat parkir motor, kemudian Ferdi segera memacu motornya menuju rumah Ina untuk mengantarkannya pulang. Setengah jarak menuju kediaman Ina ditempuh dengan lancar-lancar saja, hingga tiba-tiba, dua buah motor bebek berwarna hitam buatan pabrikan Jepang, melaju kencang dari belakang motor Ferdi. Dua motor itu terus menambah kecepatan dan akhirnya memepet motor Ferdi dari dua arah, kiri dan kanan.

Dua motor di samping kiri dan kanan tersebut masing-masing dinaiki oleh dua orang, sehingga total ada empat orang yang mengepung Ferdi dan Ina. Merasakan situasi yang gawat karena jika ini diteruskan pasti orang-orang yang berada di samping akan mampu menghentikan motornya dan berbuat jahat, spontan Ferdi mengerem motornya kuat-kuat. Dan rupanya berhasil, keempat penjahat itu melaju terlalu kencang sehingga motor Ferdi tertinggal lumayan jauh. Tanpa buang waktu, Ferdi berbalik arah dan segera memacu motornya agar bisa lolos dari kejaran para penjahat tersebut. Ina sedari tadi tampak sangat ketakutan, ia tampak memeluk punggung Ferdi dengan erat sembari memejamkan mata. Sesaat, mereka terlihat akan mampu meloloskam diri dari kejaran para penjahat tersebut, namun, “Duar!” terdengar suara yang keras. Rupanya sumber suara tersebut berasal dari ban motor Ferdi yang pecah.

Tampaknya para penjahat itu sudah terlebih dahulu menaburkan paku-paku kecil sepanjang pengejaran tadi, sehingga ketika motor Ferdi berbalik arah, paku-paku tersebut membuat ban depan motor Ferdi pecah. Motor Ferdi terguling, Ferdi dan Ina terlempar dan kemudian terjatuh berjarak sekitar lima meter dari lokasi motor terguling. Ferdi langsung tak sadarkan diri karena berbenturan keras dengan aspal, sementara Ina mengerang kesakitan memegangi bahu kirinya yang terasa nyeri karena benturan keras saat terjatuh tadi. Ina beranjak berdiri dan menghampiri Ferdi yang tengah pingsan. Ina berusaha membangunkan Ferdi. Namun sesaat kemudian terdengar suara kedua motor pengejar tadi mendekat, kian mendekat dan kemudian mematikan mesin.

Mengetahui bahwa keadaan kian berbahaya, Ina berusaha semakin keras membangunkan kekasihnya dengan mengguncang-guncang tubuh Ferdi. Sia-sia saja, yang diguncang tidak tampak akan segera kembali kepada kesadarannya. Selanjutnya, Ina baru menyadari bahwa keempat orang tadi sudah berada disekelilingnya. Keempat orang tersebut mengenakan jaket kulit dan celana jeans, mukanya tertutup helm teropong sehingga tidak terlihat dari luar. Berikutnya, salah satu yang berbadan paling kekar -tampaknya pemimpin gerombolan penjahat itu- maju dan meminta Ina menyerahkan harta dan benda berharga yang dimilikinya. Ina menyerahkan dompet, ponsel dan perhiasan yang melekat di tubuhnya. Namun tampaknya para perampok itu merasa masih kurang dengan jumlah rampasan yang didapatkan malam ini. Si badan kekar menghampiri Ina dan memintanya menyerahkan tambahan uang.

“Heh, segini sih kurang…. ayo, pasti kamu punya lagi. Keluarin, cepat!!!!” bentaknya.
“Be..bener bang, enggak ada lagi, cuma itu yang ada,” jawab Ina dengan badan gemetaran karena rasa takut yang amat sangat.
“Jangan bohong kamu!!” tambah si badan kekar, dan “Plakk!!” satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Ina hingga meninggalkan bekas merah.
“Aduuuh!! Ampun bang.. bener...” Ina menjawab sambil sesenggukan seraya memegangi pipi kirinya yang terasa sakit.

Penjahat itu membuka helm teropongnya sehingga terlihat wajahnya yang garang dengan rahangnya yang hampir berbentuk kotak. Sebuah bekas luka -tampaknya luka sayatan- terlihat memanjang vertikal di pipi sebelah kanannya. Kulit orang itu berwarna cokelat dan rambutnya keriting namun dipotong cepak.

“Aku geledah dulu kau, baru aku percaya!!”

Penjahat itu memandangi Ina dari ujung rambut ke ujung kaki. Memang, dengan tinggi 165 cm dan kulit yang kuning langsat ditambah paras yang ayu membuat Ina sangat menarik bagi lelaki manapun yang memandangnya. Penjahat itu mulai menggeledah tubuh ina dengan perlahan, dari kaki, kemudian pantat, dan saku depan. Tidak ada yang ditemukan, penjahat itupun nampaknya merubah pikirannya. Tangannya mulai meraba-raba tubuh Ina, tangan kirinya meraba dan setengah meremas payudara sebelah kanan Ina sementara tangan satunya meraba paha bagian dalam.

Diperlakukan seperti itu, Ina tahu bahwa orang ini bukan mencari harta, tetapi hendak berbuat yang lain. Ina pun berontak dan mendorong tubuh penjahat itu kuat-kuat sehingga penjahat itu terdorong mundur. Namun dari belakang, ketiga anak buah si penjahat berbadan kekar langsung memegangi tubuh Ina. Satu orang memegang tangan kanan, satunya lagi tangan kiri, dan yang terakhir memegangi kaki, sehingga praktis Ina kini tidak dapat bergerak lagi. Si bos penjahat kembali maju dan meremas dada Ina kuat-kuat.

“Aauw!! Sakit!” jerit Ina.
“Sudah, kamu diam aja! Pasti bakalan enak, hahahahaha!!” bos penjahat itu tertawa, diikuti tawa anak buahnya.

Ina hanya bisa terdiam, air matanya meleleh mengetahui apa yang akan segera menimpanya. Dalam hati. Ia berharap agar kekasihnya segera siuman dan menghajar para penjahat ini hingga mereka lari tunggang-langgang. Harapan tinggal harapan, Ferdi tidak menunjukkan gejala segera siuman.
Berikutnya, jaket berbahan jeans yang dikenakan Ina sudah dibuka paksa oleh bos penjahat itu dengan bantuan anak buahnya yang kebagian memegangi tangan Ina sehingga kini Ina terlihat mengenakan kemeja lengan pendek berwarna hitam dipadu dengan celana jeans.

Para penjahat itu tampak semakin ganas. Hanya dengan satu tarikan kuat, bagian depan kemeja Ina sudah terbuka, kancing-kancing bajunya jatuh bertebaran, sehingga sekarang tampaklah payudara montok Ina yang dibungkus bra berwarna hitam. Para anak buah menarik kemeja itu dari belakang dan kemudian membuka kaitan bra hitam itu sehingga bukit kembar milik Ina kini terbuka bebas.

Melihat itu, si bos penjahat langsung maju dan melumat payudara kiri Ina, sementara tangannya bermain dengan puting sebelah kanan payudara Ina. Ina hanya bisa terdiam pasrah, matanya dipejamkan. Mulutnya sedikit terbuka karena dirinya mulai terangsang, puting payudaranya yang dikulum dan dipilin-pilin perlahan-lahan mulai menegang. Sesekali terdengar desahan pelan terlontar dari bibirnya yang tipis dipulas lipstik warna pink. Seolah tidak sabar, si bos memerintahkan anak buahnya untuk mendudukkan Ina di atas rumput, kemudian melepas sepatu kets berwarna putih yang diapakai Ina. Berikutnya si bos langsung membuka resleting celana jeans Ina dan segera meloloskannya dari kedua kaki mulus Ina.

Dengan cengkeraman kuat dari para anak buah penjahat itu, Ina tak kuasa melawan. Kini tubuhnya hanya tinggal ditutupi oleh celana dalamnya yang berwarna senada dengan bra yang tadi dikenakannya, hitam. Hal itupun tak bertahan lama karena berikutnya, celana dalam itu direnggut paksa oleh si bos sehingga terlihalah kemaluan Ina yang dihiasi bulu-bulu kemaluan yang lebat.

Bos penjahat yang melihat pemandangan menggiurkan tersebut tidak berkedip dibuatnya. Ia langsung melorotkan sendiri jeans berikut celana dalamnya sehingga penisnya yang sedari tadi sudah ereksi terlihat mengacung ke arah Ina yang kini dipaksa telentang dalam keadaan telanjang bulat. Ina sedikit merasa takjub dengan penis pimpinan penjahat itu yang dalam keadaan tegang kira-kira panjangnya mencapai 20 centimeter dengan diameter enam centimeter, lebih panjang dari kepunyaan Ferdi.
Tanpa ba bi bu, penjahat kekar itu kemudian mengarahkan penis tegangnya ke arah liang kemaluan Ina.

“Stop!! Tidak!! Jangaaan!!” teriak Ina sambil berupaya meronta. Sedetik kemudian, kepala penis itu sudah digesek-gesekkan di bibir luar kemaluan Ina.

“Aaaa, jangaaan, please!! Sudah!!” Ina berteriak-teriak tidak keruan karena penis besar itu mencoba menerobos kemaluannya.

Sesaat kemudian... “Aaaahh!!!” terdengar teriakan Ina, rupanya setengah dari penis itu sudah berhasil masuk ke dalam liang vagina Ina. Bos penjahat itu mulai memaju-mundurkan penisnya yang menancap separuh di vagina Ina sambil mengeluh keenakan. Perlahan tapi pasti, penis itu melesak kian dalam dan mengaduk aduk isi liang kemaluan Ina. Inapun tak kuasa menahan rasa nikmat yang menjalari sekujur tubuhnya.

“Enghh.. aa.. ahh!!” desah Ina saat bos penjahat itu terus memompa vaginanya. Jepitan bibir vagina Ina yang rapat rupanya membuat penjahat itu tidak mampu lama-lama menahan gelombang orgasmenya. Sepuluh menit kemudian bos penjahat itu mengerang keenakan, matanya dipejamkan dan Crott! Crott! Crott! Semburan demi semburan sperma keluar di dalam vagina Ina.

Bos penjahat itu tampak puas setelah menggagahi Ina. Diapun beranjak dari tempatnya dan memungut kembali pakaiannya untuk kemudian dikenakan kembali. Penderitaan Ina tidak sampai disitu saja, ketiga anak buah penjahat yang memeganginya dari tadi rupanya sudah tidak tahan untuk mengambil ‘jatah’ mereka. Mereka langsung melepas celana masing-masing dan memperlihatkan penis masing-masing yang sudah sangat tegang melihat adegan persetubuhan bos mereka tadi.

Ina yang masih mengatur nafasnya kembali disetubuhi. Kali ini, satu orang berbaring di atas rumput dan memaksa Ina untuk duduk diatas penis tegangnya sehingga Ina kini berada dalam posisi ‘woman on top’. Baru beberapa detik, orang yang kedua mendorong badan Ina ke depan dan menggesek-gesekkan penisnya di anus Ina.

“Ahh, ja.. jangan di situ bang!!!” kata Ina memohon.
“Sudah, kamu diam saja, tidak usah banyak omong!!!” bentak penjahat yang kedua.

Penjahat itu meludahi anus Ina agar penisnya dapat menerobos masuk ke dalam anus Ina. Beberapa saat kemudian, penis itu dapat menembus anus Ina.

“Aaaa!! Aduuh, ampuun bang, cukup!!” teriak Ina, airmataya kembali meleleh membasahi kedua pipinya.

Si penjahat kedua tidak menggubris hal itu dan terus memaju-mundurkan pantatnya sambil mendesah keenakan karena jepitan anus Ina yang rapat. Tidak berhenti di situ, penjahat ketiga datang dan menjejalkan penisnya ke dalam mulut mungil Ina, hal itu membuat Ina tersedak karena kerongkongannya tersentuh kepala penis.

foursome fuck

“Mm.. eghhh!!” Ina tak dapat berkata-kata. Kini ketiga lubang Ina penuh dijejali oleh tiga batang penis milik para penjahat itu. Menerima rangsangan begitu hebatnya, sekitar lima menit kemudian tubuh Ina bergetar hebat seiring datangnya gelombang orgasme.

“Mmm.. mmm.. hhh!!” hanya itu yang terlontar dari bibirnya yang sedang disumpal oleh penis. “Plok-plok-plok!!” bunyi itu terdengar ketika paha para penjahat itu beradu dengan tubuh Ina.

Sepuluh menit berlalu, Penjahat kedua yang batang penisnya menancap di anus Ina tidak tahan lagi karena sempitnya lubang anus, Crott!! Crott!! Air maninya ditumpahkan di dalam lubang anus Ina. Saat penjahat kedua menarik penisnya keluar, tampak cairan sperma meleleh keluar dari mulut anus Ina.

Tidak lama kemudian, giliran penjahat pertama yang mengerang keenakan dan penisnya memuncratkan sperma di dalam vagina Ina. Penjahat itupun kemudian menarik keluar penisnya, sekali lagi tampak lelehan sperma yang perlahan mengalir keluar dari liang vagina Ina. Penjahat ketiga yang sedang dioral Ina mendadak mencabut penisnya, ia kemudian berpindah kebelakang Ina dan memasukkan penisnya kedalam vagina Ina dalam posisi doggy style. Rupanya ia ingin merasakan nikmatnya jepitan vagina dari perempuan ini. Penis itu masuk dengan lancar karena memang vagina Ina sudah sangat basah oleh cairan kemaluannya ditambah sisa-sisa sperma tadi.

“Ahh.. enghh.. sudah.. dong!!” Ina berkata terputus-putus, namun penjahat itu tak memedulikan ucapan itu, ia terus memompa tubuh Ina dengan cepat.

Sepuluh menit dalam posisi doggy style, penjahat itu merasakan gelombang orgasme yang kian mendekat. Ina rupanya juga mendekati puncak kenikmatan, hal tersebut tampak dari desahannya yang kian cepat. Sesaat kemudian penjahat itu membenamkan penisnya dalam-dalam di vagina Ina dan, crott!! Crott!! Penisnya memuntahkan sperma. Di saat yang bersamaan, Ina juga mencapai orgasme, tubuhnya menggelinjang, kepalanya menengadah dan matanya terpejam.

“Ah.. hh.. aaaaaaahh!!” teriaknya.

Penjahat itupun tampak sangat puas dan kembali berpakaian. Si bos penjahat kembali datang sembari menghunus pisau besar. Ina ketakutan karena menduga bahwa ia akan dibunuh. Penjahat itu terus mendekat dan ‘jlebb’. Rupanya ia hanya menancapkan pisau itu ditanah tampaknya mengukir sesuatu, entah apa maksudnya.

Sesaat kemudian bersama rekan-rekannya yang lain segera meninggalkan tempat itu. Dua orang berboncengan, seorang lagi berkendara sendirian, dan yang terakhir menaiki motor Ferdi dan langsung tancap gas. Ina terkulai lemas dalam keadaan telanjang bulat. Keringat membanjiri tubuh indahnya ditambah dengan sisa-sisa sperma yang tampak mengalir keluar dari lubang anus dan vaginanya. Dengan tenaga yang tersisa, Ina berpakaian kembali dan melanjutkan usahanya membangunkan Ferdi. Beruntung, sesaat kemudian ada pengendara mobil yang lewat dan bersedia berhenti membantu mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar