“Aaakkhhh...” mulut Andina menganga, badannya menegang keras ketika lidah Ayung masuk dan menjilati liang vaginanya.
“Ssshhh…eeehhh…aaahhh... hhhmmmhh...” Andina merintih-rintih tubuhnya menggeliat-geliat semakin keras akibat lidah Ayung yang terus menjilat-jilat liang kemaluannya dengan rakus.
Puas menikmati kemaluan Andina kini Ayung dengan lidah yang masih terjulur menyapu tubuh Andina hingga sampai di bagian dada. Kembali lidah Ayung bergerilya di dua bukit indah Andina itu, kali ini dibantu dengan kedua tangannya yang ikut meremas-remas keduaaa payudara itu. Dijilat-jilat, dihisap-hisap, digigit-gigit kedua payudara indah yang malang itu oleh mulut Ayung yang rakus hingga memerah warnanya.
Setelah itu serangan berganti sasaran lagi, kini wajah Ayung telah sejajar dengan wajah Andina yang membuang muka dari tatapan wajah Ayung.
Diraihnya kepala Andina yang masih mengenakan jilbab itu dan dipalingkannya wajah Andina hingga berhadapan dengan wajahnya.
“Hhhhhmmmm…hhmmmppp..” Andina gelagapan ketika bibir Ayung mendarat di bibirnya. Dengan rakus dikulumnya bibir Andina yang merah merekah itu.
Lama Ayung menikmati bibir Andina, dikecup-kecup bibir gadis cantik itu, dikulum-kulum dengan sesekali memainkan lidahnya di dalam rongga mulut Andina.
Andina nampak semakin gelagapan karena kehabisan nafas, betapa tidak, ada sekitar 30 menit lamanya Ayung mencumbu bibir Andina.
Terkuras sudah tenaga Andina oleh perlakuan yang diterimanya, apalagi Ayung seolah tak mau memberi ruang nafas kepada Andina. Andina menghela nafas panjang ketika Ayung memberi kecupan terakhir di bibirnya, setelah itu Ayung berdiri.
Nafas Andina mendesah-desah tak karuan antara nafas kelelahan dan nafas kengerian bercampur baur menjadi satu. Keringat di tubuhnya deras mengucur membasahi tubuh indahnya yang masih harum mewangi itu.
Tubuh telanjang Andina itu tergeletak lunglai di atas sofa. Dadanya kembang kempis meraup udara mengisi oksigen di tubuhnya yang habis terkuras sementara matanya masih terpejam erat.
Ayung kembali menganbil posisi dan merapat ke tubuh Andina. Direntangkannya kedua kaki Andina selebar bahu dan setelah itu tiba-tiba... “Aaaaakkkhhhhhhh……..” Andina melengking histeris, matanya yang terpejam seketika menjadi terbelalak ketika dirasakan olehnya sebuah benda keras berotot menusuk lobang vaginanya.
Ya, batang penis Ayung yang sedari tadi tegak gagah mengacung mulai melakukan penetrasi. Batang penis itu mulai menunjukkan kegarangannya di kemaluan Andina, dengan perlahan-lahan mulai menyusup masuk ke liang vagina Andina.
“Ooooogghhhh.. sss…ssakkitt... aaaaakkhhh…” Andina menggeliat-geliat menahan rasa sakit di selangkangannya. Sebuah mahkota kehormatan yang selama ini dijaga dan dirawat secara baik dan akan dipersembahkan kepada seseorang pria pilihannya kelak pada malam pertama setelah menikah ternyata pada saat ini tengah dikoyak oleh seseorang yang sama sekali bukan idaman atau tambatan hatinya bahkan tidak dikenalnya.
Mata Andina merem melek mengeiringi geliatan tubuhnya yang semakin keras, tapi Paulus yang sedari tadi memegangi tangan Andina masih cukup kuat untuk mengatasinya.
Ayung yang menindih tubuh Andina terus berusaha melesakkan batang kemaluannya di dalam liang vagina Andina untuk merobek selaput keperawanannya. Tangan kiri Ayung memegangi batang kemaluannya untuk membantu menekan penisnya ke dalam liang itu dan tangan kanannya menekan pinggul Andina agar di bagian itu tidak terlalu banyak bergerak.
Dan akhirnya mengucurlah darah segar dari liang kemaluan Andina, pertanda bahwa Ayung berhasil membobol keperawanan Andina.
“Aaaaaaahhhh..” Andina mengerang keras, airmatanya kembali mengucur deras dari sudut-sudut matanya. Matanya terbelalak menengadah ke arah langit-langit kamar yang menjadi saksi akan hilangnya sebuah keperawanan dari sang putri cantik itu.
Sejenak Ayung membiarkan batang kemaluannya terbenam keseluruhannya di dalam liang vagina Andina, dinikmatinya kehangatan dinding-dinging liang vagina Andina yang berdenyut-denyut itu.
“Ohh..nikmat sekali kau,” desah Ayung sambil mengatur posisinya di atas tubuh Andina kedua tangan Ayung memegangi pinggang Andina yang ramping itu.
Mulailah kemudian Ayung menggenjot tubuh Andina, dipompanya batang kemaluannya keluar masuk di dalam liang vagina Andina secara perlahan-lahan penuh dengan perasaan.
Sambil menyetubuhi Andina, dinikmatinya wajah Andina yang meringis-ringis serta tubuhnya yang bergetar, sejenak kemudian gelora nafsu Ayung pun semakin memuncak wajah Andina yang sedemikian rupa memancing birahi Ayung untuk lebih agresif. Ayung mulai mempercepat irama persetubuhannya atas Andina.
“Aaakkhh... oohhh… ooouuhh… ooohhh… ooouugghhh. ..” Andina merintih-rintih seiring dengan gerakan tubuh Ayung yang memompa kemaluannya keluar masuk diliang vaginanya. Gerakannya semakin lama semakin cepat sampai-sampai tubuh Andina terbanting-banting. Ayung pun mulai merintih-rintih mengiringi rintihan dan desahan yang keluar dari mulut Andina. Rintihan mereka berdua bersaut-sautan menggema di dalam ruang itu dan tentu saja kamera Frans tidak melewatkan adegan ini.
Beberapa menit kemudian Ayung nampaknya akan berejakulasi, tubuhnya menegang keras serta kepalanya menegadah ke atas dan... “CCRROTT... CCCRRROTT…CCRROOOTT…” cairan putih kental kemudian muntah dari batang penis Ayung mengisi liang vagina Andina hingga meluber keluar.
“Aaaahhhhhh...” Ayung melolong, tubuhnya mengejan menikmati puncak kenikmatan yang tiada tara itu. Entah Andina gadis yang keberapa yang telah berhasil dikoyak keperawanannya.
Setelah menyemburkan tetes terakhir di dalam liang vagina Andina, tubuh Ayung melemas tinggal nafasnya saja yang berderu-deru berpacu dengan nafas Andina yang terdengar bercampur dengan isak tangisnya.
Ayungpun bangkit dari tubuh Andina, dicabutnya batang penis dari lobang vagina Andina. Puas sudah Ayung melampiaskan nafsu syahwatnya di tubuh Andina.
Entah apa yang terjadi kemudian, tidak ada dalam hitungan menit Martinus tiba-tiba telah berdiri di hadapan tubuh Andina yang lunglai tergeletak di sofa tanpa sehelai pakaianpun yang melekat ditubuhnya kecuai jilbabnya yang masih melilit di kepalanya. Rupanya dia sudah mengantri sedari tadi, tubuhnya hitam legam berotot begitupun dengan batang kemaluannya yang sudah mengacung dengan gagahnya.
Tanpa memberi kesempatan buat Andina untuk beristirahat Martinus langsung menindih tubuh Andina.
Dikulumnya bibir Andina dengan ganas, sementara itu kedua tangannya mulai sibuk meremas-remas kedua payudara gadis yang malang itu.
“Hhhmmm…cup…mmmpphh…mmmmhh…cup..cup..mmmphh..” suara desahan Andina terdengar bercampur dengan bunyi kecupan-kecupan yang berdecak-decak.
“Ooookkhhh!” suara Andina melengking tubuhnya yang kembali tersentak akibat liang kemaluannya mulai dijejali kembali dengan batang kemaluan yang kali ini milik Martinus. Dalam sekejap tubuh Andina mulai digenjot, hentakan demi hentakan dari gerakan persetubuhan mengiringi desahan-desahan lembut yang keluar dari mulut Andina, “Ooohhh…ooohh…eegghh…hhooohhh…oouuhhh…”
Keringat mebanjiri kedua tubuh yang berlainan perasaan itu, di mana yang satu dengan penuh gairah yang membara terus melampiaskan birahinya kepada lawannya sementara yang satu lagi dengan perasaan putus asa dan tubuh lemah, pasrah menerima penetrasi dari sang lawan.
Beberapa menit kemudian kembali liang vagina Andina dibanjiri oleh cairan-cairan sperma yang meluap hingga membasahi kedua pahanya. Martinus meregang menggelinjang merasakan butir-butir kenikmatan menjalar di sekujur tubuhnya, tubuhnya kemudian melemah lunglai.
Tibalah kini giliran si rambut gondrong, Paulus. Lagi-lagi rintihan-rintihan Andina mulai menggema di ruangan itu, tubuhnya kembali diperkosa disetubuhi oleh lelaki yang berumur 40-an ini. Setengah jam sudah Paulus menyetubuhi Andina hingga akhirnya kembali cairan-cairan kental itu mengisi rongga kemaluan Andina.
Andina lemas, tubuhnya dibasahi oleh keringatnya bercampur dengan keringat-keringat para lelaki yang memperkosanya tadi sementara selangkangannya penuh dengan cairan-cairan kental hingga ke pahanya.
Frans sang kameramen rupanya tak mau ketinggalan, dia nampak ingin melakukan adegan penutup dari filem ini. Setelah menyerahkan kameranya kepada Martinus kemudian dia melepaskan baju yang dikenakannya hingga telanjang bulat. Tubuh lelaki yang berkulit kuning langsat itu nampak dipenuhi dengan hiasan tato.
Wajahnya menyeringai melihat tubuh Andina yang tergeletak lemah di atas sofa.
“Sekarang giliranku,” ujarnya.
Andina hanya bisa menatap Frans dengan tatapan mata yang sendu. Lelaki ini nampak dengan gagahnya berdiri di hadapan tubuh Andina. Dengan sebuah lap yang telah dibasahi, Paulus membersihkan selangkangan Andina yang tadinya penuh dengan cairan-cairan yang mengental dan kering.
“Ok kamera siap bos,” ujar Martinus sambil mengambil posisi serta mengaktifkan kameranya.
“Silahkan tancap bos,” ujar Paulus setelah membersihkan tubuh Andina.
Frans memulai aksinya. Diraihnya tubuh Andina yang lemah tergeletak di sofa.
“Ayo sayang kita main lagi. Ini akan menjadi filem yang hebat,” bisik Frans sambil membopong memindahkan tubuh Andina ke lantai.
Diterlungkupkan tubuh Andina, setelah itu diangkatnya pinggang gadis itu hingga posisinya seperti orang yang sedang bersujud. Frans mengambil posisi di belakang tubuh Andina.
Nafas Andina terdengar tersengal-sengal tubuhnya bergetar di saat tangan Frans mengelus-elus punggung Andina yang halus dan lembut itu.
“Kulitmu halus sekali dan putih bersih, kau cantik Andina, pasti kau tak mau kalau kupersunting menjadi istriku. Makanya kita lakukan saja ini seperti suami istri ya…” rayu Frans.
Kedua tangan Frans kemudian memegang pinggang Andina.
“Aaaaaakkkkhhh……..ooouuuuuhhhh...” sekonyong-konyong Andina melolong keras. Tubuhnya yang tadi lemas bersujud seketika langsung menegang keras, kepalanya mendongak ke atas disertai dengan matanya yang terbelalak. Rupanya Frans mulai melesakkan batang kemaluannya ke dalam anus Andina.
Frans menyodomi Andina.
BLESSSS…dalam waktu yang relatif singkat penis Frans tertanam seluruhnya di dalam anus Andina. Setelah itu Frans mulai dengan gerakan menyodok-nyodok kemaluannya di dalam anus Andina.
“Oogghh... oohh…aagghhh...” Andina menjerit-jerit kesakitan dengan tubuh menggelepar-gelepar dan mulut yang menganga sementara Frans dengan sekuat tenaga terus menyodomi Andina.
“Wah rapet sekali bo’ol kamu Andina, rasanya enaaakkk…” ujar Frans sambil terus menyodomi Andina.
Tubuh Andina semakin lunglai lemas, keringat dingin mengucur deras kembali membasahi tubuhnya.
Setelah puas menyodomi Andina. Frans mencabut penisnya dan setelah itu langsung membalikkan tubuh Andina hingga terlentang.
Frans mengarahkan penisnya ke wajah Andina dan setelah itu penis Frans yang besar dan perkasa itu di sumpalkan di dalam mulut Andina.
“Hhmmmppp...” Andina kembali tersentak di saat Frans berusaha melesakkan penisnya di dalam rongga mulut Andina. Namun apa dayanya tubuhnya telah lemas setelah sekian kali digenjot rame-rame. Andina hanya pasrah di saat kemaluan Frans masuk ke dalam mulutnya.
Kedua tangan Frans memegang erat kepala Andina yang masih berjilbab itu, kemudian digerakkannya kepala Andina naik turun untuk mengurut-urut batang penisnya di dalam rongga mulut Andina.
“Waww...lembut sekali mulutmu, hangat sekali rasanya...aahhh…nikmaattt…” desah Frans yang sangat menikmati perkosaan itu.
Namun tidak demikian dengan Andina, dengan nafasnya yang tersengal-sengal dia terpaksa mengulum batang kemaluan Frans. Mulutnya terlihat penuh dijejali kemaluan Frans sampai-sampai kedua pipinya menggelembung akibat batang penis Frans yang besar itu menjejali mulutnya.
“Ooookkhh…haaahhhhkkhh…” Frans mengejang keras, wajahnya menyeringai menengadah kelangit-langit ruangan itu, tubuhnya bergetar ketika dia berejakulasi memuntahkan cairan-cairan sperma di dalam rongga mulut Andina.
“Hhmmmppphh…mmmhhh…” Andina berusaha melepaskan diri namun sia-sia kedua tangan Frans dengan kuatnya memegang kepala Andina. CRRROOTT…CCRROOT…batang penis Frans terus memuntahkan sperma di dalam mulut Andina mengalir deras membasahi tenggorokannya hingga meluber keluar disela-sela bibir Andina yang masih disumpal oleh batang kemaluan Frans.
“Aaahhh…nikmat sekali…” Frans mendesah lega.
Dicabutnya batang penisnya dari mulut Andina, seketika itu Andina terbatuk-batuk dan seperti akan muntah. Mulutnya penuh dengan cairan kental sperma bercampur dengan air liurnya sendiri sesekali cairan itu mengalir keluar dari sela-sela bibirnya membasahi pipinya.
Belum puas seratus persen, Frans kembali mengambil posisi di atas tubuh Andina dia akan menyetubuhi gadis itu. Ditekuknya kedua kaki Andina hingga bagian paha menyentuh dada.
“Uuugghh...” Andina mendesah pelan, mulutnya meringis ketika vaginanya kembali diterobos batang kemaluan lelaki. Frans mulai menyetubuhi Andina.
Mulut Andina hanya mengeluarkan desahan-desahan lemah, tubuhnya lungalai dan lemas bak seonggok daging tak bertulang ketika dia harus terbanting-banting dan tersodok-sodok akibat perkosaan yang dilakukan oleh Frans. Dengan tenaga yang masih perkasa Frans terus menyetubuhi Andina hingga akhirnya berejakulasi untuk yang kedua kalinya. Tubuh Frans menggelinjang nikmat menghantar semburan-semburan sperma yang kembali memenuhi liang vagina Andina.
Kemudian kedua tubuh itupun jatuh lemas tak berdaya, deru nafas mereka berpacu membahana mengakhiri adegan pembuatan filem porno itu. Andinapun kemudian tak sadarkan diri.
Rasa puas di dalam diri Frans tak bisa dilukiskan, filem yang bertemakan pemerkosaan ini pastilah akan laris manis karena bintangnya adalah seorang Juara Harapan Putri Indonesia. Segera kawanan crew pembuatan filem itu membereskan peralatan mereka dan merapikan diri.
Waktu menunjukkan pukul 12 siang, merekapun meninggalkan ruangan itu dan pergi meninggalkan tubuh Andina yang masih tergeletak tak beradaya. Rumah itupun kembali sunyi sepi.
Beberapa menit kemudian Ayung nampaknya akan berejakulasi, tubuhnya menegang keras serta kepalanya menegadah ke atas dan... “CCRROTT... CCCRRROTT…CCRROOOTT…” cairan putih kental kemudian muntah dari batang penis Ayung mengisi liang vagina Andina hingga meluber keluar.
“Aaaahhhhhh...” Ayung melolong, tubuhnya mengejan menikmati puncak kenikmatan yang tiada tara itu. Entah Andina gadis yang keberapa yang telah berhasil dikoyak keperawanannya.
Setelah menyemburkan tetes terakhir di dalam liang vagina Andina, tubuh Ayung melemas tinggal nafasnya saja yang berderu-deru berpacu dengan nafas Andina yang terdengar bercampur dengan isak tangisnya.
Ayungpun bangkit dari tubuh Andina, dicabutnya batang penis dari lobang vagina Andina. Puas sudah Ayung melampiaskan nafsu syahwatnya di tubuh Andina.
Entah apa yang terjadi kemudian, tidak ada dalam hitungan menit Martinus tiba-tiba telah berdiri di hadapan tubuh Andina yang lunglai tergeletak di sofa tanpa sehelai pakaianpun yang melekat ditubuhnya kecuai jilbabnya yang masih melilit di kepalanya. Rupanya dia sudah mengantri sedari tadi, tubuhnya hitam legam berotot begitupun dengan batang kemaluannya yang sudah mengacung dengan gagahnya.
Tanpa memberi kesempatan buat Andina untuk beristirahat Martinus langsung menindih tubuh Andina.
Dikulumnya bibir Andina dengan ganas, sementara itu kedua tangannya mulai sibuk meremas-remas kedua payudara gadis yang malang itu.
“Hhhmmm…cup…mmmpphh…mmmmhh…cup..cup..mmmphh..” suara desahan Andina terdengar bercampur dengan bunyi kecupan-kecupan yang berdecak-decak.
“Ooookkhhh!” suara Andina melengking tubuhnya yang kembali tersentak akibat liang kemaluannya mulai dijejali kembali dengan batang kemaluan yang kali ini milik Martinus. Dalam sekejap tubuh Andina mulai digenjot, hentakan demi hentakan dari gerakan persetubuhan mengiringi desahan-desahan lembut yang keluar dari mulut Andina, “Ooohhh…ooohh…eegghh…hhooohhh…oouuhhh…”
Keringat mebanjiri kedua tubuh yang berlainan perasaan itu, di mana yang satu dengan penuh gairah yang membara terus melampiaskan birahinya kepada lawannya sementara yang satu lagi dengan perasaan putus asa dan tubuh lemah, pasrah menerima penetrasi dari sang lawan.
Beberapa menit kemudian kembali liang vagina Andina dibanjiri oleh cairan-cairan sperma yang meluap hingga membasahi kedua pahanya. Martinus meregang menggelinjang merasakan butir-butir kenikmatan menjalar di sekujur tubuhnya, tubuhnya kemudian melemah lunglai.
Tibalah kini giliran si rambut gondrong, Paulus. Lagi-lagi rintihan-rintihan Andina mulai menggema di ruangan itu, tubuhnya kembali diperkosa disetubuhi oleh lelaki yang berumur 40-an ini. Setengah jam sudah Paulus menyetubuhi Andina hingga akhirnya kembali cairan-cairan kental itu mengisi rongga kemaluan Andina.
Andina lemas, tubuhnya dibasahi oleh keringatnya bercampur dengan keringat-keringat para lelaki yang memperkosanya tadi sementara selangkangannya penuh dengan cairan-cairan kental hingga ke pahanya.
Frans sang kameramen rupanya tak mau ketinggalan, dia nampak ingin melakukan adegan penutup dari filem ini. Setelah menyerahkan kameranya kepada Martinus kemudian dia melepaskan baju yang dikenakannya hingga telanjang bulat. Tubuh lelaki yang berkulit kuning langsat itu nampak dipenuhi dengan hiasan tato.
Wajahnya menyeringai melihat tubuh Andina yang tergeletak lemah di atas sofa.
“Sekarang giliranku,” ujarnya.
Andina hanya bisa menatap Frans dengan tatapan mata yang sendu. Lelaki ini nampak dengan gagahnya berdiri di hadapan tubuh Andina. Dengan sebuah lap yang telah dibasahi, Paulus membersihkan selangkangan Andina yang tadinya penuh dengan cairan-cairan yang mengental dan kering.
“Ok kamera siap bos,” ujar Martinus sambil mengambil posisi serta mengaktifkan kameranya.
“Silahkan tancap bos,” ujar Paulus setelah membersihkan tubuh Andina.
Frans memulai aksinya. Diraihnya tubuh Andina yang lemah tergeletak di sofa.
“Ayo sayang kita main lagi. Ini akan menjadi filem yang hebat,” bisik Frans sambil membopong memindahkan tubuh Andina ke lantai.
Diterlungkupkan tubuh Andina, setelah itu diangkatnya pinggang gadis itu hingga posisinya seperti orang yang sedang bersujud. Frans mengambil posisi di belakang tubuh Andina.
Nafas Andina terdengar tersengal-sengal tubuhnya bergetar di saat tangan Frans mengelus-elus punggung Andina yang halus dan lembut itu.
“Kulitmu halus sekali dan putih bersih, kau cantik Andina, pasti kau tak mau kalau kupersunting menjadi istriku. Makanya kita lakukan saja ini seperti suami istri ya…” rayu Frans.
Kedua tangan Frans kemudian memegang pinggang Andina.
“Aaaaaakkkkhhh……..ooouuuuuhhhh...” sekonyong-konyong Andina melolong keras. Tubuhnya yang tadi lemas bersujud seketika langsung menegang keras, kepalanya mendongak ke atas disertai dengan matanya yang terbelalak. Rupanya Frans mulai melesakkan batang kemaluannya ke dalam anus Andina.
Frans menyodomi Andina.
BLESSSS…dalam waktu yang relatif singkat penis Frans tertanam seluruhnya di dalam anus Andina. Setelah itu Frans mulai dengan gerakan menyodok-nyodok kemaluannya di dalam anus Andina.
“Oogghh... oohh…aagghhh...” Andina menjerit-jerit kesakitan dengan tubuh menggelepar-gelepar dan mulut yang menganga sementara Frans dengan sekuat tenaga terus menyodomi Andina.
“Wah rapet sekali bo’ol kamu Andina, rasanya enaaakkk…” ujar Frans sambil terus menyodomi Andina.
Tubuh Andina semakin lunglai lemas, keringat dingin mengucur deras kembali membasahi tubuhnya.
Setelah puas menyodomi Andina. Frans mencabut penisnya dan setelah itu langsung membalikkan tubuh Andina hingga terlentang.
Frans mengarahkan penisnya ke wajah Andina dan setelah itu penis Frans yang besar dan perkasa itu di sumpalkan di dalam mulut Andina.
“Hhmmmppp...” Andina kembali tersentak di saat Frans berusaha melesakkan penisnya di dalam rongga mulut Andina. Namun apa dayanya tubuhnya telah lemas setelah sekian kali digenjot rame-rame. Andina hanya pasrah di saat kemaluan Frans masuk ke dalam mulutnya.
Kedua tangan Frans memegang erat kepala Andina yang masih berjilbab itu, kemudian digerakkannya kepala Andina naik turun untuk mengurut-urut batang penisnya di dalam rongga mulut Andina.
“Waww...lembut sekali mulutmu, hangat sekali rasanya...aahhh…nikmaattt…” desah Frans yang sangat menikmati perkosaan itu.
Namun tidak demikian dengan Andina, dengan nafasnya yang tersengal-sengal dia terpaksa mengulum batang kemaluan Frans. Mulutnya terlihat penuh dijejali kemaluan Frans sampai-sampai kedua pipinya menggelembung akibat batang penis Frans yang besar itu menjejali mulutnya.
“Ooookkhh…haaahhhhkkhh…” Frans mengejang keras, wajahnya menyeringai menengadah kelangit-langit ruangan itu, tubuhnya bergetar ketika dia berejakulasi memuntahkan cairan-cairan sperma di dalam rongga mulut Andina.
“Hhmmmppphh…mmmhhh…” Andina berusaha melepaskan diri namun sia-sia kedua tangan Frans dengan kuatnya memegang kepala Andina. CRRROOTT…CCRROOT…batang penis Frans terus memuntahkan sperma di dalam mulut Andina mengalir deras membasahi tenggorokannya hingga meluber keluar disela-sela bibir Andina yang masih disumpal oleh batang kemaluan Frans.
“Aaahhh…nikmat sekali…” Frans mendesah lega.
Dicabutnya batang penisnya dari mulut Andina, seketika itu Andina terbatuk-batuk dan seperti akan muntah. Mulutnya penuh dengan cairan kental sperma bercampur dengan air liurnya sendiri sesekali cairan itu mengalir keluar dari sela-sela bibirnya membasahi pipinya.
Belum puas seratus persen, Frans kembali mengambil posisi di atas tubuh Andina dia akan menyetubuhi gadis itu. Ditekuknya kedua kaki Andina hingga bagian paha menyentuh dada.
“Uuugghh...” Andina mendesah pelan, mulutnya meringis ketika vaginanya kembali diterobos batang kemaluan lelaki. Frans mulai menyetubuhi Andina.
Mulut Andina hanya mengeluarkan desahan-desahan lemah, tubuhnya lungalai dan lemas bak seonggok daging tak bertulang ketika dia harus terbanting-banting dan tersodok-sodok akibat perkosaan yang dilakukan oleh Frans. Dengan tenaga yang masih perkasa Frans terus menyetubuhi Andina hingga akhirnya berejakulasi untuk yang kedua kalinya. Tubuh Frans menggelinjang nikmat menghantar semburan-semburan sperma yang kembali memenuhi liang vagina Andina.
Kemudian kedua tubuh itupun jatuh lemas tak berdaya, deru nafas mereka berpacu membahana mengakhiri adegan pembuatan filem porno itu. Andinapun kemudian tak sadarkan diri.
Rasa puas di dalam diri Frans tak bisa dilukiskan, filem yang bertemakan pemerkosaan ini pastilah akan laris manis karena bintangnya adalah seorang Juara Harapan Putri Indonesia. Segera kawanan crew pembuatan filem itu membereskan peralatan mereka dan merapikan diri.
Waktu menunjukkan pukul 12 siang, merekapun meninggalkan ruangan itu dan pergi meninggalkan tubuh Andina yang masih tergeletak tak beradaya. Rumah itupun kembali sunyi sepi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar