Disetubuhi di Hari Pertama Kerja

Manda namaku, di usiaku yang 31 ini aku sudah lama tidak keluar dan bekerja di dunia selain di rumah tangga. Beberapa tahun aku hanya mengurus anak di rumah, sehingga terkucilkan dari dunia luar. Kini anakku sudah cukup besar, sehingga bisa kutitipkan ke orang tuaku.

Hari ini penampilanku harus jauh lebih baik dari biasanya. Kukenakan sepatu hak tinggi yang lama di lemari. Rambutku kuikat ke atas dgn rapi. Kukenakan tank top putih, kusemprotkan sedikit minyak wangi kesukaanku, lalu kudobel dgn blazer. Kugunakan lipstik berwarna pink muda secukupnya, hanya untuk membuat bibirku tamPak basah.

“Hmmmm … masih lumayan juga,” sambil memegang perutku yang masih rata lalu tanganku menulusuri ke pinggangku.

Kemudian aku berputar melihat pantatku di balut ketat oleh CD G-string warna merah muda. Sengaja kukenakan G-string agar garis CD tidak namPak di rokku.

Lalu aku mencoba menggunakan stocking supaya tamPak profesional sebelum akhirnya kupakai rok ukuran sepaha warna hitam. “Hari pertama diterima kerja di perusahaan besar, aku tidak boleh gagal!” Maka berangkatlah aku naik taxi ke pusat kota.

Suamiku hanyalah karyawan kecil dengan gaji kecil, selama ini ekonomi keluarga cukup sulit. Aku punya ambisi untuk mencari uang sendiri, perdebatan panjang dengan suami mengenai bagaimana istri bekerja dengan penghasilan lebih besar sudah terjadi berkali-kali, sampai akhirnya aku diijinkan bekerja.

“Permisi mbak, saya staf marketing baru, hari ini saya akan di training.. dengan pak… siapa ya..saya lupa”

“Namanya siapa?” tanya front desk officer dengan ketus.

“Nama saya Manda,”

“Oooo Manda… tadi sudah ditunggu sama trainernya setengah jam lalu, tapi karena lama nggak muncul ditinggal keluar dulu, hari pertama ya?”

“Iya betul mbak.”

“Hari pertama koq udah telat sih..”

“Iya tadi jalanan macet mbak..”

“Yaah…selamat deeeh..”

“Gimana mbak..maksudnya gimana?”

“Yaa… gini… dulu pernah juga ada yang telat di hari pertama masa percobaan, langsung dihentikan.”

Deg! Jantungku serasa berhenti sejenak.

“Aduuh masak gitu sih mbak,”

“Ditunggu aja nanti trainernya kembali ya, dia yang menentukan, bukan saya.”

Sembari duduk menunggu hampir 2 jam lamanya. Aku terus memutar otak akan apa yang terjadi, membayangkan seribu skenario yang mungkin akan terjadi. Tapi satu hal yang paling aku takuti yaitu kalau dia dipecat. Akhirnya muncul seorang baPak di depan kantor, penampilannya cukup macho dengan celana panjang dan T-shirt hitam membuat lengannya dan lekuk otot lengannya keliatan. Dan staf front desk itu menyapanya

“Siang pak, ini tadi staf baru yang baPak tunggu setengah jam.”

“sial bener ini staf front desk, pakai bilang tunggu segala.”

Segera aku berdiri dan bersalaman.

“Siang,” jawab baPak itu singkat. “Mari ikut saya.”

Segera kuambil tasku dan berjalan mengikutinya melalui staf-staf lain turun lift kemudian melewati lorong-lorong sepi sampai di sebuah ruangan cukup besar. Di tengahnya ada meja panjang dikelilingi kursi, dan di sekeliling ruangan banyak alat kesehatan yang dipajang berputar mengelilingi ruangan. 

“Duduk” perintah baPak itu. Segera aku duduk. Dia menatapku dan aku terdiam memandang balik tatapan tajamnya.

“Kamu tidak minta maaf?! Kamu membuat saya membuang waktu, waktu itu sangat berharga, apakah kamu menghargai waktu?”

“Eehh..iya..pak..saya minta maaf..tadi saya terlambat karena jalannya macet ada demo.”

“Tidak perlu menyebutkan alasan! Minta maaf secara tulus tidak perlu alasan.”

“Eehh..iya Pak maaf..” kataku dengan suara mulai gemetar.

“Kamu ingin kerja di sini kan? Seberapa jauh kamu ingin mempertahankan pekerjaanmu di sini? Kamu tau, saya sempat berpikir kamu punya potensi, bahkan bisa saya promosikan jadi supervisor dengan gaji 2x lipat sekarang, tapi kalau gini… ”

“Saya sangat ingin kerja di sini pak, sungguh mati saya niat kerja pak, tolong kasih saya kesempatan pak, saya tidak bisa pulang kalau saya gagal pak.. saya sungguh akan malu,” mataku berkaca-kaca.

“Oke, saya kasih kamu kesempatan, tapi jangan sia-siakan kesempatan ini, kamu tau nama saya siapa? Jabatan saya apa?” sambil tetap berdiri memandang tajam. 

“Ehh.. Pak Eko..”

“NGAWUURR! nama saya Pak HERMAN LUKITO, jabatan saya direktur Marketing, masak kamu lupa nama atasan kamu, kan dulu sudah dikenalkan HRD, wah repot.. nama customer bisa bisa kamu lupakan nanti,”

“Tidak pak…saya akan ingat ingat baik-baik” Pak Herman hanya memandang terdiam.

“Saya tidak bisa memberi kamu kesempatan lagi, sebaiknya kamu keluar aja.”

“Paak.. tolong pak…jangan pak…saya harus bekerja di sini pak. Saya yakin saya pasti bisa asal dikasih kesempatan,”

“Kesempatan sudah saya berikan,” kata Pak Herman.

“Tolong Pak saya bersedia melakukan apapun asal jangan dikeluarkan pak,”

“Kamu yakin? Karena bekerja di sini memang membutuhkan tuntutan yang tinggi, di imbangi dengan gaji yang tinggi.”

“Iya pak, saya mohon pak, disuruh apa aja saya siap.”

“Oke kalau gitu, coba kamu jelaskan dan peragakan cara penggunaan semua produk di sini.”

Segera aku berdiri dan mendekati alat peraga yang ada nomor 1, sebuah baju operasi. Pak Herman memandang tubuh Manda dari ujung kaki sampai kepala… ‘Hmmm seksi…’ pikirnya.

“Ini adalah baju operasi yang digunakan ketika pasien akan dioperasi.”

“Dan ini adalah alat radiologi sejenis rontgen,” lanjutku.

“Sebentar… Manda, kamu lepas blazermu, saya alergi bahan kain seperti blazermu itu bikin hidung saya gatel.”

“Oh..maaf pak,” segera aku melepaskan blazerku dan kusimpan dalam tas.

Hanya menggunakan tanktop dan rok sepaha membuat Manda tamPak makin seksi.. kulitnya yang putih makin terlihat, bahu dan lengannya tamPak menggiurkan, dalam hati Pak Herman mengagumi ibu 1 anak ini.

“Ya lanjutkan!”

“Baik… ini adalah tiang untuk menggantungkan alat infus.. ujung atas ini untuk mengkaitkan botol infusnya.” Sambil menunjuk ke atas, tamPak lekuk badan memang seksi, ketiaknya putih bersih, dan dadanya membusung ketika Manda menggapai ke atas.

“Sedangkan ini, adalah kursi untuk wanita melahirkan, posisi kaki diletakan di atas sini dan wanita yang akan melahirkan…”

“Kalau ini, ini adalah temperatur untuk mengukur suhu badan, paling akurat bila digunakan di rectal atau di anus.”

“Ini untuk memeriksa pap smear..atau memeriksa liang meqi.”

“STOP !! Saya minta kamu memeragakannya, tidak hanya menunjuk-nunjuk dan ngecipris, kamu harus tunjukkan cara penggunaannya agar customer jelas saat kamu presentasi.

“Sekarang ulangi dari awal,” perintah Pak Herman.

Darahnya berdesir melihat body Manda yang mulus dan seksi… pahanya.. dadanya.. lekuk lengannya.. lehernya… ketiaknya… semua menggiurkan.

“Kamu coba peragakan baju operasi itu.”

“Begini pak?” sambil memasukkan satu tangannya ke lubang baju hijau itu.

“MANA BISA KAYAK GITU!” Pak Herman segera berdiri dan menghampiri. Tangannya memegang bahu Manda, meraba kulitnya yang mulus dan empuk.

”LIHAT INI..BAGIAN DALAM BAJU INI DIRANCANG KHUSUS! Untuk langsung menempel kulit sehingga tidak akan jatuh atau tertiup walaupun tanpa diikat, jadi kamu harus lepas bajumu. Itu ada tempat ganti,” Pak Herman menunjuk pojok ruang yang di tutupi selambu.

Aku berjalan ke sana sambil berpikir… ‘Aku harus berhasil, aku harus berhasil.’ Tanpa pikir panjang di balik kelambu itu kulepas tanktopku.. kemudian aku berpikir lagi ‘Apa BH ku juga harus aku lepas?…kalau harus menempel kulit berarti harus dilepas, karena bagian punggungnya terbuka. Maka kulepas saja BH itu. 

Sementara di luar selambu, Pak Herman sedang melihat pemandangan luar biasa. Lampu terang dibalik selambu itu malah membuat isi dalam selambu terlihat cukup jelas dari luar.. dari dalam malah tidak bisa melihat keluar. ‘Wow…susunya terlihat remang-remang di balik selambu…mmmm putingnya samar samar keliatan … susunya kenceng juga keliatannya,’ guman Pak Herman.

Manda keluar dari balik selambu menggunakan baju operasi hijau menempel bagian atas tubuhnya… unsur dingin seperti air pada baju yang menempel kulitnya membuat putingnya menegak.. dan karena baju itu ternyata menempel erat bagian depan tubuhnya, bentuk dan lekuk tubuhnya keliatan sangat jelas. Seperti di cetak atau seperti mengenakan baju tipis yang basah…

“Coba kamu jelaskan, apa kelebihannya dan tunjukkan!”

Manda sudah belajar banyak soal produk produk ini, walaupun belum hafal seluruhnya tapi dia ingat mengenai kelebihan baju ini..

“Ini pak, tidak perlu lama-lama mengikat bagian belakangnya… seperti bisa dilihat bagian belakangnya terbuka tanpa tali.. sehingga proses operasi bisa langsung dilakukan.” 

Punggung Manda bisa dilihat jelas oleh Herman, dia juga bisa melihat bekas tali beha yang membekas di punggung Manda.

Lekuk punggungnya mengalir ke bawah dan hilang dibalik rok hitam Manda.

“Semua ditopang di bagian depan di mana ada gel yang mudah menempel kulit tanpa membuat kulit iritasi,” lanjut Manda.

Pak Herman tersenyum tipis melihat lekuk toket Manda, ia bahkan bisa melihat lekuk puting Manda. 

“Sekarang coba kamu peragakan kursi untuk melahirkan itu!”

“Ehh.. baik pak, saya ganti dulu ya pak?”

“Tidak perlu, jangan buang waktu.”

“Ya pak,” sembari berusaha naik ke kursi melahirkan yang agak tinggi itu, posisi kursinya miring, sehingga begitu duduk langsung Manda terjatuh tersandar di kursi dan kakinya menggantung.

Tapi bukan di situ posisi kaki yang seharusnya. Dia masih harus menaikkan lagi lebih tinggi. Dengan posisi paha menjepit Manda meletakan kakinya lebih tinggi di tempat kaki yang ada di tengah. Manda berusaha menutupi isi roknya dengan cara menekan roknya.

Pak Herman berdiri dan mendekat begitu kaki Manda sudah naik ke posisinya.

“Kamu lupa menjelaskan bahwa tangan ibu hamil dapat berpegangan di atas sini, sehingga mempermudah proses melahirkan!” sambil mengarahkan kedua tangan Manda ke atas di atas kepalanya di mana di sana ada pegangan.

Mata Pak Herman melirik lekuk ketiak Manda yang tampak seksi. Posisinya tampak pasrah tak berdaya. 

“Dan ini harusnya tombol ini ditekan!” lanjut Pak Herman.

Tombol itu mengerakkan posisi kaki yang tadinya keduanya di tengah, sekarang melebar.

“Eh..” aku kelabakan ketika tiba-tiba kedua kakiku ditarik melebar, dan tampaknya Pak Herman tidak berhenti menekan tombol itu, sampai kedua kakiku terbuka mekangkang.

Rokku yang berusaha kutahan otomatis terdorong naik oleh pahaku sendiri ke arah pinggang, dan bagian bawah rok-ku terdorong sampai ke pantatku. Celana dalam G-stringku pasti keliatan jelas bila Pak Herman berputar ke arah sini.

Dan benar… Pak Herman berjalan santai memutari kursi dan berhenti pas di depan selakanganku yang terekspose.

“Hmmm…” sambil memandangi dengan leluasa paha mulus Manda… melihat pori-porinya yang merinding… dan selangkangan Manda, gundukan kecil di tengah yang hanya tertutup kain pas hanya menutup bibir bawah Manda.

Dalam hati Pak Herman mengguman ‘ WOW… seksi sekali… dan apa itu.. ada basah-basah di selangkangannya.. dan kayaknya ada spot basah di celana dalamnya, apa dia juga terangsang?’

Pak Herman melirik ke arah Manda yang sedang menutup matanya.. mungkin ia malu. Segera Pak Herman mengeluarkan HP kameranya dan memotret selangkangan Manda lengkap dengan wajah Manda yang sedang menutup wajahnya.

Tanpa menurunkan Manda dari posisinya Pak Herman melanjutkan dengan memberikan termometer anus.

“Sekarang coba peragakan cara penggunaanya, ingat saya mau kamu peragakan!”

Manda membuka matanya dan melihat termometer di tangannya.. ‘aduuh ini kan Rectal termometer’ pikirnya dalam hati. ‘Apa baiknya aku pura-pura salah aja ya? Tapi nanti bisa-bisa aku dipecat, kalau aku dipecat bagaimana pembayaran cicilan rumah, mobil, bisa-bisa disita semua, dasar.. semua ini gara-gara suami tak berguna!’

“Begini pak,” sambil berusaha mengarahkan termometer itu ke ketiaknya dan dijepitnya.

“BUKAAN! Mana bisa itu dijepitkan di sana! Jelas itu salah.. Kamu mau keluar dari pekerjaan ini? Atau kamu mau belajar cara yang benar ?? kalau kamu mau saya akan mengajari cara yang benar.” 

Pak Herman ingin memastikan apakah dia bisa melanjutkan permainan ini atau tidak.

Manda mengangguk dan memandang Pak Herman menjawab dengan suara pelan “Saya mau belajar pak, saya siap.”

“Ini adalah rectal thermometer, kamu lihat ujungnya yang lebih gemuk dari biasanya dan lihat ujungnya yang tercover dengan stainless steel tampak lebih panjang.. saya akan tunjukkan cara pakainya.” 

Pak Herman memegang kedua paha Manda dan mendorongnya mengkangkang lebih lebar.

Pak Herman melirik Manda ingin melihat responnya. Nampaknya Manda sudah pasrah… ia hanya memejamkan mata dan nafasnya tampak lebih cepat, bibirnya dikulum ke dalam.

“Saya harus mendorong celana dalam ini ke samping..ehm..” diselipkannya jari telunjuk dan jari tengahnya ke dalam karet celana dalam g-string Manda, dan kemudian ditariknya ke samping. 

‘WOW!!’ dalam hati Pak Herman terkagum melihat pemandangan luar biasa dimana tampak rambut-rambut kemaluan Manda di tengahnya nampak dua gundukan bibir meqi Manda yang mengapit sebuah butir itil, di tengahnya keliatan lubang kenikmatan itu, tampak basah, bahkan ada cairan bening mengalir ke bawah melalui tengah-tengah cepitan pantat putih Manda, cairan itu berhenti pas di anus Manda yang berwarna krem muda.

Manda nampak terengah-engah, sensasi dalam kondisi tak berdaya di bawah otoritas Pak Herman yang berkarisma membuat dia terangsang. Jari Pak Herman entah sengaja atau tidak, sembari menarik celana dalamnya juga menyentuh bibir luar meqi Manda. Mata Manda sayu menatap Pak Herman yang sedang membasahi ujung thermometer dengan ludahnya.

Kemudian Pak Herman menunduk sedikit, mengarahkan thermometer itu ke anus Manda dan ketika ujung thermometer yang dingin itu menyentuh kulit anus Manda, Manda sedikit melompat dan kakinya menegang.

“Manda, ini satu pelajaran yang penting kamu harus dengar, bila pasien sedang tegang maka termometer akan sulit masuk, jadi sebaiknya di relakskan dulu, begini caranya.” 

Pak Herman mengambil kursi dan duduk pas di depan selangkangan Manda kemudian jari telunjuk Pak Herman yang sudah basah dengan ludahnya sendiri di gosok-gosokan memutar mengelilingi anus Manda yang menegang dan menjepit erat.

Gerakan jari-jari nakal Pak Herman ternyata membuat Manda merasakan sensasi nikmat yang berbeda.. mulutnya sedikit terbuka, dan nafasnya tersengal sengal. Telunjuknya terus berputar sambil menekan-nekan anus Manda. Kenikmatan yang dibuatnya membuat Manda semakin relax dan menerima jari itu, anusnya semakin renggang dan jarinya semakin bisa menekan lebih jauh. Setelah 2 putaran ‘bleeess’ jari itu masuk. Dan Manda melenguh “Uhhhmm”, tubuhnya mengeliat, dadanya membusung sebentar.

Melihat itu Pak Herman tidak menyia-nyiakan kesempatan, langsung saja dia mendekatkan wajahnya ke meqi Manda yang sudah basah itu, dan mencium aromanya yang wangi sebelum kemudian menjilat itilnya. 

“Uuuuummmmhhh” Manda semakin mengeliat, dia berusaha melihat ke bawah dan melihat kepala Pak Herman sudah berada di antara kedua kakinya, sekarang dia tahu itu lidah Pak Herman.

“Jangan.. Pak Herman…” suaranya lirih hampir tak terdengar.. dirinya juga ragu. Pak Herman meneruskan memainkan lidahnya di itil Manda. Manda kelonjotan nikmat dari lidah Pak Herman membuatnya lupa diri. 

Sementara menjilati, jari telunjuk Pak Herman masih terbenam dan dijepit oleh anus Manda. Jari itu bergerak maju mundur. Jilatan Pak Herman semakin intens dan terkadang dihisapnya itil Manda.

“Aahhh…ohhh my… sshhh ahhhh… Uuhhhmmmmmmhhh mmmhhhh” Manda terus mendesah dan melenguh tak tertahankan.

Sampai akhirnya orgasme itu meledak di dalam tubuh Manda.

“Ummmmhhhhhhhh haaaaahhhhhhh ahhhhh achhhhh…” tubuhnya kelonjotan meliuk-liuk. Tapi Pak Herman tak berhenti dan itu membuat Manda semakin menyentak-nyentak kenakan…sampai akhirnya rasa nikmat itu terganti dengan rasa geli yang luar biasa…

“Stooppp dulu Pak …jangaaan…geli….” sambil tangan berusaha mendorong kepala Pak Herman.

Pak Herman segera berdiri dan berjalan ke samping Manda bersandar, segera ia buka celana panjangnya dan menarik keluar penisnya yang sudah tegang dan berdenyut dari tadi. Diarahkannya penis itu ke wajah Manda. Manda seperti terhipnotis dengan penis yang tegang dan berurat itu, segera dipegangnya dan dielusnya, ia mengaggumi bentuk dan ukurannya yang jauh berbeda dengan milik suaminya.

Pak Herman yang sudah tidak sabar merasa tidak cukup dengan elusan tangan Manda. Ia memegang kedua pergelangan tangan Manda dan menekannya dan menahannya dengan satu tangan di atas kepala Manda.

Pak Herman ingin agar dia di sepong, tapi setelah melihat Manda dalam posisi seperti itu ia terhenti untuk mengagumi wajah Manda lekuk lehernya.. bahunya yang keliatan putih mulus dan ketiaknya yang bersih…hmmmmm, Pak Herman lalu menunduk dan mencium bibir Manda, menjilat bibirnya dan terus menjilat turun ke leher Manda sampai ke ketiak Manda…ia menciumi aromanya dan kemudian menjilat dengan rakus…sesekali di hisapnya dan diciumi, daerah ini ternyata sensitif buat Manda, seperti ada setrum yang mengaliri badannya dan mengalir memerintahkan meqinya untuk mengeluarkan cairan lendir kenikmatan.

Pak Herman yang merasa terganggu dengan baju rumah sakit itu, dengan satu sentakan Pak Herman menarik lalu melempar baju itu ke lantai. Ketika baju itu ditarik, toket Manda serasa ditarik sesaat kemudian dilepas lagi, bahkan toketnya masih bergoyang sesaat kemudian.

Pak Herman berhenti sembari berdiri untuk memandangi tubuh wanita setengah telanjang di hadapannya, toketnya membulat nampak begitu ranum, dan puting kecoklatan warna khas orang Asia. Kulitnya putih mulus dan perutnya tak nampak seperti seorang ibu, kakinya mulus dengan posisi mengangkang di atas pegangan kursi yang memang di desain untuk orang melahirkan. 

Ia lalu menunduk lagi, kali ini sasarannya adalah puting yang dari tadi hanya dia lihat dari balik baju, kini bisa ia rasakan di dalam mulutnya… bisa ia kulum dan bisa ia hisap sepuasnya.

‘Shhhh…ccrrrrppp…cruup…crrreepp’ hisapan-hisapan Pak Herman menimbulkan bunyi-bunyian yang terdengar nikmat.

Bunyi itu diikuti lenguhan wanita yang dihisap putingnya.

“Mmmmmppphhhhhhh…aahhh…ooohhhh….mmmpphhh oooohhh…”

‘Crrrup srrrp ssshhhep’ puting Manda dijilat dikulum di mainkan dengan lidah di dalam mulut Pak Herman. Meqi Manda semakin basah…lendirnya terus diproduksi karena rangsangan rangsangan Pak Herman dan meqi itu serasa ingin disentuh, ingin diperhatikan dan dimasuki.

Tapi Pak Herman masih ada rencana lain, dia berdiri tegak dan masih menahan kedua tangan Manda di atas, ia mengarahkan penisnya ke arah bibir Manda dan mengosokannya di mulut Manda. Manda dengan pasrah memiringkan mukanya sambil membuka mulutnya dengan mata merem melek memandang Pak Herman, Pak Hermanpun segera mendorong penisnya masuk ke mulut hangat Manda.

“OHHHH ENAK … MULUTMU ENAK BANGET…”

“Srrrp …ssrrrpp…crrp crpp” Pak Herman mendorong maju mundur penisnya, seperti sedang mengentot mulut Manda.

Dan semakin lama penis itu masuk semakin dalam..menyundul tenggorokan Manda, padahal baru 3/4 dari ukuran semuanya yang masuk, tapi sepertinya Manda sudah agak kelabakan.

“Emmmppphhh” sesekali Manda seperti protes berusaha mundur menarik nafas..tapi hanya sesaat kemudian Pak Herman kembali mengobok mulut Manda dengan penisnya maju mundur.

Kali ini dengan tangan satunya memegang rambut bagian belakang kepala Manda, ia menahan kepala Manda agar tidak mundur, dan mendorong penisnya masuk seluruhnya..sampai hidung Manda terbenam di antara jembut Pak Herman. Penis itu masuk ke tenggorokan Manda dan tenggorokan itu seakan memijatnya ketika Manda tersentak-sentak ingin menarik nafas. 

“Ugghh” kenikmatan luar biasa membuat Pak Herman mengulang-ulangnya.. sampai air liur Manda menetes-netes dan membasahi penisnya.

Kemudian Pak Herman mengambil posisi berdiri di antara selangkangan Manda. Ia menarik lagi g-string Manda, kali ini dengan kasar sampai talinya putus.. dan melemparnya ke lantai. Ia lalu menggesek-gesekan penisnya ke itil Manda yang masih berdenyut nikmat.

“Uuhhmmm” Manda masih merasakan sedikit geli tapi enak.

Kemudian dengan satu sentakan Pak Herman membenamkan penisnya ke dalam lubang meqi Manda yang segera menjepitnya.

“Ouuuggghhhhhh” lenguh Pak Herman, diiringi desahan Manda, “oooooooohhhhhmmmmmmhh…”

Pak Herman mengentot Manda dengan sentakan-sentakan sampai toket Manda turut bergoyang, melihat itu Pak Herman yang gemas meremas toket kiri Manda dan memilin puting toket kanan Manda.

“Aaaahhhhh… OHHH YESSS…MANDA…NIKMAT SEKALI…”

“Ceplak..ceplak..crp...” bunyi pinggul Pak Herman menghantam pantat kenyal Manda.

“Ohhhh…Pak Herrrr…Maaaannnnnnn…uhhmmmm ahhh…”
Puas memilin puting toket Manda, Pak Herman ganti meremas-remas pantat Manda, sesekali di ceplesnya pantat itu “PLAAAK!”

“Aaach…”

Kemudian Pak Herman menggosok-gosokan jempolnya di belahan pantat Manda sambil terus mengeluar masukkan penisnya yang keras ke dalam lubang meqi Manda yang hangat dan basah.


Jempolnya menemukan area lunak yang sedikit keriput di antara belahan pantat Manda, ia kemudian menekan jempolnya di situ..sampai jempol itu masuk ke lubang pantat Manda…

“Aaaaccchhhh..”

“OH YESSS!!”

“Ceplak crrrp crrp, PLAK!”

“Ooucchhh…” Manda mengeliat-geliat dan mendesah, kedua tangan Manda memegang kedua toketnya, karena goyangan yang begitu dahsyat membuat tubuh Manda tersentak sentak oleh dorongan Pak Herman.

“OHH YESSSHH…”

“Pak.. uhhh…”

Tiba-tiba Pak Herman memperlambat ritme dan menarik keluar penisnya yang basah dengan lendir Manda dan mencabut jempolnya dari lubang pantat Manda. Ia mengarahkan penisnya ke lubang Manda yang belum pernah dientot orang dan ketika kepala penis itu menekan lubang itu…Manda tidak meronta.. ia hanya menurunkan tangannya untuk mengosok itilnya sendiri.

Kepala penis itu pelan-pelan masuk ke anus Manda, dan sekarang sudah tidak nampak lagi dari luar.

“OHHHHH… SEMPIT BANGET…KAMU CANTIK SEKALI MANDA!”

“Uuhhhhhhhhhhhhhhh aaahhhhhh…” dan Pak Herman mendorong masuk keseluruhan penisnya.

Pak Herman memulai dengan gerakan-gerakan maju mundur kecil dan semakin lama semakin besar gerakan mengentot itu.

“Oooohhhhh…aaaaaaahhhhhhhhhhh…” baru kali ini Manda merasakan pantatnya di entot. Seringkali suaminya minta untuk main anal, tapi ia tidak pernah mengijinkan. Kali ini dengan pasrah dan lepas kendali ia dientot oleh atasannya.
Manda terus memainkan itilnya, dan Pak Herman terus mengentot Manda sambil menunduk tangannya meremas toket Manda yang putih montok dan mulutnya mengulum, menyedot putingnya. Sensasi yang ditimbulkan tak tertahankan lagi bagi Pak Herman dan Manda. Bersamaan mereka mencapai puncak orgasme!

“OOOOOHHHHHHHHH HHHHH FUCK YOU MANDA!! I LIKE YOU !! ARRRHHHH”

“Uuhhhhhmmm shhhhh Ohhh enaaaaaaaaachhhhh uhh hehh haahh…” Manda mengeliat-geliat merasakan orgasme yang luar biasa, mulutnya terbuka dan matanya terpejam. Pak Herman menyemprotkan cairan sperma hangat di dalam pantat Manda.

“Aahhhh hahhh…uhhhh ahhh…” mereka berdua terengah-engah dan badan Pak Herman menindih badan Manda… keringat mereka saling menyatu.

Pak Herman bisa mencium aroma wangi Manda bercampur dengan aroma sex mereka. Penisnya masih di dalam anus Manda dan pelan-pelan melunak sampai akhirnya penis itu keluar dengan sendirinya…cairan spermanya juga ikut tumpah menetes dari anus Manda yang masih berdenyut-denyut. 

Pak Herman lalu berdiri mengambil ponselnya di meja dan memotret Manda yang telanjang bulat dan penuh keringat, dari lubang pantatnya tampak cairan putih yang keluar.

“Jangan Pak!” Manda berusaha menutup wajahnya, tapi sudah terlambat, foto itu sudah diambil.

“Mulai sekarang kamu saya angkat jadi sekretaris saya! dan gajimu akan saya ajukan kenaikan 2 kali lipat.”

Manda berusaha berdiri tapi kakinya masih lunglai, ia berdiri sambil bersandar dikursi melahirkan itu.

“Terima..kasih..pak.”

Ada rasa lega sekaligus kuatir di dalam dirinya.

Manda memunguti pakaiannya, sementara Pak Herman hanya perlu memakai kembali celananya. Setelah itu Pak Herman mengeluarkan satu stel pakaian dari lemari dan kemudian diletakan di atas meja tengah.

”Itu seragammu! Lepas semua rok dan celana dalammu, disitu sudah ada lengkap dengan dalamannya, semua baru dan bersih, AYOO CEPAT… KITA DITUNGGU MEETING SEKARANG.”

“Besok dan seterusnya, kamu akan masuk ke ruangan ini dan berganti baju seragammu, semua akan sudah disiapkan di loker itu, pulangnya kamu boleh ganti baju kamu lagi, tinggalkan saja baju seragammu di loker, akan ada yang mencucinya.”

“Iya pak.” 

Segera aku berganti dengan baju seragam yang baru diberikan.

Setelah semua dipakai aku tidak bisa melihat diriku sendiri, karena di sana tidak ada cermin besar. Tapi aku merasa sedikit kurang nyaman dengan rok ini, benar-benar rok mini, hanya satu setengah jengkal dari pusarku. Aku sudah berusaha menariknya tapi memang ukurannya hanya segitu. Kalau untuk pinggangnya karena ada karetnya, jadi tentu nyaman saja, hanya mini-nya ini bener bener dech.. Udah gitu bagian samping rok kanan dan kiri ada belahan dengan ukuran setengah jengkal.

Bajunya cukup bagus, tapi kutungan, di bagian tengah ada kerah yang cukup lebar dengan belahan agak rendah, push up bra yang tersedia malah membuat belahan dadaku semakin ditonjolkan. Kainnya putih dan cukup tipis.. beha hitam yang kupakai sedikit menerawang dari depan maupun belakang. Pusarku saja samar-samar juga terlihat.

Tapi tidak ada waktu lagi, karirku baru saja dimulai dan aku harus menyelamatkan seluruh keluargaku dari bencana keuangan di tengah krisis ini. Ambisiku untuk menjadi kaya sangat besar, dan ini mungkin pengorbanan yang diperlukan untuk mencapai puncak kesuksesan.

“MANDA!” lamunanku terburai karena panggilan Pak Herman.

Meeting pertamaku di ruangan itu ada 8 orang lain yang sudah duduk. Dan meeting itu dipimpin oleh Pak Herman, ternyata pangkat dia tinggi juga. Semua namak hormat sama dia, lebih dibilang menjilat. Beberapa cowok melirik terus ke pahaku. Aku memang kesulitan menahan belahan rok untuk membuka ketika duduk, sehingga rok yang sudah mini ini makin terbuka aja. Tapisemua berjalan lancar. Dan aku sudah dikenal sebagai sekretaris pribadi Pak Herman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar