“Selamat sore Pak Anton, bagaimana hari ini sudah ada belum uangnya?” kata Darso menagih hutang kepada Anton.
“Maafkan saya Pak Darso, sepertinya hari ini saya belum bisa membayar hutang. Kalau diperkenankan beri saya waktu sebulan atau dua bulan ke depan karena tidak mungkin mendapatkan uang sebanyak itu dalam hitungan hari,”kata Anton meminta untuk diberi keluangan waktu.
“Tidak bisa seperti itu Pak Anton, kesepakatan kita adalah hari ini, kalo hari ini tidak ada uang berarti hari ini juga bapak dan keluarga bapak harus angkat kaki dari rumah ini,” kata Darso tegas.
“Maafkan saya Pak, tolong beri saya waktu,” kata Anton memohon.
Saat itulah istri Anton yakni Mira keluar membawa nampan yang di atasnya berisi minuman untuk disuguhkan pada tamunya. Mira adalah wanita yang berwajah cantik dengan body yang montok berisi. Saat itu Mira mengenakan setelan kaos ketat berwarna pink dengan belahan dadanya terbuka sedikit dan bawahan rok setinggi dibawah lutut,sehingga ukuran payudaranya yang besar 36D seakan tidak muat saat ia mengenakan kaos ketat seperti sekarang. Saat membungkuk untuk menyuguhkan minuman nampak terlihat jelas kedua bukit kembar Mira yang menggoda iman para lelaki yang melihatnya. Melihat itu Pak Darso menelan air liurnya, ia sangat mengagumi kecantikan Mira dan juga kemolekan tubuhnya. Setelah melihat kecantikan Mira, niatnya yang tadinya untuk menagih hutang kepada Anton kini berubah berganti keinginannya untuk meniduri wanita cantik itu. Langsung terlintas sebuah rencana dalam benaknya untuk memuluskan keinginannya itu.
“Baiklah Pak Anton, hari ini Anda saya maafkan dan saya beri waktu sebulan ke depan. Tapi ada syaratnya,” kata Darso
“Syaratnya apa Pak, mungkin saya bisa memenuhinya?” tanya Anton
“Syaratnya hari ini saya mau tidur dengan istri Pak Anton, itu juga kalau Pak Anton mau, kalau tidak, sekarang juga Pak Anton harus angkat kaki dari sini,” kata Darso.
Nampak kebimbangan tergurat dari diri Anton, antara menerima dan tidak, tapi ia tidak bisa kalau hari ini harus pergi dari rumahnya, karena memang tidak ada persiapan sama sekali. Ia tak mau hidup menjadi gelandangan.
“Ta-tapi ini harus saya bicarakan dulu dengan istri saya Pak,” kata Anton sedikit gugup.
“Silahkan, saya beri waktu satu jam. Kalau mau suruh istri Pak Anton untuk mempersiapkan diri,” kata Darso
Kemudian Anton segera masuk ke kamarnya untuk menemui istrinya. Ia langsung menceritakan kronologinya dan menyampaikan keinginan Pak Darso. Mendengar hal itu, kedua mata Mira terbelalak seakan tak percaya pada cerita Anton.
“Apa..!!! Jadi uang kita selama ini habis di meja judi, dan sekarang kamu sudah berhutang banyak pada orang itu, dan sebagai bayarannya aku harus tidur dengan orang tua itu..? Tidak Ton..!!! Aku tidak mau,” kata Mira sambil menangis.
“Maafkan aku Mir.. aku sudah terlena dalam kebisaan burukku.. tapi kalau kamu gak mau, sekarang juga kita harus pergi dari rumah ini..” kata Anton.
Mendengar itu, Mira juga menjadi bimbang, ia masih memikirkan buah hatinya, ia tak mau hidup menggelandang.
“Tega kamu Ton.. aku benci kamu…” kata Mira yang menangis sambil menonjok pundak Anton.
“Sudah terlambat untuk menyesali Mir, sekarang juga kamu harus penuhi keinginan Pak Darso,” kata Anton sambil meninggalkan istrinya yang masih menangis keluar dari kamar untuk menemui Darso.
Di ruang tamu Darso sudah menunggu, nampak tersungging senyum penuh kemenangan di bibirnya yang dower.
“Gimana Pak Anton, apa bisa dipenuhi syarat dari saya?” kata Darso
“Sudah Pak, sekarang juga Bapak bisa ke kamar, mari saya antar..” kata Anton sambil mengajak Darso menuju ke kamar pribadinya.
Mereka berdua segera masuk ke kamar Anton. Di dalam kamar terlihat Mira yang menangis duduk di tepi ranjang, matanya terlihat sembab. Mira merasakan hatinya begitu perih dan sakit, dirinya yang selama ini mencoba untuk menjadi istri yang setia, namun balasan dari suaminya sungguh membuatnya sakit. Sebentar lagi ia akan ditiduri oleh orang tua yang seumuran dengan ayahnya, semua itu karena kebiasaan berjudi Anton sehingga hartanya habis di meja judi dan sebagai jaminan ia harus merelakan tubuhnya untuk ditiduri Darso, bandot tua yang juga rentenir. Darso mendekati Mira, dan duduk di samping wanita cantik itu.
“Kenapa menangis manis,…? Tenang saja sebentar lagi aku akan memberimu kenikmatan yang mungkin belum pernah kau dapatkan dari suamimu itu…” kata Darso sambil tangannya membelai rambut indah Mira.
Mendengar kata kata Darso, Mira rasanya ingin muntah. Ia sangat membenci bandot tua si Darso.
“Tak usah banyak ngomong begitu, kalau bapak menginginkan tubuhku segera saja lakukan,”kata Mira sengit.
“Wuih...galak juga kamu manis,…rupanya kamu tidak sabar ingin segera meraih kenikmatan itu...Baiklah kalau begitu...”kata Darso.
Darso memegang dagu Mira, tapi Mira masih tampak acuh saja, tatapan matanya yang sengit membuat Darso merasa tertantang untuk menaklukan wanita cantik itu. Bukan Darso namanya kalau tidak bisa menaklukkan wanita, pengalamannya yang sudah banyak meniduri para wanita cantik membuatnya percaya diri. Tak lama kemudian Ia memagut bibir indah Mira, namun Mira belum siap, ditambah lagi bau nafas tak sedap dari mulut Darso membuat perutnya mual.
Mira berusaha mendorong tubuh orang tua itu, tapi apalah daya tenaga seorang wanita. Dengan terpaksa ia melayani pagutan Darso, sehingga kini mereka berdua terlibat dalam percumbuan yang panas. Lidah mereka saling mengait, sementara Anton yang duduk di sofa tak jauh dari ranjang, melihat pemandangan di mana istrinya sedang dicumbu laki laki lain itu menjadi terangsang.
Darso menjilati daun telinga Mira, kemudian turun ke leher, sambil tangannya menyibakkan rok yag dikenakan Mira, tangannya menyusup ke dalam rok dan mulai meraba raba paha Mira yang terlihat putih mulus. Saat roknya tersingkap ke atas, tidak hanya itu saja, tangan Darso juga mulai menyusup ke dalam celana dalam Mira. Di sana jari jarinya bermain dan jari tengahnya masuk ke dalam kemaluan Mira, diperlakukan seperti itu Mira mendesah. Mira mulai terangsang oleh aksi yang dilakukan Darso, ia menggelinjang tak karuan saat dirasakannya jari jemari Darso mengocok vaginanya. Sementara itu tangan kiri Darso juga meremasi payudara Mira yang montok yang masih terbungkus oleh BH. Mira semakin mendesah, dalam dirinya tengah terjadi gejolak batin antara menolak atau menikmati setiap rangsangan yang diberikan Darso.
“Aakkhhh..”desah Mira terdengar lirih.
Melihat Mira yang sudah mulai terangsang, Darso segera berdiri. Ia melepaskan baju yang dikenakannya, nampaklah kini perutnya yang buncit, dan juga banyak bulu lebat yang tumbuh di dadanya. Ia juga melepas celana berikut celana dalamnya, sehingga kini terlihat di depan mata Mira batang penis gemuk Darso yang berdiri tegak, dan terlihat kokoh. Melihat penis Darso yang besar dan panjang, Mira menjadi terpana, rasanya baru kali ini ia melihat penis sebesar milik Darso. Punya suaminya saja tidak sebesar itu, bahkan penis milik suaminya tidak ada separonya dibanding penis milik Darso.
Ia membayangkan betapa sakitnya kalau penis itu masuk ke liang vaginanya, pastinya akan sakit sekali. Namun disisi lain ia juga penasaran ingin merasakan penis besar milik Darso. Darso menyuruh Mira berdiri dan melepaskan semua pakaian yang dikenakannya. Kini kedua insan berlainan jenis dengan perbedaan usia yang terpaut jauh itu sama sama bugil. Darso begitu mengagumi bentuk tubuh Mira yang seksi dan montok dengan pantatnya yang sekal, juga membulat besar bikin gemes setiap lelaki yang memandangnya. Selain itu payudara Mira juga tak kalah montoknya. Walaupun ia sudah beranak tapi payudara itu masih kelihatan kencang. Dirangkulnya kedua pundak Mira dengan kedua tangannya, lalu ia mendekatkan bibirnya pada bibir Mira, kembali bibir mereka saling memagut. Terdengar erangan dari mulut Mira saat Darso mengenyoti payudaranya secara bergantian.
“Aakkkhh…” desahan Mira sewaktu Darso mencupangi lehernya.
Darso meminta Mira untuk berlutut di depannya, rupanya ia ingin disepong oleh Mira. Mira merasa canggung dan sedikit jijik karena ini adalah pengalaman pertama. Dengan suaminya ia belum pernah melakukan itu, namun karena terpaksa ia akhirnya menuruti permintaan Darso.
“Jangan diam saja manis…ayo jilati kontolku ini…” kata Darso sambil tangannya meraih tangan Mira dan mengarahkannya pada batang penisnya.
“Hmmm..” suara Mira saat menjilati penis Darso.
Lama lama Darso menjadi tidak sabar dengan tangan kirinya ia menjambak rambut Mira sementara tangan kanannya memegangi penisnya dan memaksanya masuk ke dalam mulut Mira. Mira tersedak karena kaget, tapi itu terjadi tidak lama karena Darso mulai memompa penisnya di dalam mulutnya yang mungil.
“Aaarrrghhh…” Darso menggeram penuh kenikmatan saat memompa mulut Mira dengan penisnya.
Kejadian itu terjadi tidak berapa lama, karena Darso masih ingin mereguk kenikmatan yang lebih dari itu. Segera ia tarik penisnya dari mulut Mira dan menyuruh wanita cantik itu untuk rebahan di tepi ranjang dengan kaki terjuntai ke lantai, lalu ia membuka kedua paha Mira lebar lebar, tangan kanannya berusaha memasukkan penisnya ke vagina Mira yang sempit. Agak lama ia melakukan hal itu. Dengan susah payah akhirnya usahanya membuahkan hasil, penisnya berhasil masuk ke dalam liang vagina Mira
“Aaakkhh,..sakiitttt..” jerit Mira lirih karena merasakan sakit yang luar biasa.
Saat itu Darso juga merasakan kenikmatan menyetubuhi wanita cantik itu. Ia merasakan batang penisnya seakan diremas remas oleh dinding vagina Mira yang terasa begitu hangat dan masih terasa sempit walaupun sudah pernah melahirkan.
“Arrrrgggghhhh, legit sekali tempikmu ini manis… aku jamin setelah ini kamu pasti akan ketagihan,” Darso menggeram sambil menceracau tak karuan.
Sambil menggenjot vagina Mira, Darso juga meremas kedua bukit kembar Mira yang montok dengan tangannya. Sesekali ia juga mengenyoti payudara Mira yang kenyal, putingnya yang memerah terkadang ia gigit kecil kecil. Mira menggelinjang tak karuan merasakan sensasi kenikmatan yang belum pernah ia dapatkan dari suaminya, dari tadinya acuh kepada orang tua itu. Kini sedikit demi sedikit perasaannya mulai berubah, saat ini ia merasakan perasaannya yang membuncah. Ia merasa nyaman sekali disetubuhi orang tua itu, rasa sakit yang dirasakannya saat pertama kali penis Darso memasuki liang vaginanya kini berganti dengan kenikmatan yang sungguh luar biasa.
Melihat istrinya sedang disetubuhi oleh lelaki lain, Anton juga ikut terangsang. Ia mengamati setiap yang terjadi tanpa berkedip, perlahan ia memelorotkan celana yang dipakainya. Ia mengeluarkan batang penisnya yang menegang. Ukuran penisnya memang tidak ada separonya dari milik Darso, kira kira sebesar jempol kaki orang dewasa. Anton mengocok batang penisnya sambil menyaksikan istrinya disetubuhi Darso, akhirnya keluar cairan putih kental dari penisnya, Ia merasakan ejakulasi. Darso yang masih menggenjot vagina Mira, melihat Anton menjadi tersenyum mengejek.
“Hehe…lihat suamimu itu manis, kontolnya saja tidak lebih besar dari jempol kakiku…udah gitu letoy lagi…aku yakin kamu pasti tidak pernah merasa puas oleh kontol seupil gitu…hehe...” kata Darso mengejek Anton.
Direndahkan seperti itu Anton tidak marah karena kini ia tidak punya kekuatan apa apa. Ia menyadari semua yang dikatakan Darso ada benarnya juga.
“I-iya pak…betul sekali...kontol suamiku memang kecil, selama ini aku hanya berpura pura saja merasa puas, padahal sebenarnya tidak..” kata Mira.
“Tenang saja manis..mulai hari ini aku akan selalu memuaskanmu..” kata Darso.
“I-iya Pak…aku akan selalu menunggumu..untuk menerima kenikmatan darimu,” kata Mira.
Tak terasa sudah satu jam Darso menggenjot vagina Mira. Gerakannya semakin cepat, saat itulah Mira merasa seperti ada yang mau meledak dalam dirinya. Tubuhnya melengkung ke atas, bola matanya memutih, rupanya ia tengah dilanda orgasme yang hebat.
“Aaaaaaaaaaarrrrrrrkkkkkhhhhhhhhh……aku keluar Pak…” teriak Mira saat merasakan orgasme.
Sesaat kemudian tubuhnya terasa sangat lemas, nafasnya tersengal sengal memburu. Sementara Ia melihat Darso belum menunjukkan tanda tanda akan orgasme. Dalam hatinya ia mengagumi Darso yang begitu perkasa walaupun usianya sudah lanjut. Baru kali ini Mira merasakan kenikmatan yang luar biasa. Dengan suaminya ia tidak pernah melakukan persetubuhan sampai bertahan lama, karena biasanya baru lima menit suaminya sudah keluar terlebih dulu, sebelum ia merasakan kepuasan.
Senyum manja mengembang dari bibirnya yang indah, yah…kini ia bisa tersenyum puas berkat Darso. Darso meminta Mira untuk bangun dan berganti gaya. Mira pun turun dari ranjang lalu kedua tangannya berpegangan pada bibir ranjang sementara posisinya membelakangi Darso. Rupanya Darso menginginkan posisi doggy style. Setelah merasa Mira sudah siap, Darso menusuk vaginanya dari belakang.
“Aaakkkhhh…” desahan Mira terdengar kembali saat vaginanya ditusuk dari belakang.
Awalnya gerakan Darso begitu pelan, semakin lama gerakannya semakin cepat dan stabil. Saat itulah Mira merasakan orgasmenya datang lagi, namun Darso terus menggenjotnya seakan tenaganya tidak pernah habis. Mira merasakan Darso seperti kuda jantan yang kuat. Sambil menggenjot vagina Mira, Darso menjambak rambutnya dan menolehkan kepala wanita itu ke arahnya, lalu Darso memagut bibir Mira. Mereka berdua saling memagut. Hampir dua jam mereka melakukan persetubuhan hingga suatu saat Darso merasakan orgasmenya akan datang.
“Arrrrrrrrrrrggghhhhhhh,…aku keluar manis..terimalah pejuhku ini…arrrrgghhhh...”
Darso menggeram merasakan kenikmatan, terasa cairan putih kental menyembur keluar dari penisnya dan mengisi rahim Mira, sebagian ada yang keluar melalui celah celah dinding vaginanya.
“Aaakkkhhh…aku juga Pak…” Mira juga ikut menjerit nikmat saat orgasmenya datang lagi.
Nafas keduanya terdengar memburu, Darso memeluk erat tubuh Mira agar tidak sampai ambruk ke lantai. Sementara Mira merasakan tubuhnya lemas sekali, benar benar persetubuhan luar biasa dirasakan oleh Mira untuk pertama kalinya. Kembali Mira tersenyum penuh bahagia.
“Terima kasih manis….aku betul betul merasa puas hari ini..” kata Darso sambil mengenakan pakaiannya kembali.
“Iya Pak,…sama-sama,Mira juga merasa puas…” kata Mira yang tergolek lemas di ranjangnya dalam keadaan bugil.
Setelah selesai mengenakan pakaiannya Darso memanggil Anton.
“Anton..sini kamu,..mulai sekarang hutang-hutangmu jangan kau pikirkan lagi, tapi aku minta kamu ceraikan Mira..karena mulai hari ini kamu dan Mira akan menjadi budakku…yang harus mengikuti semua keinginanku,..surat perjanjiannya akan aku bawa lusa..dan harus ditanda tangani kamu dan Mira..mengerti!!!”kata Darso tegas
“Mengerti Pak,..saya dan Mira siap menjadi budak Pak Darso” kata Anton.
Kemudian Darso meninggalkan rumah Anton, ia merasa senang karena korbannya bertambah lagi. Sejak saat itu Anton dan Mira resmi bercerai tapi tetap serumah. Hanya sekarang posisinya Mira menjadi tuan rumah dan Anton dijadikan pembantu di rumah itu. Tapi keduanya tetap budak Darso yang harus mengikuti semua keinginan Darso. Sementara Darso saat ini sedang menyusun rencana untuk menjebak ketiga putri Nyai Ambar Sari. Ia benar benar sangat menginginkan bisa meniduri ketiga wanita cantik itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar