Andina Agustina, gadis keturunan tanah rencong, berusia 18 tahun adalah seorang finalis Pemilihan Putri Indonesia 2004.
Gadis cantik jelita yang selalu mengenakan jilbab ini penampilannya tidaklah kalah dengan gadis-gadis lainnya. Terbukti dalam kontes itu dia terpilih sebagai juara favorit. Baju-baju muslimah yang dikenakan Andina selalu modis, dengan mengambil ukuran baju yang body fit atau ketat sehingga menonjolkan keindahan lekuk-lekuk tubuh Andinda. Dada yang menonjol, pinggulnya yang ramping serta pantatnya yang padat, menambah nilai tersendiri bagi keindahan tubuh gadis ini.
Wajahnya yang putih bersih selalu dipoles dengan kosmetik sehingga nampak semakin cantik apalagi ditambah dengan senyuman yang selalu tersungging ramah dari bibirnya yang sensual itu, Andina bukan saja seorang gadis yang cantik tetapi juga ramah.
Hari ini Andina memenuhi tawaran Frans, seorang photografer, yang kemarin menghubunginya untuk pemotretan model sebuah baju muslimah karya seseorang perancang busana ternama. Sebetulnya Andina agak malas untuk memenuhi panggilan itu karena dia masih memiliki kegiatan lainnya yang setumpuk. Namun kebetulan jadwal pemotretan yang ditawarkan itu adalah pagi hari maka setelah dipikir-pikir tidak ada salahnya untuk memenuhi panggilan sang photografer itu, toh juga itung-itung untuk menambah pengalaman dan pergaulan pikirnya.
Singkat cerita, sampailah sang putri ini di tempat pemotretan yang berada di sebuah rumah besar yang terletak di sebuah kawasan antara Jakarta dan Bogor. Areal di sekitar rumah itu agak sepi dan jauh dari keramaian, mungkin sebagai seseorang yang berjiwa seni Frans memerlukan tempat tinggal yang tenang seperti ini pikir Andina.
Setelah memarkirkan mobil sedannya Andina memasuki halaman rumah tersebut. Tak lama kemudian keluarlah sosok lelaki bertubuh tinggi besar, kepalanya plontos wajahnya khas orang chinese.
“Ah ini dia Putri Indonesia yang pertama kali berjilbab, selamat datang,” sambut lelaki itu.
Dengan senyum ramah dia kemudian memperkenalkan dirinya, “Perkenalkan saya Frans alias Aliong, kamu boleh panggil saya Frans atau Aliong…” ujar lelaki itu dengan tersenyum.
“Saya Andina,” balas Andina sambil menjulurkan tangannya untuk bersalaman.
“Oouuhh…cantik nian kamu Andina…tanganmupun mulus sekali,” ujar Frans sambil menyambut uluran tangan Andina.
Dan… CUP sebuah kecupan bibir Frans tiba-tiba mendarat di punggung tangan Andina, membuat Andina agak terkejut karena baru kali ini diperlakukan bak seorang putri dari daratan Eropa.
“Mari silahkan masuk,” Frans mempersilahkan Andina memasuki rumah sang fotographer itu.
Sesampainya di dalam, Andina tertegun melihat suasanya di dalam rumah itu. Ruangannya besar-besar namun gelap dan sepi, seperti rumah yang tidak berpenghuni.
“Pemotretannya di mana mas?” tanya Andina.
“Mari kita ke dalam…” ajak Frans mempersilahkan Andina berjalan melalui lorong-lorong gelap di dalam rumah tersebut.
“Gimana tawaran pembayarannya,” tanya Frans sambil berjalan memandu Andina.
“Masih 500.0000 rupiah pershot kan?” balas Andina.
“Iya…iya…kamu akan saya ambil 5 shot aja koq dan masih ada tip-nya, jadi jumlah yang akan kamu terima nanti akan lebih banyak dari jumlah yang kamu perhitungkan,” jawab Frans sambil tersenyum melirik Andina.
Dan tibalah mereka di sebuah ruangan di bagian belakang rumah tersebut. Ruangan tersebut nampaknya sudah di set-up untuk pemotretan. Ukurannya tidak terlalu luas hanya sebesar 10 x 10 meter dan terdapat sebuah sofa besar untuk sarana pemotretan dan sebuah bilik untuk berganti baju.
“Ini dia studio pemotretannya, silahkan masuk Andina.”
“Terimakasih mas. Tapi pemotretannya jangan lama-lama yah mas soalnya aku mau ada interview dengan majalah Femina,” ujar Andina.
“Beres…semua udah diatur,” balas Frans.
“Nah, Andina ini baju yang musti kamu kenakan untuk pemotretan ini,” ujar Frans sambil menyodorkan sebuah gaun muslimah panjang.
“Bajunya cuman ini aja mas dan saya ngga perlu di make-up lagi mas,” tanya Andina.
“Ndak perlu…wajah kamu udah cantik koq, ndak perlu make-up lagi, baju untuk pemotretan ya cuma itu aja,” ujar Frans.
“Sekarang kamu silahkan ganti baju di ruangan itu,” Frans menunjuk satu bilik kecil di dalam ruangan itu.
Beberapa menit kemudian Andina keluar dengan busana panjang muslimah berwarna merah tua dipadukan dengan jilbab merah muda. Bahannya terbuat dari sutera tipis dan ukurannya ketat menjadikan tubuh Andinapun terlihat sexy.
“Waw cantik sekali,” Frans terpesona dengan kemolekan tubuh Andina.
“Duduk di sofa itu,” perintah Frans sambil menutup pintu kamar pemotretan.
“Koq sendirian aja sih mas?” tanya Andina
Frans hanya diam saja, dia nampak sibuk menyetel kameranya.
“Ok mulai berpose.”
Dan kilatan-kilatan blits mulai memancar di dalam ruang itu, mengiringi pemotretan Frans. Andina pun berganti-ganti gaya di atas sofa itu. Tidak ada setengah jam, pemotretanpun usai.
“Selasai,” Frans mengacungkan jempolnya.
“Hihihi…engga terasa udah selesai ya mas,” ucap Andina sambil bangkit dari sofa.
“Tunggu dulu, jangan bergerak dari sofa,” ujar Frans.
Wajah Frans tiba-tiba berubah menjadi serius, digantinya kamera yang menggantung di tripod dengan sebuah handycam. Kemudian Frans bersiul beberapa kali seperti memberi tanda sesuatu.
“Lho…ada apa lagi mas? Koq masang handycam segala?” tanya Andina yang mulai kebingungan.
“Masih ada satu lagi yang ingin gue ambil dari kamu,” kata Frans.
Andinapun terkejut sambil bertanya, “Apa mas?”
“Sebuah adegan yang bakal membuat kamu lebih terkenal daripada sekedar putri-putrian,” balas Frans sambil memasukkan film di dalam hadycamnya.
Belum lagi hilang rasa bingung di dalam diri Andina tiba-tiba masuklah beberapa orang lelaki ke dalam ruangan itu.
“Ah ini dia, jagoan-jagoan kita…” ujar Frans sambil tersenyum.
“Andina, perkenalkan ini lawan main kamu di dalam adegan nanti. Yang tinggi besar berambut botak ini namanya Ayung, yang kurus dan berambut gondrong ini namanya Paulus dan yang berbadan tegap dan kekar ini namanya Martinus.”
“Siapa mereka? Mau apa mereka? Mas mau adegan apa lagi?” tanya Andina yang mulai gugup melihat suasana yang tidak menguntungkan itu.
“Andina, gue sebenarnya mau bikin blue film alias BF alias bokep dan kamu adalah pemeran utamanya,” Frans menjelaskan.
Sontak penjelasan Frans ini membuat diri Andina bagai tersambar petir, dia mulai sadar bahwa dirinya telah dijebak oleh Frans.
“Tenang…tenang kamu tetap akan kami bayar Andina, tapi setelah film ini laku…” lanjut Frans.
“Temanya tergantung dari kamu…kalo kamu rela bersedia disyuting kita bisa pilih tema perselingkuhan saja, sepeti antara bos dan karyawannya. Tetapi…kalo kamu menolak syuting ini, yaaah…terpaksa mau tidak mau thema yang aku pilih adalah PEMERKOSAAN…hahahaha...”
Wajah Andina nampak menjadi pucat pasi, hatinya menjadi ciut, aliran darahnya serasa berhenti mendengar penjelasan Frans tadi.
“Tidak…tidak…aku tidak sudi!!” teriak Andina sambil bangkit dari sofa seraya berlari menuju pintu untuk meninggalkan ruangan itu.
Namun belum lagi tangan Andina menyentuh handle pintu tiba-tiba sebuah tangan kekar dan besar milik Martinus dengan cekatan memegang tangan Andina.
“Ahh..lepaskan…lepaskan aku…kalian bajingan setan semua!” Andina menjerit-jerit sambil berontak mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman tangan Martinus.
“AHA…jelaslas sudah berarti tema film kita adalah PEMERKOSAAN!” teriak Frans sambil menghidupkan handycamnya.
“Kita langsung mulai saja pengambilan gambarnya…”
“Action, mulai!” perintah Frans sambil menghidupkan kameranya dan mengarahkan ke adegan Martinus yang tengah meringkus Andina.
“Hebat sungguh hebat,…kejadiannya sangat alami…benar-benar ini akan menjadi sebuah filem pemerkosaan yang hebat,” ujar Frans sambil terus membidikkan kamerannya ke arah pergumulan antara Martinus dan Andina.
“Lepaskan…lepaskan saya,” teriak Andina sambil meronta-ronta.
Tubuh Andina diseret ke tengah ruangan oleh Martinus serta Paulus yang kemudian datang membantu. Andina tiada henti meronta-ronta dan berteriak menyumpah-nyumpah serapah namun dua orang lelaki kekar itu dengan mudah mematahkan perlawanan Andina.
“Tenang sayangku. Kamu akan jadi terkenal,” ujar Paulus sambil menyeret Andina.
Kemudian Martinus dan Paulus meletakkan tubuh Andina ke sofa, Paulus yang mengambil posisi di belakang sofa memegangi kedua tangan Andina dengan kuat. Sementara Martinus memegangi kedua kaki Andina.
Ayung, sang lelaki botak yang sedari tadi hanya mengamati kejadian di ruangan itu dengan senyum-senyum simpul mulai melepaskan pakaiannya hingga telanjang bulat. Bentuk tubuh lelaki berusia 40-an ini jelek sekali sejelek roman mukanya. Ayung adalah seorang seks maniak sejati. Perutnya buncit badannya penuh dengan tatto, dan yang mengerikan dia memiliki sebuah penis yang berukuran besar yang sepertinya sangat terlatih didalam mengaduk-aduk lubang kemaluan wanita.
Perlahan-lahan dihampirinya tubuh Andina yang meronta-ronta ketakutan, Andina sangat menyadari akan apa-apa yang bakal terjadi terhadap dirinya.
“J…ja..ngan paakk…jjangann..perkosaa saya…” pinta Andina dengan suara yang tergetar.
Apalah arti dari permintaan itu, di hadapan para lelaki yang telah kerasukan setan itu Andina ibaratnya hanyalah seonggok daging mentah yang siap dimangsa oleh anjing-anjing budukan yang kelaparan.
Dengan santai tangan Ayung menjamah tubuh Andina, diremasnya kedua buah payudara Andina. Seketika tubuh Andina menggeliat sebagai tanda penolakan atas perlakuan lelaki kurang ajar ini.
Tangan-tangan Ayung mulai melucuti pakaian Andina, gaun panjang yang dikenakan Andina sangatlah mudah untuk dilepas bagai menguliti buah pisang saja. Sekali tarik saja gaun yang melilit di tubuh Andina itu terlucuti.
“Waaahh…indah sekali tubuhmu sayang…” bisik Ayung sambil menyeringai.
Diberinya kesempatan kepada Frans untuk membidikkan kamera handycam-nya ke seluruh tubuh Andina yang hanya dibalut bh dan celana dalam warna putih serta jilbab yang masih menutupi rambutnya.
Airmata mulai meleleh membasahi wajah ayu Andina keringat dingin mengucur deras membasahi tubuhnya yang indah itu. Ketegangan dan kengerian luar biasa menyelimuti sang juara favorit Putri Indonesia ini. Matanya terpejam erat tubuhnya bergetar di saat kembali tangan-tangan Ayung menyentuh tubuhnya.
Tangan trampil Ayung kemudian beraksi kembali dengan melepaskan bh yang dikenakan Andina. Sesaat kemudian apa yang ada di dada Aninda menjadi pusat perhatian dari para lelaki itu, mereka pun berdesah kagum atas keindahan dua gundukan buah dada Aninda itu. Ukurannya tidak besar tetapi proporsional dengan tubuh Aninda dan kencang. Dengan tangan-tangan kasarnya diraihnya kedua gundukan payudara itu oleh Ayung. Diusap-usap dan diremas-remas dengan sesekali dipilin-pilinnya kedua puting yang berwarna merah muda itu.
Karuan saja ini membuat tubuh Andina menggeliat-geliat, mulutnya sesekali menganga mengeluarkan desahan-desahan.
Puas mempermainkan payudara Andina kedua tangan Ayung merayap turun ke arah pinggung dan akhirnya dengan sekali tarikan dia melorotkan celana dalam putih Andina.
Suasana di ruangan itupun semakin erotis. Empat pasang mata kembali terbelalak tertuju ke sebuah gundukan indah di selangkangan sang putri. Sebuah kemaluan wanita yang benar-benar terawat, bersih dengan susunan rambut kemaluan yang berjajar rapih mengelilingi liang kemaluannya.
Andina terisak-isak menangis tubuhnya seolah pasrah menerima keadaan namun matanya masih terpejam erat.
“Oh sang putri cantik, beberapa hari yang lalu aku lihat engkau berdiri tegar di sebuah panggung pemilihan Putri Indonesia. Aku masih ingat kau mengucapkan bahwa kau adalah satu-satunya Putri Indonesia yang berjilbab. Aku sangat mengagumimu, tak kusangka kini kau berada di depanku. Aku siap mewujudkan impianku untuk menikmati tubuhmu,” ujar Ayung sambil mengusap-usap kemaluan Andina.
“Ja..jangann…pakkk…ammpunnn…jangann…” pinta Andina sambil menagis.
Tiba-tiba tubuh Andina mengejang…mulutnya menganga seperti mengucap huruf A, rupanya jari tengah Ayung bagai cacing tanah menyeruak masuk kedalam bibir vagina Andina.
“Aaaahhhh....” Andina menjerit ketika jari tengah Ayung itu mulai menusuk-nusuk kemaluannya, tubuhnya menggeliat-geliat bagai cacing kepanasan sementara keringatnya terus mengucur deras membasahi tubuhnya yang masih memancarkan harum wewangian bunga melati itu.
CEP…CEP…CEP…begitulah suara yang keluar dari selangkangan Andina akibat dari cairan kewanitaan Andina yang dengan derasnya mengucur keluar akibat dikobel-kobel oleh jari tengan Ayung. Mata Andina terpejam begitu pula dengan mulutnya yang tertutup rapat berusaha menahan rintihan-rintihan yang akan keluar dari mulutnya.
Berdasarkan pengalaman Ayung, inilah cara yang sering dipakai Ayung untuk menguras tenaga dari sang gadis pada saat memperkosa gadis itu. Dan setelah tenaga gadis tersebut habis terkuras maka dia dapat dengan mudahnya menyetubuhi gadis tersebut tanpa perlawanan yang berarti lagi.
Beberapa saat lamanya jari tengah Ayung mengocok-ngocok liang vagina Andina sampai akhirnya badan Andina terlihat melemah, wajahnya memerah menahan rasa ngilu di kemaluannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar